Arabella Brianna Catlin Hamilton saat ini tengah tersenyum sumringah dan perasaanya amat sangat bergembira.
Bagaimana tidak? Hari adalah hari anniversary kedelapan dari hubungannya dengan kekasih sekaligus teman masa kecilnya— Kenan Kelvin Narendra.
Namun, hatinya tiba-tiba hancur berkeping-keping ketika Kenan memutuskan hubungan dengannya tanpa alasan yang jelas. Kemudian, Bella mengetahui bahwa lelaki itu meninggalkannya demi wanita lain— seseorang dari keluarga kaya raya.
Karena tidak tahan dengan pengkhianatan itu, Bella menghilang tanpa jejak.
Dan enam tahun kemudian, Bella kembali sebagai seorang pengacara terkenal dan berusaha balas dendam kepada mereka yang berbuat salah padanya— keluarga si mantan.
**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
Bella saat itu sedang berasa di ruang kerjanya ketika Kenan tiba-tiba masuk dengan mengenakan setelan jas biru tua yang di buat khusus.
Rambutnya berwarna hitam ditata menjadi jambul yang elegan dengan bagian atas yang lebih panjang daripada bagian samping dan belakang.
Lelaki itu tersenyum memperhatikan wajah cantik Bella, dia memasukan sebelah tangannya kedalam saku sebelum akhirnya buka suara. "Aku ingin makan siang bersama mu."
Bella mengangkat sebelah alisnya setelah mendengar permintaan konyol lelaki itu. Meskipun dia terlihat sangat tampan bagi Bella, dia tidak bisa menghabiskan waktu berduaan dengan Kenan. Wanita itu kemudian menggelengkan kepalanya. "Sepetinya, saya tidak bisa, Tuan Kenan."
"Kamu serius? Kamu masih menggunakan bahasa formal denganku? Dan ayolah... jangan memanggilku, Tuan Kenan. Bella, kita memiliki anak perempuan dan aku tidak suka ada jarak diantara kita." Kata Kenan, tatapan mata tajamnya menatap Bella. "Ini hanya makan siang dan ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu."
"Apa yang ingin kamu bicarakan?." Tanya Bella. "Kamu bisa mengatakannya di sini."
"Tidak. Sekarang waktunya makan siang dan aku tidak ingin membuatmu kelaparan. Ayo mengobrol sembari makan siang." Ajak Kenan bersikeras. "Ini juga tentang Stevia, kita juga perlu membahas bagaimana kita akan memberikan semua keperluannya, bukankah itu penting untuk di bicarakan?." Sambung Kenan.
Bella menghela napasnya, tahu bahwa kata-kata Kenan ada benarnya. Bella pun akhirnya menganggukkan kepalanya dan beranjak dari duduknya, sebelum akhirnya merapikan gaun pensil birunya, yang warnanya senada dengan setelan Kenan.
Jika di lihat mereka tampak mengenakan pakaian senada dan seolah menunjukan jika mereka adalah pasangan yang serasi. Bella tersipu ketika dia memikirkan hal itu.
Beberapa menit kemudian, mereka berdua sudah berada di kafetaria perusahaan, duduk di salah satu meja di sudut ruangan untuk menjaga privasi.
"Langsung saja, apa yang ingin kamu bicarakan padaku sekarang?." Tanya Bella, sembari mulai melahap makanan pesanannya dengan cepat, wanita itu ingin segera lepas dari tatapan para karyawan yang juga berada di tempat itu.
"Aku tahu ini bukan tempat yang tepat, tapi karena aku tahu kamu akan menolak kencan secara resmi, aku terima saja apa yang akan kamu setujui." Kata Kenan dan Bella hanya memikirkan apa yang sebenarnya akan Kenan bicarakan.
Karena Bella tidak mengatakan apa pun, Kenan kembali buka suara dan mengatakan secara terus terang. "Aku mencintaimu, Bella. Dari dulu aku mencintaimu... bahkan ketika kamu pergi, aku masih mencintaimu. Hanya kamulah satu-satunya wanita yang selalu berada didalam pikiranku, satu-satunya wanita yang aku inginkan dan satu-satunya wanita yang aku butuhkan. Aku tahu aku pernah mengatakan hal ini sebelumnya... Tapi, tolong, maafkan aku, sayang. Beri aku kesempatan kedua dan aku berjanji akan membuktikan padamu bahwa aku bisa menjadi lelaki yang kamu inginkan dan kita akan menghabiskan hidup bersama. Aku mohon, kembali lah padaku... aku tidak bisa hidup tanpamu."
Napas Bella tercekat, emosinya yang terpendam mengancam untuk keluar ke permukaan. Bella tidak tahu apakah itu karena nada bicara Kenan atau karena tatapan mata lelaki itu yang menatapnya secara intens yang begitu memikat sehingga Bella merasakan kupu-kupu liar yang berada didalam perutnya berterbangan.
"Aku.... aku tidak berpikir ini—"
Kenan mengulurkan tangannya dan meraih tangan Bella, membelainya lembut punggung tangan Bella dengan ibu jarinya. Tatapan matanya teduh ketika Kenan menatap Bella dengan penuh kekaguman hingga membuat jantung Bella berdebar-debar.
"Ketika aku kehilangan mu... aku bersumpah Bella, rasanya ada sesuatu yang mati dalam diriku.... aku menderita dan rasa sakitnya terlalu berat, tapi aku menahannya karena aku sadar, aku pantas mendapatkan rasa sakit ini karena telah menyakitimu. Enam tahun terakhir hidupku terasa seperti aku berjalan tanpa tujuan di padang pasir. Rasanya seperti seolah-olah aku telah jatuh kedalam jurang. Aku tidak bisa hidup didalam, aku menjadi cangkang dari diriku sendiri. Saat kamu tiba-tiba kembali datang, aku merasa seperti sedang bermimpi indah. Lalu aku berpikir kalau kamu telah menemukan orang lain, saat itu duniaku yang sudah hancur pun semakin hancur. Tapi Bella, aku tidak bisa menyerah dalam cintaku padamu... aku hanya pernah mencintai satu orang wanita dan wanita itu adalah kamu. Kamu satu-satunya wanita yang ditakdirkan untukku."
Kenan sangat bahagia ketika mengetahui bahwa Stevia adalah putrinya. Karena itu berarti Bella belum menemukan orang lain. Mereka telah memiliki bayi di hari anniversary mereka yang ke delapan... malam saat mereka saling memberikan diri mereka. Stevia tercipta karena cinta, terlepas dari apa pun yang terjadi selanjutnya.
Kenan yakin Bella belum sepenuhnya melupakannya. Jika wanita itu masih sendiri sampai saat ini, itu artinya Kenan masih mempunyai ruang untuk dirinya di hati Bella, bukan? Kenan akan lebih bertekad dari sebelumnya untuk memenangkan hati Bella agar wanita itu kembali disisinya, tempat seharusnya wanita itu berada.
Hati Bella tercekat, dia berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh setelah mendengar pengakuan Kenan. Bella bisa merasakan cinta Kenan padanya, dia juga bisa melihat dimata Kenan yang dipenuhi dengan ribuan rasa bersalah. Namun, Bella teringat dengan wanita lain yang juga ada disisi Kenan dan bahkan mereka sudah membicarakan tentang pernikahan.
Bella mengernyitkan dahinya, melepaskan tangannya dari genggaman tangan Kenan. "Kata-kata itu tidak berarti apa-apa bagiku ketika kamu pada kenyataannya memiliki wanita lain yang akan kamu nikahi."
Rasa sakit seolah menusuk dada Kenan ketika Bella menarik tangannya. Kenan menelan salivanya. "Sebenarnya, tidak ada yang terjadi diantara Sofia dan aku. Hal ini yang selama ini ingin aku katakan padamu, tapi kamu hampir selalu tidak memberikan aku kesempatan untuk menjelaskannya. Sofia tidak pernah berarti apa-apa bagiku... aku tidak akan berbohong, dia memang tergila-gila padaku, tapi aku tidak menanggapinya, tidak sekali pun. Aku hanya mencintaimu, Sayang. Aku bisa mengatakannya seribu kali, melakukan apa pun untuk membuktikannya padamu, kamulah satu-satunya wanita yang membuatku merasa takut kehilangan... seseorang yang ketidakhadirannya benar-benar bisa membunuhku. Kamu adalah duniaku, Bella. Aku mohon, kembalilah padaku. Aku berjanji tidak akan pernah menyakitimu lagi."
Bella menarik napas dalam-dalam, bibirnya bergetar ketika dia mencoba menemukan kata-kata untuk di lontarkan. Bella tidak dapat menyangkal betapa tulusnya kata-kata Kenan, seolah-olah kata-kata itu berasal dari jiwa Kenan. Bella mempercayai setiap yang lelaki itu katakan, tetapi...
"Kenapa kamu memutuskan hubungan kita saat itu? Aku ingin tahu apa alasan nya?." Tanya Bella, hatinya terasa sesak. Kalau Kenan mencintai dirinya seperti apa yang lelaki itu tadi katakan, kenapa Kenan mengakhiri hubungan mereka secara sepihak? Kenapa Kenan menghancurkan hati Bella?
Rasa sakit terlintas dari tatapan mata Kenan, lelaki itu mengalihkan pandangannya. "Aku tidak bisa memberitahu mu alasan mengapa saat—"
Bella merasa tidak nyaman, tatapan matanya menjadi dingin ketika dia menatap tajam kearah Kenan.
Kenan mengatakan bahwa lelaki itu mencintai Bella, tetapi Kenan tidak bisa jujur pada Bella. Cinta seperti apa itu?.
Bella mendorong kursinya kebelakang dan langsung berdiri. "Kalau begitu tidak ada yang perlu kita bicarakan. Waktu kita berakhir enam tahun yang lalu dan aku sudah melupakanmu. Maaf!."
"Tunggu, Sayang." Kenan bergerak cepat meraih pergelangan tangan Bella dan ikut berdiri, tidak perduli dengan tatapan mata banyak orang yang diam-diam memperhatikan kearah mereka. "Aku mohon, beri aku waktu... ada sesuatu yang sedang aku lakukan dan sebelum aku menjawab pertanyaanmu itu, aku harus mencari keberadaannya, sekarang aku tidak bisa memberitahumu apa pun. Tapi, aku akan segera mengatakan yang sebenarnya... kalau kamu tidak setuju untuk kembali padaku sekarang, setidaknya, biarkan aku berada didalam kehidupan Stevia. Aku tahu kamu merasa sedikit enggan membiarkan aku sepenuhnya berperan sebagai Daddy nya."
Bella mengantupkan rahang tak seberapanya. Dia tidak tahu bagaimana mereka akan melakukan ini karena dia belum memberitahu Ibunya— Katherine. Tetapi, Bella tetap setuju. "Kita bisa mengasuh Stevia bersama, tapi hanya itu saja."
**
Kemudian pada hari itu setelah menjemput Stevia dari sekolahnya. Kenan bertanya pada Bella. "Karena besok hari libur sekolah, apakah aku boleh mengajak Stevia ke taman hiburan?."
"Baiklah, aku akan pergi bersama Nita supaya kamu bisa menjemputnya besok pagi." Kata Bella setuju, karena wanita itu jika dia harus membiarkan Kenan dan Stevia akrab.
Sementara itu, Stevia melompat kegirangan. Pikiran untuk pergi ke taman hiburan bersama ayahnya, membuat gadis kecil itu merasa senang dan bersemangat. Tiba-tiba dia meraih tangan Bella. "Mommy harus ikut bersama kita. Mommy mau kan? Kita pergi sebagai keluarga yang bahagia.