Alena Ricardo sangat mencintai seorang Abian Atmajaya, tidak peduli bahwa pria itu kekasih saudara kembarnya sendiri. Hingga rela memberikan kehormatannya hanya demi memiliki pria itu.
Setelah semua dia lepaskan bahkan dibuang oleh keluarga besarnya, Alena justru harus menghadapi kemarahan Abian. kehidupan rumah tangganya bagaikan di neraka, karena pria itu sangat membencinya.
Akankah Alena menemukan kebahagiaannya? Dan akankah Abian menyesali apa yang selama ini diperbuatnya, setelah mengetahui rahasia yang selama ini Alena simpan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 20
"Ya Tuhan, apa ini balasan yang harus ku terima karena menyakiti Alana?" gumamnya dalam hati sambil terus menangis. "Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tidak mau melihat Abian menikah dengan wanita lain, tapi aku pun tidak bisa jauh darinya." Alena terus menangis meluapkan kesedihannya. Hingga tiba-tiba langkahnya terhenti, saat merasakan kepalanya begitu pusing. Padangan matanya mengabur, hingga akhirnya menggelap dan tak sadarkan diri.
"Alena..." Ben yang sejak tadi mengikuti Alena, bahkan sampai memilih keluar dari ruang kerja Abian. Dengan cepat menahan tubuh wanita itu agar tidak terjatuh, menggendongnya dan membawa masuk ke dalam taksi yang dihentikan oleh orang-orang yang ada di sekitar tempat tersebut.
Setelah sampai di rumah sakit, Ben terus mendampingi Alena yang kini terbaring di atas brankar yang di dorong oleh beberapa perawat. Ia pun terpaksa menunggu di depan ruangan, saat dokter yang memeriksa Alena melarangnya masuk ke dalam.
"Ben..." Merasa namanya di panggil, Ben pun menatap kearah samping. "Alana..."
"Ternyata benar kau Ben," Alana berjalan mendekati asisten pribadi mantan kekasihnya. "Sedang apa kau disini? Siapa yang sakit?"
"Em.. itu, yang sakit..." Ben bingung harus menjawab apa. Karena dia tahu hubungan Alena dan Alana belum membaik.
"Siapa yang sakit?" Alana mengulangi pertanyaannya sembari menatap ruangan. Entah mengapa perasannya yang gelisah dan tidak enak sejak beberapa menit yang lalu, semakin terasa kuat saat melihat ruangan tersebut.
"Yang sakit..." Belum selesai meneruskan perkataannya, ia melihat dokter yang memeriksa Alena keluar dari ruangan. "Bagaimana keadaannya dok?" tanya Ben dengan cepat, karena merasa khawatir dengan keadaan Alena.
"Keadaan pasien sangat lemah karena kekurangan cairan, dan sepertinya tidak menjaga asupan makanannya. Seharusnya ibu hamil di trimester awal menjaga asupannya dengan makanan yang bergizi. Dan tidak boleh setres, agar kondisi kandungannya...."
Ben tidak lagi mendengar penjelasan yang dikatakan dokter, karena dia sangat terkejut mengetahui Alena sedang hamil. Begitu pun dengan Alana, dia bingung mendengar penjelasan dokter Andi yang mengatakan pasien yang berada di dalam sedang mengandung. Karena setahu Alana Ben laki-laki lajang yang belum menikah.
"Dok, pasien dengan nama Nona Alena sudah sadar," ucap perawat yang baru saja keluar dari ruangan.
"Alena...?"
Alana menatap Ben, begitu pun sebaliknya. Mereka saling menatap sebelum akhirnya Alana memutuskan masuk ke dalam ruangan.
"Ale..."
Mendengar suara yang begitu familiar di telinganya, dengan perlahan Alena membuka kedua matanya.
"Al..." Alena terkejut saat melihat sosok yang tidak ingin dia lihat, kini berada tepat di sampingnya.
"Jadi benar kau..." Alana menatap tak percaya dengan apa yang dilihatnya, saudara kembarnya yang sudah cukup lama tidak ia temui, kini terbaring lemah di atas brankar.
Melihat keadaan saudara kembarnya itu, Alana teringat dengan ucapan dokter Andi yang mengatakan Alena tengah hamil. Membuat hatinya yang tadi merasa bahagia karena bisa bertemu kembali dengan Alena, kini berganti dengan perasaan sakit hati. Bagaimana tidak sakit hati, saat mengetahui saudara kembarnya kini tengah mengandung anak dari mantan kekasihnya.
"Selamat atas kehamilanmu," ucap Alana dengan tersenyum sinis.
"A-apa? Aku hamil?" tanya Alena tak percaya.
"Ya Nona Alena, menurut hasil pemeriksaan Anda sedang hamil. Untuk lebih memastikan dan mengetahui usia kandungannya, Anda bisa melakukan pemeriksaan dengan dokter Alana saudara kembar Anda," tebak Andi yang sejak tadi menyadari kedua wanita itu memiliki wajah serupa. Walaupun rekan seprofesinya tidak pernah mengatakan memiliki saudara kembar, tapi Andi sangat yakin pasien nya adalah saudara kembar Alana.
"Ya Tuhan, aku hamil..." Alena mengusap perutnya yang masih rata dengan perlahan. Dia merasa sangat bahagia, karena yang diinginkannya akhirnya terwujud. Alena bahkan sampai meneteskan air mata, karena masih tak percaya tuhan mau menitipkan malaikat kecil di dalam perutnya.