NovelToon NovelToon
Kehidupan Ke Dua

Kehidupan Ke Dua

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Akademi Sihir / Dunia Lain
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: NAYTHAN

— Lanna Xevellyn, gadis berusia 17 tahun itu harus mengalami kecelakaan maut yang membuat nyawanya melayang ketika menolong seorang anak kecil di jalanan.

Tetapi apakah memang Lanna benar-benar sudah tewas atau ternyata gadis itu masih hidup? Atau bagaimana tentang dirinya yang ternyata menjalani kehidupan keduanya untuk menggantikan peran orang lain yang sudah mati?

Ya, itulah yang di rasakan oleh Lanna. Gadis itu terbangun di dalam tubuh milik orang lain di semesta lain. Di mulai dari tubuh barunya itu, Lanna menjalani babak baru kehidupan keduanya dengan alur kehidupan berbeda yang tidak pernah terpikirkan sekalipun olehnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAYTHAN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 30 :

Guru Han, asisten Rosie serta Xavier. Mereka melakukan perjalanan di malam hari untuk mengantar Lanna melakukan kepindahannya ke kota lain. Letaknya cukup jauh dari kota Ravoria yaitu kota Nearon sebuah kota kecil. Ya, Lanna di keluarkan dari sekolah celestial bertepatan dengan keputusannya yang memang ingin berhenti menjadi penyihir dan hidup sebagai orang biasa saja. Lanna juga memiliki permintaan untuk pindah ke kota lain dan memang tidak selalu aman, snomster-snomster itu akan tetap ada tetapi tidak sebrutal di kota Ravoria yakni snomster murni yang sudah tercampur menjadi neo snomster.

Di sepanjang perjalanan, suasana di mobil begitu hening. Guru Han yang fokus mengendarai mobil, asisten Rosie yang tertidur sedangkan Xavier dia hanya terdiam arah pandangnya tidak lekang dari Lanna. Gadis itu sama sekali belum berbicara apapun padanya dan hanya menatap ke arah luar kaca mobil.

Puff!

Tiba-tiba Serena duduk di tengah-tengah Xavier dan Lanna.

"Kau ini, sejak tadi memandangi Lanna terus. Ajak bicara kalau gitu," ucap Serena.

"Aku sedang memandang ke arah luar kaca mobil," dalih Xavier lalu memalingkan wajahnya ke arah lain.

Serena mendengus melirik Xavier kesal, ekspresinya mencibir. "Ih, aku tahu kau bohong. Kau jadi tambah jelek sumpah, deh,"

Kemudian mereka sampai di sebuah rumah. Ukurannya tidak terlalu besar namun juga tidak terlalu kecil, hanya satu lantai saja namun di kelilingi oleh taman kecil membuat rumah itu nampak asri. Adalah rumah kecil milik guru Han, dulu dia pernah tinggal di kota tersebut dan tinggal di rumah yang sekarang akan Lanna tempati. Lalu mereka masuk ke dalam rumah bersama-sama dan langsung di sambut dengan isi rumah yang terlihat nyaman nan hangat. Mereka juga beristirahat sebentar setelah melakukan perjalanan panjang.

Xavier tentu saja, lelaki itu membantu barang bawaan Lanna ke kamar barunya seperti koper dan yang lainnya. Xavier melirik sekilas ke arah Lanna tengah melipat beberapa pakaian untuk di masukkan ke dalam lemari di atas ranjang tempat tidur. Di kamar itu memang hanya ada mereka berdua saja.

"Sudah aku bawakan semua," ucap Xavier.

"Iya, terimakasih," balas Lanna dingin.

Merasa tidak tahan dengan sikap Lanna selama ini, Xavier akhirnya angkat bicara.

"Apa kesalahanku padamu?"

"Maksudnya?" Balas Lanna datar masih melipat pakaiannya.

Xavier menghampiri Lanna, duduk di sebelahnya menatap gadis itu.

"Kali ini aku akan katakan dengan sejujurnya untuk pertama kalinya," ucap Xavier.

Lanna masih diam dia masih menunggu kalimat selanjutnya yang akan di lontarkan Xavier namun tidak menatap balik ke arah Xavier, masih melipat pakaiannya.

Dengan perasaan yang setengah mati malunya Xavier menarik napasnya berusaha untuk menahannya dan berkata.

"Aku tidak suka di campakkan begini. Aku tidak tahan Lanna," sambung Xavier dia masih menatap Lanna yang seperti enggan untuk menatapnya.

Merasa kesal Xavier menarik dagu Lanna pelan mengarahkan padanya dan mata mereka bertemu.

"Apakah wajahku ada di pakaian yang sedang kau lipat itu, hm? Aku di sini di hadapanmu," ucap Xavier.

"Apa, sih? Lepaskan tanganmu Xavier. Aku tidak memiliki masalah denganmu," Lanna mencoba melepaskan tangan Xavier.

"Tidak. Aku tidak akan melepaskan tanganku sebelum kau benar-benar berbicara padaku," tegas Xavier.

Anak ini menyebalkan sekali, batin Lanna.

"Jangan begini Xavier,"

"Tidak akan aku lepaskan,"

"Xavier?"

"Tidak!"

Karena hal itu akhirnya Lanna pun bersikeras melepaskan pegangan tangan Xavier pada dagunya dan langsung terlepas. Dia kemudian bangkit bangkit hendak berjalan ke arah pintu kamar tetapi dengan cepat Xavier menahan lengan Lanna lalu menarik tubuh gadis itu di atas kasur. Posisi yang membuat Lanna terkejut, Xavier di atasnya dan dia di bawahnya.

Bruk.

"Xavier, kau—"

"Kau selalu menghindari tatapanku selama ini bahkan hari ini juga. Kau juga tidak pernah berbicara padaku selama ini. Aku tidak suka di campakkan begini," potong Xavier cepat.

"Aku sungguh tidak punya masalah denganmu aku hanya—"

"Hanya apa? Bahkan aku tidak pernah tahu tentang perasaanmu yang ingin menyerah menjadi penyihir. Kau tahu bagaimana khawatir dan frustasinya aku terhadapmu? Aku takut menambah kesulitan di hidupmu, aku sering merasa bersalah padamu karena aku, karena keegoisanku kau jadi berada di sini. Setiap harinya aku selalu menjengukmu, aku selalu mengkhawatirkanmu. Selalu," potong Xavier lagi.

Sedetik kemudian Xavier meringis, lantas Xavier bangkit mendudukkan dirinya merasakan punggungnya yang terasa nyeri.

Xavier berdehem. "Maaf kalau begitu. Aku hanya merasa seperti tidak di anggap olehmu padahal kita saling berdekatan tetapi aku merasa jauh, bukan apa-apa biar bagaimanapun kita ini satu kelas dan kita juga satu tim," kata Xavier.

Lanna juga bangkit dari posisinya, gadis itu perlahan naik ke atas ranjang dan duduk di belakang Xavier. Kedua tangannya menyentuh punggung Xavier. Lanna berusaha memulihkan luka di punggung lelaki itu.

Xavier terkejut setengah menoleh tetapi dia masih dapat mengontrol ekspresinya. Menundukkan kepala Xavier memilih untuk diam tidak mengatakan apapun pasrah dengan apa yang di lakukan Lanna padanya, merasakan tangan mungil Lanna yang menyentuh punggungnya.

"Itukan dulu. Tetapi sekarang kita berbeda. Kita tidak satu kelas, kita tidak satu tim lagi dan bahkan kita tidak satu sekolah lagi dan bahkannya lagi kita juga sudah beda kota," ucap Lanna.

Xavier masih diam mendengarkan.

"Aku tidak memiliki masalah apapun denganmu aku hanya merasa lelah dengan semuanya sekaligus merasa marah. Aku meminta maaf kalau kau juga kena, aku tidak bermaksud begitu. Padahal aku sudah berusaha untuk tidak menyebarkan energi negatif yang ku miliki padamu tetapi ternyata itu hanya memperparah hubungan di antara. Aku hanya takut kemarahanku nantinya menyakitimu juga. Terimakasih sudah mengkhawatirkanku, ya. Aku senang," sambung Lanna lagi.

Mata Xavier melebar mendengar kalimat terakhir Lanna tapi cepat-cepat dia menyadarkan pikirannya lagi kembali normal, datar seperti biasa.

Xavier memutar tubuhnya ke belakang. "Jadi, sebenarnya kita tidak memiliki masalah yang lainnya, kan? Aku hanya khawatir,"

Lanna tidak langsung menjawabnya, gadis itu kini malah bergantian terkejut dengan bagaimana wajah mereka yang saling berdekatan. Jarak mereka begitu tipis. Lanna dapat merasakan hembusan napas Xavier pada wajahnya dan bagaimana mata mereka bertemu serta menatap wajah tampan Xavier dari jarak yang begitu dekat, detak jantungnya bahkan kini— tidak bisa, Lanna tidak bisa menahannya lagi.

"Tidak ada. Kau hanya salah paham saja," jawab Lanna seraya bangkit dari atas kasur berusaha untuk tetap tenang. "Sudah lebih baik, kan?" Tanya Lanna kembali melipat pakaiannya dan bermaksud menanyakan punggung Xavier.

"Iya. Terimakasih," jawab Xavier.

"Dengan senang hati," balas Lanna.

Guru Han, assiten Rosie serta Xavier dan Lanna mereka berada di depan rumah.

"Lanna, kami akan kembali ke kota Ravoria. Baik-baik di sini dan jangan sungkan untuk hubungi kami jika kau butuh sesuatu ataupun bantuan. Kami pasti akan membantumu. Di dalam rumah ada gudang senjata untukmu, kau bisa gunakan itu jika tiba-tiba muncul snomster," ucap asisten Rosie.

"Tidak perlu khawatir sangat begitu. Ada aku di sini, jadi tenang saja. Cerewet sekali, sih? Padahal belum jadi ibu," sela Serena bersandar di depan pintu utama dengan wajah sinisnya.

Asisten Rosie tidak ambil hati, dia sudah mengenal Serena lebih dulu jadinya hanya tersenyum menanggapi kalimat Serena. Tetapi berbeda dengan Lanna, gadis itu melotot lebar-lebar ke arah Serena dan Serena tentu saja langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Bagaimana pun secara tidak langsung Lanna itu terasa seperti majikannya.

"Sepertinya lebih baik aku menghilang," dan benar saja, setelahnya Serena benar-benar menghilang dari pandangan.

"Aku juga sudah memasukanmu ke sekolah SMA biasa di kota ini untuk melanjutkan pendidikanmu. Berhati-hatilah Lanna,' ucap guru Han dan Lanna mengangguk-anggukkan kepala sebagai jawaban.

"Terimakasih banyak atas bantuannya selama ini. Aku benar-benar berterimakasih," kata Lanna lalu membungkuk hormat penuh kesopanan kepada guru Han dan asisten Rosie.

Kemudian guru Han dan asisten Rosie memasuki mobil tinggal tersisa Xavier masih berdiri mematung di dekat Lanna.

"Kau tidak masuk ke mobil?" Tanya Lanna.

Xavier diam sejenak menatap Lanna, dia ingin mengatakan sesuatu namun ragu.

"Iya, aku akan masuk ke mobil sekarang. Aku harap kau selalu berhati-hati. Jangan sungkan untuk hubungi aku jika kau butuh bantuan. Barangkali aku bisa membantumu," jawab Xavier.

Lanna mengangguk. "Hm, iya terimakasih. Sekarang pergilah,"

Xavier berjalan mendekati mobil dan masuk ke dalamnya kemudian mobil pun mulai melaju meninggalkan tempat tinggal baru Lanna serta kota Naeron. Lanna melambaikan tangannya menatap mobil yang di kemudikan oleh guru Han itu sudah semakin menjauh dari pandangan Lanna.

"Hei Lanna, cepat kau masuk! Kau ingin di makan snomster? Aku tidak akan bertanggungjawab lho, ya!" Teriak Serena dari dalam rumah.

Lanna tidak membalas teriakan Lanna, dia langsung masuk ke dalam rumah dan memutuskan untuk langsung tidur tanpa melakukan aktivitas apapun lagi.

...----------------...

"Terimakasih sudah mengkhawatirkanku, ya. Aku senang,"

Xavier segera menyadarkan pikirannya kembali menutupi seluruh wajahnya. Padahal cuma kalimat sederhana tetapi berhasil mengguncang pikirannya. Sekaligus ada perasaan senang ketika dia mendengarnya.

Tetapi kini dia tidak akan memulai hari tanpa keberadaan Lanna lagi. Hanya ada dirinya cuma dirinya saja. Meskipun begitu, Xavier diam-diam akan memantau Lanna tanpa sepengetahuan gadis itu.

...----------------...

"Ada apa?" Tanya Lanna pada Serena.

Lanna terbangun di jam larut tidurnya yang nyenyak itu harus terganggu karena Serena yang terus-menerus mengerang menatap tajam ke arah luar jendela kamar bahkan gigi-gigi taringnya muncul.

Bukannya menjawab Serena malah pergi keluar dari ruangan kamar meninggalkan Lanna yang masih di landa kebingungan. Dia lalu menyusul langkah Serena tetapi sialnya dia kalah gesit padahal belum ada satu menitan Serena pergi. Ah, ya, Lanna baru ingat kalau Serena sudah menjelma sebagai seekor serigala putih sekarang. Dia membuka pintu utama, kepalanya melongok-longok keluar dan dia tidak melihat apapun yang aneh selain kegelapan malam saja.

Merasa penasaran Lanna memutuskan untuk menyusul Serena walaupun dia tidak tahu ke arah mana dan akan pergi ke mana.

Lanna menyusuri jalanan malam hari yang sepi dan gelap, di setiap sisi kiri kanannya cukup di dominasi oleh pepohonan lebat. Dan Lanna hanya mengandalkan penerangan melalui ponsel yang di genggamnya. Tidak lupa dia juga membawa pisau kecil untuk berjaga-jaga jika ada snomster yang tiba-tiba menyerangnya pisau kecil itu dapat membantunya.

Sementara di tempat lain ...

Serena dengan wujud aslinya yang baru yakni serigala putih. Besar dan tinggi bahkan ukurannya melebihi dari ukuran orang dewasa, mengerang ke arah seseorang. Berdiri tidak jauh di hadapannya. Rambutnya panjang berwarna putih diikat ke belakang, bola matanya berwarna merah serta perawakannya yang besar dan tinggi sekitar 195 cm dengan pakaiannya yang serba hitam tidak lupa jubah di punggungnya berdiri tidak jauh di hadapan Serena. Aura gelap terpancar begitu kuat.

Dan melihat bagaimana wujud seseorang di hadapannya itu Serena kenal betul siapa. Dialah tidak lain jiwa jahat dari kegelapan yang sudah di kurung lama dan tiba-tiba muncul kembali, serena yakin sudah pasti ada seseorang yang membuka segel buku itu dan membangkitkannya. Serena berpikir, apakah sejarah kelam kota Ravoria akan terulang kembali? Tetapi siapa yang telah membangkitkannya? Bukannya buku itu di sembunyikan di tempat tersembunyi agar siapapun tidak dapat menemukannya?

"Kau ... Daemonic Lev?" Sapa Serena masih menatap tajam ke arah pria tesebut.

"Oh, kau sedang menyapaku, ya?"Sahut pria tersebut dengan senyuman miringnya.

Tidak, bukan cuma satu jiwa. Aku bisa merasakan ada jiwa yang lain di sana, seorang jiwa yang ku kenali, batin Serena.

Maksudnya ialah sosok di hadapan Serena memang sudah menghisap banyak jiwa tentu saja banyak sekali jiwa-jiwa yang hidup di dalam jiwanya.

Terdengar membingungkan, bukan?

Sosok di hadapan Serena ini memang tidak memiliki tubuh. Ketika penyegelan sosok di hadapannnya ini terjadi, tubuhnya di pisahkan dan di hancurkan.

Tetapi bagaimana bisa? Pikir Serena.

Dan seolah sedang membaca isi pikiran Serena, sosok pria itu tertawa geli dengan tenangnya dan berkata ...

"Salah satu dari kalian melakukan ritual pembangkitan dan dia berhasil memanggilku. Tubuhku memang sudah tidak ada namun itu tidak membuatku terhalang. Sebab, tubuhku akan tetap hidup dan membentuk sempurna seperti wujud asliku sebelumnya walaupun melewati tubuh orang lain," katanya, nada suaranya begitu angkuh.

Tidak salah lagi, ada orang lain yang sudah membangkitkannya, batin Serena.

Masalahnya adalah sosok pria bertubuh tinggi nan besar itu datang ke kota Naeron bertepatan dengan kepindahan Lanna. Apakah dia tahu bahwa Lanna dari semesta lain? Karena ... karena sosok itu tahu aturan yang tertulis di dalam kitab penyegelan peta kuno hanya jiwa dari semesta lain yang dapat membukanya. Pun dahulu memang sosok itu berambisi mengincar benda tersebut tanpa aturan yang tertulis namun sekarang itu akan jadi lebih mudah karena keberadaan jiwa Lanna.

Dan apalagi? Selain benda tersebut yang di incarnya, sosok di hadapannya ini juga pasti akan mengincar Lanna. Malahan kedua jiwa itu akan mengincar Lanna. Ini gawat.

"Serena?"

Panggilan itu langsung menyadarkan pikiran Serena. Tiba-tiba saja suara sosok pria di hadapannya berubah, Serena mengenal suara ini.

"Ttheo?" Ucap Serena, matanya menyipit menelisik setiap inci yang ada pada tubuh Daemonic Lev.

Dan tidak lama kemudian Serena berubah wujud kembali normal.

Jadi jiwa yang ku kenal ini adalah Ttheo? Pantas saja, batin Lanna.

"Kau cantik sekali bahkan ketika wujudmu bukan lagi seorang manusia,"

Jadi Ttheo yang sudah membangkitkan jiwa gelap itu? Batin Serena lagi.

"Jangan mendekat!"

Saat Daemonic Lev—maksudnya tubuh yang jiwanya sudah bergnanti menjadi Ttheo Tinson itu hendak berjalan mendekati ke arah Serena.

"Aku tidak akan menyakitimu Serena, tenang saja," ucap Ttheo.

"Ah, menyenangkan sekali. Jadi kau menyukai makhluk ini?" Kata Daemonic bermaksud kepada Serena.

"Jangan menyakitinya," tegas Ttheo pada Daemonic.

Daemonic tertawa sinis. "Kau berani memerintahku, hah?"

"Apa itu?" Ucap Lanna pelan.

Dia mengintip dari balik pohon memperhatikan dua orang, berdiri saling berhadapan namun berjarak. Mata Lanna melirik ke arah Serena, ya benar itu Serena dan yang satu lagi itu siapa? Itu yang jadi pertanyaan Lanna. Suara pria itu berubah-ubah tetapi Lanna cukup mengenali suara yang satunya, dia pernah mendengarnya suatu hari. Lanna lupa-lupa ingat.

"Kau, Ttheo? Apa yang kau lakukan? Kau membangkitkannya? Kau menyerahkan ragamu untuk makhluk seperti Daemomic itu? Kau tahu? Kau tidak hanya menyerahkan ragamu tetapi juga jiwamu," ucap Serena.

Meskipun begitu, Serena tetap waspada berusaha untuk tidak lengah terhadap sosok di hadapannya itu.

Mata Lanna langsung melebar mendengar nama Ttheo di sebutkan.

"Itukan ... Itukan yang ... "

Ttheo Tinson, anak itu yang akhir-akhir ini menjadi buah bibir di celestial dan mereka juga pernah bertemu sebelumnya. Tetapi bagaimana bisa wujudnya bisa berubah seperti itu—

Tunggu dulu.

Tadi Serena bilang membangkitkan? Menyerahkan raga? Serena juga bilang tadi menyerahkan jiwa juga? Apa itu artinya ... ?

Tentu saja Lanna langsung tercengang ketika langsung memahaminya menutup mulutnya sendiri. Dia tidak percaya sekaligus tidak menyangka dengan tindakan Ttheo sampai sejauh ini demi ambisinya. Lanna tahu cerita tentang Daemonic Lev seorang manusia yang membiarkan dirinya seperti iblis. Keji dan jahat demi ambisinya tidak jauh seperti Ttheo. Lanna juga jadi teringat guru Han yang meminta bantuannya untuk keselamatan kota Ravoria.

Lanna menyalakan kamera ponsel lalu mengarahkannya kepada sosok pria yang bernama Daemonic Lev dan mengirimkannya kepada Xavier.

...----------------...

Ting!

Satu pesan masuk masuk muncul di layar ponsel milik Xavier namun sayangnya Xavier tidak sedang berada di dalam mobil bersama guru Han serta asisten Rosie sebab beberapa snomster murni menghadang perjalanan laju mobil yang membuat mereka akhirnya turun dari mobil untuk membasmi snomster-snomster tersebut.

"Kak Han?" Panggil asisten Rosie berjalan mendekati guru Han yang tiba-tiba saja terdiam.

Sebenarnya asisten Rosie tahu, dia paham dengan penyebab kenapa guru Han tiba-tiba saja terdiam mematung di tempat. Hanya saja asisten Rosie berusaha untuk memastikannya terlebih dahulu, apakah guru Han merasakan apa yang dia rasakan juga?

"Aku merasakan keberadaannya, Rosie," ucap guru Han.

Tidak salah lagi, batin asisten Rosie.

"Daemonic Lev?" Sahut asisten Rosie.

...****************...

1
Retno Isma
jgn Hiatus ya....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!