Menunggu adalah cinta yang paling tulus, tapi apakah yang ditunggu juga mencintai dengan tulus? Sudah tiga tahun lamanya Anaya Feroza Mardani menunggu sang kekasih pulang dari Indonesia. Kabar kematian sang kekasih tak akan membuat Naya begitu saja percaya sebelum dirinya bertemu dengan jasad sang kekasih.
Penantian tiga tahun itu, membuat kedua orang tua Naya harus menjodohkan Naya dengan seorang Dokter tampan bernama Naufal Putra Abikara anak dari Abikara Grup, yang tak lain adalah musuhnya saat SMA dulu.
Apakah kekasih yang Naya tunggu akan datang? Dan apakah dia masih hidup atau sudah meninggal? Bagaimanakah hubungan Naya dengan Naufal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aniec.NM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 17 Arosky
Kondisi Naya mulai membaik, dia juga sudah mulai ingin makan. Dia tidak mengurung diri lagi di ruangan, Naufal berhasil menyembuhkan luka hatinya, obat luka hatinya adalah Naufal, hanya dia yang bisa. Hari ini dirinya juga sudah bisa pulang.
Naufal mendorong kursi roda Naya membawa wanita itu berjalan-jalan di taman dekat rumah, melihat pemandangan dan udara segar dapat membuat keadaannya menjadi lebih baik.
“Naya, aku boleh minta sesuatu nggak sama kamu?” Naufal berjongkok di hadapan Naya, dengan menggenggam erat tangan Naya.
“Apa?” tanya Naya.
“Jangan pernah hilang lagi dari aku, aku takut kehilangan kamu Nay, aku nggak mau kehilangan wanita yang aku sayang untuk ketiga kalinya,” ungkap Naufal, matanya menahan tangisan.
Naya terdiam sejenak sebelum dirinya menjawab, Naya menatap dalam suaminya dan kemudian tersenyum.
“Aku janji nggak akan ninggalin kamu,” ucap Naya dengan menjulurkan kelingkingnya.
**
Semua keluarga sudah berkumpul di ruang tamu, mereka berkumpul di rumah Abikara untuk mendengarkan penjelasan Naufal terkait dia menemukan Naya.
“Jadi malam itu …”
Flashback on
Naufal memberhentikan mobilnya di dekat rumah yang Diva masukin itu, berjam-jam ia tunggu hingga tak sengaja dia melihat Diva dan Raka tengah berkelahi di depan rumah itu. Raka mendorong Diva hingga terjatuh lalu dia meninggalkan Diva. Naufal melihat itu, dengan sigap menancap gas mobilnya untuk mengikuti kemana arah Raka pergi, sebelum Naufal pergi dia sempat melihat di kaca spion mobil Diva memandangnya dari jauh.
Dengan kecepatan dan perjalanan yang lama, Naufal tetapi fokus menyetir tak ingin kehilangan jejak Raka. Namun sayangnya, saat di tengah jalan tiba-tiba saja Diva mengundangnya dengan ojek.
“Naufal!”
“Diva, kenapa kamu menghalangi jalan saya?” tanya Naufal.
“Kita perlu bicara, Naufal.”
“Ini bukan waktu yang pas untuk berbicara sama kamu,” tolak Naufal.
“Ini soal Naya,” jawab Diva.
Seketika tangan Naufal yang tadinya ingin menutup kaca mobil, tak jadi dia meminta Diva untuk masuk kedalam mobilnya dan membicarakan ini di dalam mobil.
“Aku tau keberadaan Naya, dan aku tau siapa yang nyulik dia,” ujar Diva.
“Siapa?” tanya Naufal tanpa menoleh, dia sibuk menyetir.
“Airin dan Raka!”
Seketika Naufal menancap rem mendadak, dia memberhentikan mobilnya sebentar. Dia terkejut bukan main, tak percaya namun bener nyata.
“Maksud kamu?” tanya Naufal.
“Raka sama Airin itu sepupuan, dan Airin nikah sama kakak aku. Mereka sengaja nyulik Naya karena mau balas dendam,” jelas Diva.
“Kenapa mereka mau balas dendam?” tanya Naufal.
“Kalau itu aku nggak tau. Naufal, aku harus cari Naya, Airin bukan orang baik dia punya penyakit kelainan jiwa,” jelasnya lagi.
Naufal meremas setiran mobil itu, dengan tatapan tajam penuh amarah dia menancap gas kali ini Naufal bener-bener seperti kesetanan dia tak melihat orang, dia terus melajukan mobilnya tanpa melihat Diva yang ketakutan.
“Naufal pelan-pelan kita bakal celakan kalau kayak gini!”
“Naufal!”
Flashback of
“Gitu ceritanya,” ucap Naufal.
“Ternyata asisten kamu juga ternyata suruhan Raka untuk jebak kamu, Nay,” jelas Naufal lagi.
“Tapi kenapa Dokter Diva bisa tau kalau Kak Naya diculik?” tanya Kayra.
“Kalau itu aku nggak tau.”
“Sudah kita jangan bahas itu lagi, yang penting Naya ditemukan dengan selamat,” ujar Mama Nisa, mengelus pucuk kepala sang anak.
“Kak Naya tau nggak, saat Kak Naya hilang Bang Naufal nggak pulang hampir satu minggu, dia nggak makan, nangis terus sampe hujan-hujanan,” terang Vero meledek Naufal.
Naya melirik Naufal, pipinya memerah dia begitu malu saat diledek Vero. Lelaki merapikan rambutnya padahal rambutnya tidak berantakan
**
Naufal meletakan segelas air itu di laci kamarnya, ia melihat Naya tengah sibuk di meja belajarnya, matanya sibuk menatap laptop.
“Kamu harus banyak-banyak istirahat nggak boleh kerja dulu,” ucap Naufal, memeluk Naya dari belakang.
“Aku nggak kerja kok, aku cuma lagi hapus foto-foto aku sama Airin,” jawab Naya.
Naufal mengambil kursi lalu duduk di samping wanita itu. Naufal bisa merasakan kekecewaan dalam hati Naya, dia pasti bener-bener terpukul banget.
“Dulu aku merasa beruntung banget punya sahabat sebaik Airin, dia bener-bener baik. Ternyata apa yang kita anggap baik belum tentu sebaik apa yang kita kira,” ungkap Naya.
“Naufal.”
“Iya sayang?”
“Pas kamu mau nolongin aku, kamu satu mobil sama Dokter itu?” tanya Naya dengan wajah cemberut.
Naufal menatap lekat Naya, dia tau apa yang tengah Naya pikirkan, wanita itu tengah cemburu. Lalu Naufal memeluk Naya dengan mata terpejam.
“Setiap hari, detik dan jam, bahkan saat aku bersama orang lain, aku ngerasa kamu selalu sama aku, walau di tempat yang berbeda. Selalu kaya gini ya, aku suka sikap kamu,” ucapnya.
Naya berusaha melepas pelukan itu, namun Naufal mengeratkannya.” Diam, aku mau lebih lama peluk kamu!” tegas Naufal.
“Sampai kapan?” tanya Naya.
“Sampai hmmmm sampai kapan ya, pokoknya nggak tau sampai kapan.”
**
Diva menatap kakaknya Jody yang kini terbaring lemah di rumah sakit, dia baru saja menjalankan operasi peluruh yang menusuk di dadanya cukup membuat dia kehabisan banyak darah dan hampir kehilangan nyawa. Diva merasa ibah dengan keadaan Kakaknya.
“Kak, aku bakal urus surat cerai kamu ya. Kamu harus sembuh, jangan harapin wanita jalang itu lagi ya,” ucap Diva.
Di tempat lain, Raka dikurung dalam kegelapan jeruji besi, dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Penjara selama 5 tahun cukup untuk menebus perbuatannya.
“Nay, maafin aku aku khilaf aku udah buat kamu sengsara selama ini.”
Sedangkan Airin, dia ditempatkan di tempat yang berbeda tempat di mana selayaknya di di tempatkan. Rumah sakit jiwa baik untuknya, selama ini Airin mengalami gangguan jiwa. Baginya mungkin tempat ini neraka, dia tidak akan bisa keluar tapi ini yang terbaik untuknya. Airin menangis, menghancurkan barang-barang di dekatnya dia terus-terusan memanggil nama Naufal.
“Naufal, aku cinta sama kamu!!!””
“Kenapa kamu malah cinta sama cewek jalang itu!!!!”
Terkadang emosinya tidak stabil, terkadang dia menangis tersedu-sedu, tertawa dan marah tak jelas. Hingga petugas RSJ memborgol tangan dan kakinya.
“Hahahaha … pasti Naufal bakal datang kesini kan, jemput aku, ngajak makan.”
Diva menatap dari jauh kakak iparnya itu, dia bener-bener prihatin dengan keadaan Airin, walaupun dia jahat Airin tetap kakak iparnya, Airin tetap pasien yang ditangani ketika Airin mencoba melukai dirinya sendiri.
“Apa ibu mau jenguk pasien itu?” tanya petugas RSJ.
“Nggak Mbak, tolong kasih makanan ini buat dia ya, dan tolong perhatikan dia saya nggak mau dia kenapa-napa!”
“Ibu tenang saja, kami disini akan merawat semua pasien dengan baik,” ujar petugas itu.
“Iya, makasih Mbak,” ucap Diva beranjak pergi dari RSJ.