Reintara Narendra Pratama adalah CEO muda yang dikenal tampan dan penuh wibawa. Di usia 25 tahun, ia sudah membangun reputasi sebagai pria yang tajam dalam mengambil keputusan, namun sulit didekati secara emosional. Hidupnya yang teratur mulai berantakan ketika ia bertemu dengan Aprilia—seorang perempuan penuh obsesi yang percaya bahwa mereka ditakdirkan bersama. dia berumur 22 tahun
Awalnya, Reintara mengira pertemuan mereka hanyalah kebetulan. Namun, semakin hari, Ria, sapaan akrab Aprilia, menunjukkan sisi obsessi yang mengerikan. Mulai dari mengikuti setiap langkahnya, hingga menyusup ke dalam ruang-ruang pribadinya, Ria tidak mengenal batas dalam memperjuangkan apa yang ia anggap sebagai "cinta sejati."
Reintara, yang awalnya mencoba mengabaikan Ria, akhirnya menyadari bahwa sikap lembut tidak cukup untuk menghentikan obsesi perempuan itu. Dalam usaha untuk melindungi dirinya, ia justru memicu konflik yang lebih besar. Bagi Ria cinta adalah perjuangan, OBBSESY SEGALANYA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 'yura^, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kendali yang tak terlihat
Kendali yang Tak Terlihat
Ketegangan yang Belum Usai
Reintara merasa lelah, bukan karena fisik, melainkan mental. Setiap kali ia mencoba menutup celah yang dimanfaatkan Ria, wanita itu selalu menemukan cara baru untuk menyusup ke dalam kehidupannya.
Pagi itu, ia duduk di ruang kerjanya, matanya menatap layar laptop dengan fokus yang penuh kewaspadaan. Tim IT telah menemukan salah satu aset digital perusahaan yang disusupi.
“Tuan Reintara, seseorang dari luar telah mengakses basis data cadangan. Tapi ini aneh, mereka tidak mencuri apa pun,” lapor kepala IT-nya.
“Mereka tidak mencuri, tapi mereka meninggalkan jejak,” jawab Reintara dengan suara dingin. “Itu tanda dari Ria. Dia hanya ingin menunjukkan bahwa dia masih bisa menjangkau ke sini.”
Kepala IT mengangguk, menyadari maksud atasannya. “Kami akan menelusuri koneksi ini dan memastikan bahwa akses seperti ini tidak terjadi lagi.”
Namun, Reintara tahu bahwa menghentikan Ria membutuhkan lebih dari sekadar sistem keamanan yang kuat. Wanita itu bermain dengan emosi dan taktik yang jauh lebih sulit diprediksi.
Nadia yang Mulai Khawatir
Sementara itu, Nadia juga merasa dampak dari kendali Ria. Ancaman-ancaman kecil seperti pesan anonim, foto-foto pribadi yang dikirimkan ke alamat emailnya, hingga gosip yang beredar di media membuatnya semakin resah.
“Rein, sampai kapan ini akan berakhir?” tanya Nadia dengan suara bergetar.
Reintara menarik napas panjang, mendekat dan meraih tangan Nadia. “Aku tidak tahu, Nad. Tapi aku berjanji, aku akan melakukan segalanya untuk melindungimu.”
Namun, di dalam hatinya, Reintara tahu bahwa selama Ria masih memiliki koneksi di luar penjara, ancaman itu tidak akan pernah benar-benar hilang.
Ria yang Masih Mengatur Segalanya
Di dalam selnya, Ria tersenyum puas saat mendengar laporan dari salah satu orang kepercayaannya.
“Kita berhasil menunjukkan bahwa kendali masih ada di tangan kita, Nia?” tanyanya kepada wanita di depannya, salah satu pengacaranya yang juga merupakan mata-matanya di luar.
“Ya, Bu. Reintara sedang berusaha keras untuk menutup semua celah, tetapi ia tidak akan bisa sepenuhnya menyingkirkan pengaruh Anda,” jawab Nia.
Ria tertawa kecil, matanya bersinar penuh obsesi. “Bagus. Biarkan dia merasa aman untuk sementara waktu. Tapi pastikan dia tahu bahwa aku selalu ada di sekitarnya, bahkan jika dia tidak melihatku.”
Langkah Strategis Reintara
Malam itu, Reintara mengadakan rapat rahasia dengan beberapa tim elitnya.
“Kita harus memutuskan koneksi Ria di luar penjara. Temukan siapa saja yang masih bekerja untuknya dan hancurkan jaringan itu,” perintahnya.
“Kami sudah memetakan beberapa orang yang kemungkinan menjadi anteknya, Tuan. Namun, ada beberapa yang posisinya cukup tinggi dan sulit disentuh,” jawab salah satu anggota timnya.
Reintara mengepalkan tangan. “Tidak ada yang tidak mungkin. Gunakan semua sumber daya yang kita miliki. Aku ingin ini selesai secepat mungkin.”
Ria yang Selangkah Lebih Maju
Namun, sebelum rencana Reintara dijalankan, Ria sudah lebih dulu melancarkan serangan baru. Ia mengirimkan sebuah surat ancaman langsung ke kediaman orang tua Reintara, yang isinya memperingatkan mereka untuk tidak terlalu ikut campur dalam kehidupan putra mereka.
Saat mendengar hal ini, Reintara merasa amarahnya memuncak. Ia segera mendatangi Ria di penjara, meskipun ia tahu bahwa wanita itu hanya ingin memprovokasinya.
“Ria, permainanmu sudah keterlaluan!” bentaknya begitu ia duduk di ruang kunjungan.
Ria hanya tersenyum kecil, wajahnya penuh kepuasan. “Aku hanya ingin mengingatkanmu, Rein. Tidak ada yang bisa menghentikanku.”
“Kau pikir aku akan membiarkanmu terus seperti ini?”
“Kamu tidak punya pilihan, Rein. Aku masih memegang kendali atas hidupmu. Aku tahu semua kelemahanmu, dan aku akan menggunakannya kapan pun aku mau.”
Reintara menatapnya dengan tatapan tajam, tetapi ia tahu bahwa kata-kata Ria tidak sepenuhnya salah.
Kehidupan yang Terusik
Meski begitu, Reintara tidak menyerah. Ia tetap berusaha menjalani hidupnya bersama Nadia, meskipun ancaman dari Ria terus menghantui.
“Rein, aku tahu ini sulit, tapi aku ingin kita tetap bersama menghadapi ini,” kata Nadia dengan suara lembut.
Reintara menatapnya dengan rasa syukur. “Aku beruntung memilikimu, Nad. Kamu adalah kekuatanku untuk melawan semuanya.”
Namun, di dalam hati kecilnya, ia tahu bahwa selama Ria masih memiliki kendali, kebahagiaannya dengan Nadia tidak akan pernah benar-benar utuh.
agar mereka tau kau bukan wanita biasa hanya orang tertentu yang melihat ketulusan mu💪
semoga kam menemukan pria yang sangat sangat mencintai mu.
di saat kamu berpaling bisa saja si Reintata bisa melihat mu.
jangan pernah lagi berhubungan dengan Reintata. walaupun sudah saling memaafkan suatu saat nanti
orang masa lalu yang menyakiti mu. tidak perlu hadir kembali dalam bentuk persahabatan ataupun persaudaraan sekalipun.
Semangat buat author nya...
apa suaminya Nadia tu tidak mempunyai sedikit perasaan pada ria
buat ria menemukan kebagian nya dong Thor