Kekecewaanya terhadap sang Ayah membuat Azzura menerima dengan lapang ketika sang ayah akan memasukannya ke sebuah pesantren.
Ingin menolak namun hatinya terlalu lelah dengan keadaan.
Satu hal yang ia harapkan bahwa langkahnya menerima keputusan sang ayah hanya agar sang bunda kelak akan bahagia dan tak mendapat siksaan atas semua dosa-dosa nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R²_Chair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tiga
Zura merasakan langkahnya semakin berat.
ia yakin kali ini ia tidak akan bisa lolos dari amukan sang ayah.Ia tersenyum miris,ternyata jalan hidupnya memang tak semudah itu,tenyata kebahagiaan tak kunjung datang pada dirinya.
Dengan mudahnya semua orang memojokannya tanpa mendengar sedikit saja penjelasannya.
Kejadian tadi membuat zura sadar,tak ada orang yang benar-benar tulus di dunia ini.
Orang yang ia anggap sahabat ternyata mereka sama seperti yang lain.Hanya berkamuflase saja.
Kecewa sudah pasti,tapi hanya sebatas itu.
Bahkan untuk membenci pun ia sudah tak peduli.
Beruntung ada satu orang yang selalu percaya kepadanya.
Karena setiap ia ada masalah, Naufal selalu menjadi satu-satu nya orang yang selalu mengusap punggungnya agar lebih bersabar.
Samuel yang ia harapkan bisa menjadi guardian,ternyata tak se care itu.Puncak kekecewaannya pada samuel.
Hingga ia berharap tak akan pernah bertemu dengan dia lagi.
Zura turun dari motornya.
Langkahnya terpaku kala melihat sang aya menatapnya dengan tajam.Ia bisa melihat aura kemarahan pada diri ayahnya.Sejenak ia terdiam,menyiapkan segalanya.Karena ia yakin hari ini adalah puncak kepedihannya.
Zura mengambil napas dengan dalam,kemudian membuangnya perlahan.
Setelah sedikit tenang,zura mulai melangkah menghampiri sang ayah dan tak lupa sang ibu di belakangnya.
jika wajah sang ayah terlihat menahan amarah,berbeda sang ibu yang terlihat begitu khawatir.
Plak
Satu tamparan keras mendarat di pipi kanannya.
Rasa perih, panas dan kebas langsung terasa pada wajahnya.Zura mengusap ujung bibirnya yang mengeluarkan darah.
"dasar anak gak tau di untung,bisa nya cuma bikin masalah aja " teriak Reza Abraham sang ayah
"Mau jadi apa kamu,kerjanya cuma bikin onar terus..apa maksud kamu celakai cindy ? Kenapa kamu tega celakai sodara kamu sendiri Zura ?" teriak ayah semakin kencang."Mau jadi apa hah ? Jadi preman, iya ? "
"Dasar anak tidak tau di untung,udah bagus kamu ayah sekolahkan..bukannya sekolah yang bener malah bikin masalah terus.Beda dengan cindy yang selalu tekun belajar "
Azzura tersenyum miris,
Hatinya begitu sakit mendengar perkataan sang ayah.Sakit bagai di tikam belati,ingin rasanya ia melawan namun hati dan badannya begitu lelah.
sang ibu hanya bisa menangis melihat keadaan zura."Udah puas kan ? Zura udah boleh masuk kan yah ?"
"Dasar anak durhaka,saya sudah cape ngurusin kamu.Saya sudah tidak punya muka di depan orang karena kelakuan kamu.Segeralah berkemas,besok akan saya antar kamu ke pesantren "ucap ayah langsung meninggalkan zura
Deg
"fffiiuuhh " zura kembali membuang napas kasar.
"udah gue duga ini akan terjadi,haha...selamat zura,lo udah resmi di buang sama bokap lo "Zura melangkah masuk ke dalam rumah.
Saat ia akan melewati sang ibu,ia berhenti sejenak.
"udah puas kan bikin gue di buang sama bokap,makasih lo dan ponakan lo sungguh luarbiasa " ucap zura dingin
Nayla sang ibu hanya bisa menangis melihat zura.
"Zura..." panggilnya.Namun zura tak memperdulikannya.Ia terus masuk ke dalam kamar.Menutup pintu dan menguncinya.Seketika badannya luruh serasa tak bertulang,duduk menekuk lututnya dan membenamkan kepalanya,isak tangis begitu terdengar pilu.
dadanya terasa semakin sesak,sesekali ia memukul dadanya berharap rasa sesaknya berkurang.
"kenapa mereka semua kejam sama gue,salah gue apa ? Kenapa Tuhan ciptain gue kalo cuma bikin gue sesakit ini. Bun...aku gak kuat bun,aku ingin menyerah bun )
Tanpa ia tahu seseorang ikut menangis saat mendengar tangisan pilu sarta ucapannya.
♧♧R²_Chair♧♧