"Karena kamu yang menggagalkan acara pernikahan ini, maka kamu harus bertanggung jawab!" ucap pria sepuh didepannya.
"Bertanggung jawab!"
"Kamu harus menggantikan mempelai wanitanya!"
"APA?"
****
Bagaimana jadinya kalau seorang siswi yang terkenal akan kenalan dan kebar-barannya menjadi istri seorang guru agama di sekolah?!?
Yah dia adalah Liora Putri Mega. Siswi SMA Taruna Bangsa, yang terkenal dengan sikap bar-barnya, dan suka tawuran. Anaknya sih cantik & manis, sayangnya karena selalu dimanja dan disayang-sayang kedua orang tuanya, membuat Liora menjadi gadis yang super aktif. Bahkan kegiatan membolos pun sangatlah aktif.
Kalau ditanya alasan kenapa dia sering bolos. Jawabnya cuma satu. Dia bolos karena kesetiakawanannya pada teman-teman yang juga pada bolos. Guru BK pusing. Orang tua juga ikut pusing.
Ditambah sikapnya yang seenak jidatnya, menggagalkan pernikahan orang lain. Membuat dia harus bertanggung jawab menggantikan posisi mempelai wanita.
Gimana ceritanya?!!?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 : Wanita Jadi-jadian
"Kita mau kemana Aa?" tanya Liora heran. Suaminya membelokkan mobil ke mol. Tumben, pikir Liora.
"Kita ke butik sebentar," jawab Agam dengan wajah tenang.
"Butik?" dahi Liora mengerut.
Butik yang dimaksud Agam adalah butik milik keluarga. Butik yang menjual gamis dan perlengkapan muslim. Mol hanya cabang kecil. Sementara butik pusat berada dipusat kota. Hidayat dan istrinya langsung yang mengelola. Tapi terkadang Agam juga turut membantu.
"Iya. Kita ke butik sebentar. Aa mau periksa laporan keuangan di sana. Nggak sampai dua jam kok!"
"Tapi, aku masih pake seragam sekolah. Malu Aa.....!"
"Tenang saja. Aa bawa baju ganti buat kamu....!" kata Agam seraya mengambil paper bag yang ada di kursi belakang.
"Eh, sejak kapan Aa bawa baju ganti untukku? Aku kok nggak tau!" Liora menggaruk tengkuknya.
Agam terkekeh kecil, lalu menyerahkan paper bag itu.
"Aa bawa tanpa sepengetahuan kamu. Karena memang sudah Aa rencanakan, sepulang sekolah sekalian mampir ke sini. Biar nggak bolak-balik!" jelas Agam. Liora membulatkan bibinya, tanda paham.
"Kamu bisa ganti di toilet butik. Atau mau ganti ditoilet mol?"
"Toilet mol aja."
Saat Liora dan Agam memasuki butik mewah tersebut, semua karyawan terhenti sejenak dari aktivitas mereka. Mereka menoleh ke arah pasangan itu dengan rasa penasaran. Agam, dengan senyum lebar, mengumpulkan karyawannya dan memperkenalkan Liora sebagai istrinya.
Semua karyawan terkejut, namun segera menyambut Liora dengan hangat. Mereka bersorak dan bertepuk tangan, menyambut kedatangan "nyonya baru" tersebut. Suasana menjadi meriah dan penuh kegembiraan.
Para karyawan tidak segan-segan menggoda dan menyindir Agam karena menikah secara diam-diam.
"Kok tidak undang kita, Bos?"
"Wah diem-diem aja Pak Bos nih!"
Agam tau, mereka hanya bercanda. Agam tersenyum dan menanggapi ejekan-ejekan tersebut dengan sabar.
Liora, yang awalnya merasa malu, menjadi lebih santai dan menikmati perhatian dari karyawan butik. Dia tersenyum dan berterima kasih atas sambutan hangat mereka. Agam memeluknya dan berkata,
"Selamat datang di toko. Kamu sekarang juga sudah menjadi keluarga baru kita."
Suasana hangat dan penuh keakraban tersebut membuat Liora merasa nyaman dan diterima. Entah apa maksud Agam membawanya ke butik
Saat tiba di ruangan private, Agam baru menjelaskan bahwa para karyawannya masih memiliki hubungan kekerabatan dengan bundanya. Liora pun mengerti kenapa tadi mereka terlihat sangat akrab.
Agam meminta Liora duduk sejenak, sementara dia menyelesaikan beberapa urusan. Tak lama, pintu kantor diketuk dengan lembut. Salah satu karyawan, yang tadinya menyambut Liora dengan hangat, masuk membawa dua cangkir kopi. Cappuccino blend dengan busa yang menggugah selera disajikan untuk Liora, sementara kopi hitam pekat disajikan untuk Agam.
"Terima kasih, Rina," kata Agam dengan senyum, menerima cangkir kopi tersebut. Rina tersenyum dan berbalik keluar, meninggalkan pasangan itu.
Agam menawarkan cappuccino kepada Liora dan dia menerimanya dengan rasa terima kasih. Setelah menikmati kopi bersama, Agam kembali fokus pada laporan keuangan butik. Matanya tajam memeriksa setiap angka dan grafik, sementara Liora menikmati kopi dan mengamati lingkungan sekitar dengan rasa penasaran.
Liora tidak sengaja terpikat saat tatapan suaminya sedang fokus pada laporan keuangan. Meskipun sedang fokus, Agam tetap terlihat tampan dan mempesona. Liora merasa sedikit terkejut dengan perasaannya sendiri. Dia tidak sadar telah menatap suaminya dengan penuh kagum.
"Kenapa tiba-tiba gue merasa kagum sama tuh orang?" Liora bertanya pada dirinya sendiri, merasa sedikit bingung.
Tapi, dia tidak bisa menyangkal bahwa Agam memiliki karisma yang luar biasa. Sebagai seorang guru serta bos, Agam menunjukkan kompetensi dan profesionalisme yang mengagumkan.
Liora mengamati Agam lebih lanjut, memperhatikan cara dia bekerja dengan tekun dan teliti. Dia menyadari bahwa perasaan kagumnya bukan hanya karena penampilan Agam, tapi juga karena sifatnya yang kuat dan ulet. Ada perasaan bangga memiliki suami seperti Agam.
Agam melirik ke arah istrinya. Liora terlihat enjoy menemaninya bekerja. Beberapa kali Agam menanyakan pada Liora bosan atau tidak, tapi oleh istrinya menjawab dengan gelengan kepala.
Agam menyelesaikan pekerjaannya dan mengajak Liora ke butik pusat milik ayahnya, Hidayat. Saat mereka tiba, seorang wanita jadi-jadian berpenampilan mencolok dan berperilaku manja mendekati Agam.
"Mas Agam, kemana aja? Kok jarang datang ke butik?" katanya dengan suara mendayu-dayu dan manja.
Agam terlihat terkejut dan sedikit malu. Dia menepuk keningnya dan melirik ke Liora yang melongo dengan ekspresi tidak percaya. Karyawan-karyawan di sekitar tidak bisa menahan tawa mereka, cekikikan dan berbisik-bisik.
Liora merasa sedikit heran dan penasaran dengan wanita tersebut.
"Siapa dia?" tanya Liora bertanya pada suaminya.
Agam segera memperkenalkan Liora sebagai istri, membuat wanita jadi-jadian itu terkejut dan berubah ekspresi.
"Ih, tega Mas Agam mengkhianati cinta tulus Eike. Katanya cinta. Katanya mau setia. Kok Eike ditinggal kawin. Mana ceweknya masih kecil gini. Dadanya juga rata. Apalagi bokongnya. Tepos alias nggak ada isinya. Nggak kayak Eike. Guede dan montok!" katanya menatap remeh ke arah Liora.
Suasana menjadi sedikit panas saat si wanita jadi-jadian menyindir dan mengatai Liora berdada rata, berbokong tepos alias nggak bahenol. Amarahnya langsung memuncak, menatap tajam ke arah wanita jadi-jadian itu.
Melihat Liora yang hendak marah, Agam segera mengambil alih situasi dengan senyum dan percakapan ringan. Liora masih menatap tajam dengan wajah judesnya. Tangannya sudah mengepal kuat ingin menghajar wanita yang mukanya sebelas dua belas dengan ondel-ondel itu, namun Agam langsung meredakan situasi, mengajak Liora berpamitan pada semua.
Namun tidak menyangka, si wanita jadi-jadian itu menggeplak bokong tepos Liora. Walau pelan, tetap saja membuat Liora semakin murka. Apalagi si wanita jadi-jadian menyindir kembali kalau bokong Liora emang tepos, nggak seperti bokongnya.
"DASAR BANCI KURANG AJAR. BERANI BANGET LO NYENTUH GUE!" TERIAK LIORA DENGAN SUARA MELENGKING, TANGANNYA MENJAMBAK RAMBUT WANITA JADI-JADIAN ITU.
"Tadi bacot Lo bilang apa? Dada gue rata. Bokong gue tepos. Sadar diri Lo. Lo pikir, Lo siapa hah? Lo tuh yang rata. Tepos. Muka kayak ondel-ondel. Perut kaya sapi bunting. Sialan Lo ngatain gue yang nggak-nggak!" teriak Liora membuat semua karyawan dan para pengunjung kaget.
"Aaaaaaaaaa, sakit. Apose? Ni cewek apa laki sih? Kok tenaganya kuat banget. Rambut gue sakit. Ini rambut asli!" cicitnya meringis kesakitan. Nyalinya tiba-tiba meredup mirip lampu petromax.
"Gue cicitnya samsonwati. Hahahaha. Gue botakin Lo!" teriak Liora semakin mengeratkan jambakannya.
"Sakiiiiit. Mas Agam tolong. Ini istrinya kesurupan apa sih? Kok ngeri begindong!"
"Gue kesurupan Buto ijo. Hari ini gue butuh mangsa. Kayaknya Lo bisa di jadiin mangsa gue. Hahaha……!"
"Ihhhhhh. Toloooong. Eike tatut. Nggak mau mati dulu, belum kawin…..! Mas Agam toloooooong…..!" teriaknya.
"Li, sudah. Botak dia Li kalau kamu narik kayak gitu…..!" Agam melihat Liora begitu kuat menjambak, matanya tajam, seperti bilah pisau yang siap menebas lawan.
Si wanita jadi-jadian meringis dan merintih, meminta tolong dilepaskan. Agam sudah berusaha menghentikan aksi Liora, tapi sepertinya Liora sangat murka. Dia hanya bisa meringis, merasakan penderitaan wanita jadi-jadian itu.
Liora langsung melepas jambakanya dari rambut wanita jadi-jadian. Ada beberapa helai rambut yang menempel di tangannya, lalu dengan santai meniup rambut itu hingga berterbangan dan jatuh ke lantai.
"Awas kalau Lo ngatain gue lagi. Bukan hanya rambut atas yang rontok. Rambut tengah, rambut bawah, rambut kaki pun gue rontokin!" Liora memperlihatkan gerakan seperti orang sedang menjambak. Wanita jadi-jadian bergidik ngeri, dia bergegas lari pontang-panting ketakutan.
Sementara Agam terkekeh geli menyaksikan adegan itu. Tertawa terpingkal-pingkal sampai perutnya sakit.
Biasanya Agam paling malas berhadapan dengan wanita jadi-jadian itu. Wanita jadi-jadian itu bekerja di salon.
Letak salonnya didepan butik miliknya. Dia akan datang kalau tau Agam ada di sana. Namun kali ini setelah perseteruannya dengan Liora, dia yakin wanita jadi-jadian itu tidak akan berani lagi datang ke butiknya.
Tadi Agam benar-benar tidak tahu kalau si wanita jadi-jadian sudah menggeplak bokong Liora. Pasalnya tadi Agam berdiri di depan mereka, fokusnya tidak pada satu titik saja.
Tapi tadi Liora menjelaskan dengan nada kesal. Bukannya Agam memarahi Liora atas tindakan kebar-barannya, ia justru mengacungkan jempolnya pada sang istri. Mengapresiasi tindakan Liora yang tidak suka disentuh oleh sembarang orang, meski itu wanita jadi-jadian. Tetap aja dalamnya laki-laki.
Bersambung.....
Xixixxixi......
Komen dong biar ruame.....