Terlahir dari keluarga berada dan putri bungsu satu satunya, tidak menjamin hidup Sabira Rajendra bahagia.
Justru gadis cantik yang berusia 18 th itu sangat di benci oleh keluarganya.
Karena sebelum kelahiran Sabira, keluarga Rajendra mempunyai anak angkat perempuan, yang sangat pintar mengambil hati keluarga Rajendra.
Sabira di usir oleh keluarganya karena kesalahan yang tidak pernah dia perbuat.
Penasaran dengan kisah Sabira, yukkkk..... ikuti cerita nya..... 😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Kemana aja kamu beberapa hari ini Dev, kenapa jarang pulang, kamu nginap dimana? " cecar bu Karin saat Devan masuk ke dalam rumah.
"Nggak kemana mana, ada kok, aku lagi ada sedikit pekerjaan." jawab Devan yang memang tidak sepenuhnya berbohong.
"Apa sesibuk itu kerjaan kamu, sampai nggak ingat pulang, kasian loh adik kamu, dia ingin di temani main sama kamu." sahut bu Karin lagi.
"Adik yang mana? adik ku sudah nggak ada di rumah ini, dia sudah pergi." jawab Devan tersenyum sinis.
"Astaga nak, kamu Jagan gitu, Aura juga adik kamu, mama tau kamu merasa bersalah sama Sabira, mama dan papa pun sama, tapi ingat juga masih ada Aura yang perlu perhatian." lembut bu Karin bingung dengan perasaannya sendiri, di satu sisi dia memang sangat sedih karena putri bungsunya pergi dari rumah, di sisi lain ada Aura yang harus di perhatikan.
"Hahaha.... Mama.... Mama. Masih saja tertipu dengan wajah sok polos siluman ular itu, semenjak aku tau sebagian kebusukannya, aku sudah tidak lagi menganggap dia adik ku, gara gara dia adik bungsu ku pergi dari rumah, gara gara kelicikan dia, adik kecil ku sampai terabaikan oleh keluarganya sendiri, keluarganya malah fokus sama orang yang bukan datang daging mereka, sungguh malang adik ku itu." ucap Devan panjang lebar.
Sementara Aura yang menguping di balik dinding, hanya bisa mengepalkan ke dua tangannya menahan marah.
Dia fikir dengan bisa merayu dan menghasut mama angkatnya itu, dia bisa membuat Devan menuruti permintaannya, sungguh dia sangat iri melihat perhatian Devan kepada Sabira.
"Maksud kamu apa sih nak? mama nggak ngerti, ohhh... Iya waktu itu mau ngasih tau kami apa? gara gara Aura pingsan kami jadi lupa." sanggah bu Karin.
"Haaa... Percuma saja aku ngasih tau mama dan papa, kalian pasti akan menyangkal perbuatan picik anak kesayangan kalian itu." sinis Devan.
"Devan." Bentak bu Karin.
"Nah kan, belum juga aku apa apain, mama sudah membelanya, lebih baik aku diam aja, aku akan cari bukti lengkap, dan setelah aku dapat kan semua bukti, jangan sebut nama ku Devan, Dengan tangan ku sendiri akan membalikan kesakitan yang di rasakan adikku, dan aku sendiri yang akan membuat dia keluar dari rumah ini, tanpa nama belakang Rajendra, enak sekali pendatang itu menikmati yang bukan miliknya, merampas yang seharusnya haknya."
Pantas dulu nenek dan kakek sangat menolak kehadiran anak pungut itu, karena mereka sudah mempunyai firasat buruk, dan firasat nenek dan kakek benar, kalian mudah tertipu dengan rubah licik itu, bahkan untuk kasih sayang saja kalian tidak bisa adil, mentang mentang adik aku nggak pernah mengeluh dan merengek seperti si anak pungut itu, jadi kalian menganggapnya baik baik saja, tanpa kalian tau orang yang kalian lihat baik baik saja itu, memendam luka yang sangat dalam." Cerocos Devan meluap kan emosinya, dadanya naik turun dan matanya memerah menahan tangis.
Bu Karin terdiam mendengar ucapan putra ke duanya itu, apa yang di bilang Devan memang benar adanya, dia pikir anak bungsunya akan baik baik saja di saat dia lebih perhatian kepada Aura, dan dia selalu memberikan hadiah apa yang di pilihkan Aura kepada Sabira, tanpa bertanya kepada sang anak dia suka atau tidak, klau di pikir pikir apa yang dia belikan tidak pernah di pakai sang anak, dan segi makanan pun Sabira tidak rewel dan memakan saja apa yang adi di hadapannya, tidak pernah bilang dia tidak suka, sampai sampai bu Karin sendiri tidak ingat dengan makanan kesukaan sang putri, tidak seperti Aura yang selalu ingin ini dan itu.
Tanpa terasa air mata bu Karin jatuh membasahi pipinya, sungguh dia sangat menyesal dengan dirinya yang gagal menjadi seorang ibu untuk putri kecilnya.
Bukan hanya bu Karin yang menangis pilu, tapi juga ada pak Johan yang mendengar kata kata sarkas Devan itu.
Pak Johan pun sangat merasa bersalah kepada putri kecilnya, jarang memperhatikan Sabira, bahkan dia lupa, kapan terakhir kali Sabira bergelendot manja kepada dirinya, sungguh penyesalan itu datang di akhir, nasi sudah menjadi bubur, klau sudah begini dia bisa apa.
"Dev." panggil pak Johan dengan mata berkaca kacanya.
"Apa? papa juga merasa bersalah kepada adik aku, nikmatilah rasa bersalah kalian, jangan pernah ganggu adik aku lagi, biarkan bebas di luar sana, tanpa uang dari papa pun adik aku bisa bertahan hidup dengan caranya sendiri, tanpa harus menjual diri kata seseorang yang sangat iri sama adik aku." sinis Devan, setelah berkata panjang kali lebar, Devan menggalkan ke dua orang tuanya yang masih menyesali perbuatannya itu.
Bukan Devan ingin bersikap kurang ajar kepada ke dua orang tuanya, di kasih tau baik baik orang tuanya akan tetap keras kepala, lebih baik dia berkata blak blak kan seperti itu, terbukti ampuh menyentil seluruh organ tubuh orang tuanya, mereka menyesali perbuatan mereka itu, namun untuk meminta maaf kepada Sabira, sepertinya bu Karin dan pak Johan harus butuh kesabaran dan kegigihan tingkat tinggi, karena dia tau adik kecilnya itu sangat sangat kecewa kepada ke dua orang tuannya, tak semudah itu pak Johan dan bu Karin akan mendapat maaf dari Sabira.
"Loe! apa yang loe lakuin di sini! loe menguping pembicaraan kamu huu.... Jadi begini kelakuan loe selama ini." bentak Devan.
Tentu saja membuat Aura terlonjak kaget.
"A-abang." gugup Aura.
"Kenapa loe gugup?! jadi benar apa yang gue curigai?! " sinis Devan.
"E-enggak kok bang, aku kebetulan lewat, aku mau ngambil minum ke dapur." alasan Aura.
"Cih... Ratu drama." cibir Devan meninggalkan Aura yang kelihatan makin salah tingkah.
Bersambung....
Haiii... jangan lupa like komen dan vote ya.... 😘😘😘
ᴄᴘᴛ ʟᴀʜ ᴋᴀᴜ ʙᴋᴛ ᴋɴ