NovelToon NovelToon
Seseorang Yang Merubah Pandangan Hidupku

Seseorang Yang Merubah Pandangan Hidupku

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Anime / Romansa / Slice of Life
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Hamdi Kun

dayn seorang anak SMA intorvert yang memiliki pandangan hidup sendiri itu lebih baik daripada berinteraksi dengan orang lain, tapi suatu hari pandangan hidupnya berubah semenjak bertemu dengan seorang gadis yang juga bersekolah di sekolah yang sama, dan disinilah awal mula ceritanya dayn merubah pandangan hidupnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hamdi Kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan yang di halangi

Hari itu, di dalam kelas, aku tidak bisa sepenuhnya fokus. Wajah Meira yang sedih terus terbayang di pikiranku. Aku mencoba mengingat setiap detail momen saat aku menemukannya menangis di belakang sekolah, tapi tidak ada satu pun petunjuk yang jelas. Apa aku melakukan sesuatu yang menyakiti perasaannya tanpa aku sadari?

Pandangan mataku terarah keluar jendela. Angin yang berhembus lembut di luar sana seolah-olah memperparah rasa gelisah di dadaku. Selain itu, aku juga penasaran dengan apa yang tadi dibicarakan Rika dan Meira. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka.

Ketika bel sekolah berbunyi menandakan akhir jam pelajaran, aku sudah memutuskan. Aku harus menemui Meira lagi. Kalau ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, aku ingin tahu dan mencoba membantu.

Namun, saat aku bangkit dari kursi, Rika tiba-tiba muncul di pintu kelasku. Ia menyapaku dengan senyuman hangat yang biasa, tetapi entah kenapa, kali ini senyum itu terasa berat.

"Dayn," katanya, "aku bisa bicara sebentar?"

Aku membalas senyumannya singkat. "Tentu," jawabku, meski pikiranku masih terpaut pada Meira.

Rika melangkah masuk dan berdiri di depanku. Aku menunggunya bicara, tapi dia hanya diam sejenak, seolah-olah sedang merangkai kata-kata. Saat akhirnya ia mulai berbicara, aku tahu aku harus memotong pembicaraan itu.

"Rika, maaf," ucapku dengan suara pelan tapi tegas. "Aku harus menemui Meira dulu. Dia kelihatan sedih tadi, dan aku ingin memastikan dia baik-baik saja."

Namun, saat aku melangkah keluar dari kursi, Rika menahan pergelangan tanganku. Tatapannya yang biasanya penuh percaya diri tampak goyah, tapi ia tetap berusaha tersenyum.

"Dayn, tunggu dulu," katanya. "Meira nggak apa-apa. Aku sudah bicara dengannya, dan dia bilang dia baik-baik saja. Lagipula, aku butuh bantuanmu untuk urusan OSIS. Ini penting."

Aku terdiam. Aku tahu tugas OSIS adalah prioritas besar bagi Rika, tapi hatiku masih gelisah.

"Rika, ini penting juga. Aku cuma ingin memastikan Meira baik-baik saja," aku mencoba menjelaskan.

Tapi Rika memotongku lagi. "Dayn, kita bisa menemui Meira besok. Aku janji nggak akan lama. Aku cuma butuh kamu sebentar aja," katanya dengan nada yang terdengar memohon.

Aku mendesah pelan. Sulit untuk menolak Rika, terutama karena aku tahu dia jarang meminta bantuan kecuali itu benar-benar penting. Akhirnya, aku mengangguk dan mengikuti Rika keluar kelas.

Namun, di sepanjang perjalanan, hatiku masih memikirkan Meira. Apakah dia masih menangis? Apakah dia benar-benar baik-baik saja seperti yang Rika katakan?

Tanpa aku sadari, Rika terus mencuri pandang ke arahku. Tatapan itu bukan tatapan biasa. Ada sesuatu yang tersembunyi di balik senyuman tipisnya. Sesuatu yang... egois.

Di sisi lain, Meira masih duduk di kelasnya.

Kelas itu sudah sepi, hanya menyisakan dirinya yang termenung di bangku belakang. Matanya yang sembab menatap kosong ke arah papan tulis, sementara pikirannya dipenuhi dengan perasaan campur aduk.

"Kenapa aku merasa seperti ini?" pikir Meira. "Kenapa aku nggak bisa menahan rasa ini?"

Meira menggigit bibir bawahnya. Ia tahu ia tidak punya hak untuk marah pada Rika atau Dayn, tapi ia tidak bisa mengabaikan rasa iri yang membakar hatinya. Rasa itu terus menggerogoti dirinya, membuatnya merasa kecil dan tidak berharga.

Ia memejamkan mata, mencoba menenangkan diri. Tapi bayangan Dayn yang tersenyum pada Rika terus menghantui pikirannya. Seakan-akan dunia sengaja menunjukkan padanya bahwa ia tidak akan pernah bisa mendapatkan perhatian yang sama.

Di tempat lain, aku mengikuti Rika ke ruang OSIS, meski hatiku masih penuh dengan kekhawatiran. Aku merasa bersalah karena meninggalkan Meira begitu saja. Saat Rika mulai menjelaskan sesuatu tentang rencana kegiatan OSIS, aku mencoba mendengarkan, tetapi pikiranku terus melayang.

Rika tampaknya menyadari kegelisahanku, tetapi ia tidak mengatakan apa-apa. Dalam hati, ia tahu apa yang ia lakukan salah. Ia tahu bahwa ia seharusnya tidak menghalangi aku untuk menemui Meira. Tapi untuk saat ini, ia merasa di posisi yang menguntungkan.

"Aku hanya ingin waktu lebih banyak dengan Dayn," pikir Rika. "Kalau ini berarti aku harus sedikit egois, maka aku akan melakukannya."

Namun, di lubuk hatinya, Rika juga merasa bersalah. Ia tahu Meira tidak pantas diperlakukan seperti ini. Tapi perasaan takut kehilangan Dayn membuatnya sulit untuk bertindak rasional.

Hari itu, meski aku tetap berada di samping Rika, pikiranku tidak pernah benar-benar ada di sana. Dan aku tidak tahu bahwa di sisi lain sekolah, Meira masih duduk sendirian, tenggelam dalam pikirannya yang kacau balau.

episode 28 Bersambung....

1
Nurilah Purwanti
waduh gimana tuh nasib dayn masih nyari si meira
Nurilah Purwanti
kasian meira
Arul 2007
bagus bangettttt
Nurilah Purwanti
menarik ceritanya
Bunny Koo
❤️❤️❤️ Cerita jadi semakin hidup berkat tulisanmu thor!
Theros
Fakta kehidupan
Sandy
Pengen baca lagi!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!