Felicia, seorang mahasiswi yang terjebak dalam hutang keluarganya, dipaksa bekerja untuk Pak Rangga, seorang pengusaha kaya dan kejam, sebagai jaminan pembayaran utang. Seiring waktu, Felicia mulai melihat sisi manusiawi Pak Rangga, dan perasaan antara kebencian dan kasih sayang mulai tumbuh di dalam dirinya.
Terjebak dalam dilema moral, Felicia akhirnya memilih untuk menikah dengan Pak Rangga demi melindungi keluarganya. Pernikahan ini bukan hanya tentang menyelesaikan masalah utang, tetapi juga pengorbanan besar untuk kebebasan. Meskipun kehidupannya berubah, Felicia bertekad untuk mengungkapkan kejahatan Pak Rangga dan mencari kebebasan sejati, sambil membangun hubungan yang lebih baik dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi'rhmta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengaturan di Rumah Pak Rangga
Felicia berjalan dengan langkah hati-hati memasuki rumah megah Pak Rangga. Setiap sudut ruangan dipenuhi kemewahan yang mencerminkan kekayaan dan kekuasaan sang pemilik. Langit-langit tinggi dengan lampu kristal yang berkilauan, lantai marmer yang mengkilap, dan dinding yang dihiasi karya seni mahal membuat Felicia merasa seperti berada di dunia yang sama sekali berbeda. Rumah ini tampaknya tak hanya sekadar tempat tinggal, tetapi juga sebuah istana yang memancarkan kesendirian dan kekuatan.
Felicia berhenti sejenak di tengah ruang tamu yang luas, memandang sekeliling dengan rasa tidak nyaman. Saat itu, Pak Rangga, seorang pria tampan dengan penampilan yang sangat terawat, melangkah mendekat. Dengan wajah serius dan mata yang tajam, Pak Rangga menyapa Felicia.
"Felicia, ini rumahku. Tempatmu sekarang," kata Pak Rangga dengan nada datar, seolah-olah itu adalah kenyataan yang tidak bisa diubah. Felicia menundukkan kepala, berusaha menyembunyikan perasaan takut yang mulai merayap di hatinya.
"Baik, Pak Rangga," jawab Felicia pelan, mencoba menahan ketegangan dalam suaranya.
"Mulai sekarang, kamu akan mengurus semua urusan di sini. Administrasi, jadwal makan, pakaian... semua." Pak Rangga melanjutkan, sementara langkahnya yang mantap terdengar di lantai marmer.
Felicia mengangguk, mencoba untuk tidak menunjukkan kegelisahan. "Saya mengerti, Pak."
Mereka berjalan melewati lorong besar yang dihiasi dengan berbagai lukisan dan patung indah. Felicia merasa terpesona, namun juga terasing. Setiap ruangan tampaknya jauh lebih besar dari yang dia bayangkan, dan kesepian mulai menghampiri hatinya.
Saat mereka sampai di ruang makan yang besar, Pak Rangga berbalik dan menatap Felicia dengan mata yang penuh penilaian. "Ini adalah ruang makan utama. Di sini kamu akan menyiapkan makanan untukku. Setiap pagi, siang, dan malam. Jangan sampai ada yang terlewat," kata Pak Rangga dengan nada tegas, namun ada sedikit kelembutan dalam cara dia mengatakannya.
Felicia menatap meja panjang yang dihiasi hidangan mewah, tapi hatinya merasa terjepit. "Tentu, Pak Rangga. Saya akan pastikan semuanya sesuai."
Pak Rangga berjalan menuju kursinya dan duduk dengan santai. Wajahnya tampak tenang, namun di balik ketenangannya, Felicia tahu bahwa ada ketegangan yang sulit dijelaskan. Pak Rangga tampak berbeda dengan apa yang dia bayangkan sebelumnya—di luar penampilannya yang tampan dan penuh pesona, dia adalah seorang pria dengan kekuasaan yang luar biasa.
"Felicia," Pak Rangga melanjutkan dengan suara yang lebih lembut, "Aku tahu ini sulit untukmu. Tapi percayalah, jika kamu mengikuti aturan dan melakukan pekerjaanmu dengan baik, tak ada yang perlu kamu khawatirkan."
Felicia terdiam sesaat, berpikir. "Saya hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepat mungkin, Pak," jawabnya, berusaha untuk tidak menunjukkan keraguan dalam suaranya.
Pak Rangga tersenyum tipis, senyum yang sulit untuk dibaca. "Begitu banyak orang yang berpikir mereka bisa keluar dari masalah hanya dengan menyerah. Tapi hidup ini tidak semudah itu, Felicia. Semua ada harganya."
Mereka terdiam sejenak, dan Felicia merasa ada tekanan yang semakin besar di sekelilingnya. Meski Pak Rangga tampak penuh kuasa dan kontrol, ada hal yang masih mengganggu pikiran Felicia. Ada sisi dari pria ini yang tampaknya lebih manusiawi, meskipun terkubur dalam tumpukan kekayaan dan kekuasaan yang dia miliki.
Pak Rangga lalu berdiri, langkahnya mantap dan penuh percaya diri. "Aku akan mengandalkanmu untuk menjaga segalanya di sini. Jadi, jangan pernah mengecewakan aku."
Felicia menatapnya, mencoba untuk menyembunyikan perasaan campur aduk yang semakin tumbuh dalam dirinya. "Saya akan berusaha, Pak."
Pak Rangga mengangguk, lalu berbalik menuju ruang kerjanya. "Baiklah, kamu tahu apa yang harus dilakukan. Aku harap kamu tak akan membuatku menunggu lama."
Felicia mengamati sosoknya yang berjalan menjauh. Dia merasa seperti sebuah benda yang bergerak dalam dunia milik orang lain, terperangkap dalam aturan yang dia sendiri tak sepenuhnya pahami. Namun, di balik kekuasaan Pak Rangga yang tampak tak tergoyahkan, Felicia merasa ada sesuatu yang lebih dalam yang memanggilnya untuk menggali lebih jauh.
Ketika Pak Rangga sudah menghilang dari pandangannya, Felicia menarik napas panjang dan menatap ruang besar itu dengan perasaan campur aduk. Hidupnya baru saja berubah selamanya, dan dia harus beradaptasi dengan kenyataan baru yang penuh ketidakpastian dan tantangan.