Adelia cahya kinanti, seorang wanita barbar yang terpaksa menikah dengan pria lumpuh dan juga depresi akibat kecelakaan yang menimpanya. Adelia menerima semua perlakuan kasar dari pria yang di nikahinya.
Albert satya wiguna, seorang pria malang harus menerima kondisinya yang dinyatakan lumpuh oleh Dokter akibat kecelakaan yang membuatnya trauma berat, selain kakinya yang lumpuh mentalnya juga terganggu akibat rasa bersalahnya yang membekas di ingatan, kecelakaan terjadi saat dia mengendarai mobil bersama kedua orangtuanya namun tiba-tiba ada sebuah mobil yang sengaja menghantam mobil miliknya, Albert berusaha menghindari mobil tersebut namun rem mobilnya blong hingga akhirnya mobil yang di tumpanginya berguling-guling di jalanan yang sepi, beruntung dia dan ibunya selamat namun ayahnya meninggal di tempat akibat terhimpit sehingga kehabisan nafas.
akankah Albert sembuh dari sakitnya? apakah Adel mampu mempertahankan rumah tangganya bersama pria lumpuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
surat perjanjian
Rasya kembali menenangkan kakaknya yang berontak ingin melemparkan gelas ke arah pak Ahmad, namun perlahan kesadarannya mulai menurun saat obatnya mulai bereaksi. Kini Albert memejamkan matanya, Rasya membaringkan kembali tubuh Albert.
"Paman, apa ada yang sakit?" Tanya Rasya.
"Tidak ada, Tuan muda. Hanya sakit sebentar Tuan muda tidak perlu khawatir." Ucap Pak Ahmad.
"Syukurlah, jika memang begitu. Jika sakit katakan sakit, jangan sembunyikan apapun karena aku tidak mau Paman terluka. "Ucap Rasya.
Indah dan Cindy sudah tak mendengar suara keributan di dalam, keduanya masuk memeriksa keadaan Albert.
"Bagaimana kondisinya, Pak Ahmad?" Tanya Indah duduk di samping Albert.
"Sepertinya, Tuan muda bermimpi buruk, saya sudah memberikan suntikan kepadanya." Ucap Pak Ahmad.
"Kasian kakak, setiap harinya bayang-bayang kecelakaan itu menghantuinya, apalagi dia batal nikah aku semakin tidak tega melihatnya Mom." Ucap Cindy menatap iba ke arah Albert.
"Maka dari itu kalian harus saling mensupport satu sama lain, dulu kakakmu lah yang selalu memberi dukungan saat kalian mengeluh ataupun sedang menghadapi masalah meskipun cara bicaranya irit dan dingin, tapi rasa sayangnya sama kalian itu melebihi dia menyangi dirinya sendiri." Ucap Indah membelai Wajah anak sulungnya.
Indah menyelimuti tubuh Albert, dia keluar dari kamar anaknya bersama tiga orang lainnya.
Sore hari Adel bersiap pergi ke tempat yang telah seseorang kirimkan padanya,meskipun dia tidak tahu siapa orangnya. Adel mengajak sahabat dari oroknya yaitu Farid untuk ikut mengantarkannya ke cafe.
Tin .. Tin ..
"Nyet buruan, gue masih ada perlu nanti." Teriak Farid.
Adel keluar dari rumahnya, berpamitan kepada kedua orangtuanya sebelum pergi.
"Nyat nyet nyat nyet aja loe, gue bukan turunan monyet bego." Gerutu Adel.
" Biarin, kan loe emaknya para nyet nyet, buruan dah jangan banyak ngomong nanti emak gue marah dia nyuruh gue beli kudanil di pasar." Ucap Farid.
"Emang ada kudanil di pasar?" Tanya Adel heran.
"Ada, yang suaranya moooo.. "Jawab Farid.
Geplakk ..
"Itu kambing oon." Ucap Adel asal ceplos.
"Oh, dah ganti nama ya." Ucap Farid cengengesan.
"Serah lu dah." Ucap Adel duduk di jok penumpang memakai helmnya.
Farid menyalakan mesinnya, dia langsung melajukan motornya mengantar adel ke tempat tujuannya. Di perjalanan Adel melihat pohon kedondong yang lumayan tinggi, dia menepuk pundak Farid untuk berhenti.
"Apaan sih loe del?" Protes Farid.
"Noh liat." tunjuk Adel ke arah pohon kedondong.
"Enak bet buat ngerujak, nyok ah gas kita naek del." Ajak Farid bersemangat.
Adel turun dari motornya, dia langsung berjalan melihat sekelilingnya sepi tidak ada orang. Farid meminta adel untuk memanjat ke atas sedangkan dia diam di bawah mengawasi keadaan, dengan gerakan cepat adel sudah naik ke atas memasukan kedondong ke dalam tasnya.
"lah kok, kayak ada orang yang manjat pohon gua dah." Ucap seseorang.
Adel memasukan banyak buah kedondong ke dalam tasnya, Farid melihat seseorang yang sedang celingak celinguk berjalan ke arahnya.
"nyet buruan turun, yang punya udah dateng." Panggil Farid.
"Iye gue turun." Sahut Adel.
" woy maling lu ya." teriak pemiliknya.
Adel buru-buru turun, Farid menarik tangan Adel kabur, pemilik kedondong mengejarnya dengan membawa sapu di tangannya. Adel naik ke motornya Farid, saat pemilik kedondong sudah mendekat Farid langsung menancapkan gasnya sampai knalpotnya mengeluarkan asap hitam mengenai wajah pemilik kedondong.
Wusshh...
"Uhuk.. Uhuk .. Brengsek lu pada." Umpat pemilik kedondong sampai terbatuk-batuk.
Adel dan Farid melihat kebelakang, mereka tertawa melihat pemilik kedondong yang hitam.
"Buahahahaha kabut salju gua emang the best lah." Ucap Farid ngakak diikuti oleh Adel.
"Apaan kabut salju?" Tanya Adel.
" Kabut salju, biarkan butut asal maju." Jawab Farid.
"Uhh dasar, ada ada wae lu mah." Ucap Adel menggeplak helm Farid.
tak terasa motor yang di tumpangi Adel sudah sampai di cafe mentari, Adel memberikan buah kedondongnya pada Farid. Selesai mengeluarkan semua kedondong Adel masuk ke dalam Cafe mencari seseorang yang telah mengiriminya pesan.
"Yang mana sih orangnya?." ucap adel celingak-celinguk mencari seseorang.
Dari ujung ada seseorang yang melambaikan tangannya pada Adel, dia menyipitkan matanya memastikan siapa orangnya. Setelah tau siapa orangnya Adel mengayunkan langkahnya ke tempat dimana orang itu memanggilnya.
"Silahkan duduk." Ucapnya.
"Sudah lama menunggu?" Tanya Adel basa basi dengan mendudukkan bokongnya.
"Langsung to the point saja, karena saya masih banyak urusan." Ucapnya.
"Silahkan." Jawab Adel.
" Adel kini sudah berminggu-minggu lamanya, sesuai perjanjian yang tertera di dalam berkas ini jika kamu tidak bisa melunasi hutang kamu maka saya akan mengambil rumah kamu, dan menjebloskan kamu dan orang tuamu ke penjara." Jelasnya.
"Nyonya berikan saya waktu lagi, saya akan berusaha melunasi hutang saya asal jangan ambil rumah orang tua saya, mereka tidak ada tahu apapun, urusanmu adalah denganku bukan dengan mereka, jadi tolong jangan sangkut pautkan mereka dalam janjiku."Ucap Adel.
Indah melipat kedua tangannya di atas dadanya, kakinya di silangkan lalu dia bersandar ke belakang kursi, dia menatap Adel dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
"Dalam surat perjanjian waktumu adalah dua minggu, sekarang sudah lebih dari dua minggu kurang baik apalagi aku padamu? Oke, aku beri waktu kamu sampai besok, jika tidak kamu tau kan apa yang harus kamu lakukan?" Ucap Indah.
"Melakukan apa?" Tanya Adel memicingkan matanya.
Indah memberikan berkas yang sudah ditandatangani langsung oleh Adel sendiri, Adel membaca kembali surat perjanjiannya. Mata Adel seketika melotot setelah membaca secara keseluruhan isi berkas tersebut, Indah sudah menduga reaksi Adel akan seperti apa.
"Bagaimana?" Tanya Indah tersenyum miring.
Dalam surat tersebut jika dia tak bisa melunasi hutangnya maka rumah orangtuanya akan di gusur dan dia beserta orangtuanya akan di jebloskan ke dalam penjara, tetapi jika dia mau menikah dengan putranya maka semua hutang di anggap Lunas.
"Besok? bagaimana mungkin aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu satu hari." Ucap Adel menatap tak percaya.
'Sudah ku duga.' Batin Indah.
"Aku tidak mau tau, urusanku masih dan banyak aku tidak bisa berlama-lama denganmu. Permisi." Ucap Indah.
Indah memakai kembali kacamata hitamnya, lalu melenggang pergi dari cafe. Tubuh Adel langsung lemas seketika, dia tidak tahu harus melakukan apa sedangkan ayah dan ibunya tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
"Apa yang harus gue lakukan?" Tanya Adel pada dirinya sendiri.
Adel keluar dari cafe dengan pikirannya yang kacau. sampai dirumah, Fatimah melihat anaknya yang murung, dia tak berani bertanya karena dia tau seperti apa watak anaknya.
"Ibu ada yang mau Adel bicarakan sama ibu." Ucap Adel.
"Bicaralah, Nak." ucap Fatimah dengan lembut.
"Bu, ibu tau kan kalau Adel punya uang hasil dari meminjam?" Ucap Adel mulai angkat bicara.
"Ibu tahu, terus apa masalahnya, Nak?" Tanya Fatimah.
" Adel minjem uang dari nyonya Indah, Adel juga tandatangani surat perjanjian dimana kalau Adel gak bisa lunasin rumah kita akan di gusur, dan kita akan di jebloskan ke penjara." Jelas adel.
"Astagfirullah! Nak, kenapa kamu gak bilang sama ibu dari awal?" Ucap Fatimah dengan kaget.
Percakapan keduanya di dengar oleh Yusuf, dia syok ternyata di balik kesembuhannya ada anaknya yang sudah berkorban sejauh itu.
"Nak, kita jual saja rumahnya, ayah dan ibu juga punya sedikit tabungan, kita lunasi semua hutang kita." ucap Yusuf dari belakang.
"Ayah? Tapi semuanya tidak akan cukup dalam waktu satu hari." Ucap Adel lesu.
"Astagfirullah."
"Ya Allah."
Adel memikirkan keputusannya, hanya ada satu jalan yang bisa dia ambil tanpa harus mengorbankan rumah serta orangtuanya.
"Adel sudah memikirkan semua keputusannya." Ucap Adel.
"Keputusan apa, Nak?" Tanya fatimah penasaran.
" Adel bersedia menikah dengan anaknya nyonya Indah, tanpa harus menjual rumah dan menjebloskan ayah dan ibu ke penjara." Putus Adel.