NovelToon NovelToon
Biarkan Aku Menyerah

Biarkan Aku Menyerah

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Romansa / Penyesalan Suami
Popularitas:9.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Pasha Ayu

Dalam rumah tangga, CINTA saja tidak cukup, ... Masih diperlukan kesetiaan untuk membangun kokoh sebuah BIDUK.

Namun, tak dipungkiri TAKDIR ikut andil untuk segala alur yang tercipta di kehidupan FANA.

Seperti, Fasha misalnya; dia menjadi yang KEDUA tanpa adanya sebuah RENCANA. Dia menjadi yang KEDUA, walau suaminya amat sangat MENCINTAI dirinya. Dia menjadi yang KEDUA, meski statusnya ISTRI PERTAMA.

Satu tahun menikah, bukannya menimang bayi mungil hasil dari buah cinta. Fasha justru dihadapkan kepada pernikahan kedua suaminya.

Sebuah kondisi memaksa Samsul Bakhrie untuk menikah lagi. Azahra Khairunnisa adalah wanita titipan kakak Bakhrie yang telah wafat.

Tepatnya sebelum meninggal, almarhum Manaf memberikan wasiat agar Bakhrie menikahi kekasihnya yang telah hamil.

Wasiat terakhir almarhum Manaf, akhirnya disetujui oleh Bakhrie dan keluarganya tanpa melihat ada hati yang remuk menjadi ribuan keping.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAYM ENAM

Sudah satu bulan, bahkan berlanjut hingga hampir dua bulan, Bachrie masih menunda untuk menyusul Fasha. Yang jelas, pekerjaan menumpuk, Azalea rewel, dan Azahra tak bisa ditinggal begitu saja di rumah.

Rencananya, Bachrie menunggu waktu libur yang sedikit lebih banyak. Bulan ini, Bachrie sampai sengaja tidak mengambil satu hari pun libur supaya bisa dirapel untuk menjemput Fasha di Indonesia.

Siang tadi Fasha izin pamit ke salon karena memang sudah bosan terus di Rumah tanpa siapa pun. Rayyan sudah disibukan kembali dengan kuliah S2, Syahrul pun sibuk, apa lagi Nabeel yang sudah menjadi komisaris.

Minggu pertama Fasha di Indonesia, tiga saudaranya sempat kumpul di rumah meluangkan waktu bersenda gurau hingga sedikitnya Fasha mampu melupakan rasa kekhawatirannya terhadap Bachrie.

Namun, di minggu kedua, semua saudaranya sibuk dengan masing- masing keseharian yang bisa dibilang sangat padat. Mimi Aisha juga harus berkunjung ke Semarang bersama cucu kembarnya.

Papa King masih memimpin perusahaan besar yang, ah, Papa King memang jarang di rumah jika sudah mulai waktu kerja. Dan kini, tinggallah Fasha merana sendiri.

Sepi, sunyi, rindu, kosong, semuanya merayapi aliran darahnya. Beruntung, siang ini Bachrie mengizinkannya keluar.

Asalkan, dengan catatan bahwa Fasha pergi ditemani seseorang wanita. Dan, Fasha menurut untuk mengajak sahabat kecil sekaligus iparnya, Maureen Gazza yaitu istri saudara kembar Fasha; Syahrul.

Keduanya baru selesai creambath, berlanjut berjalan- jalan di gedung milik Millers corpora yang dipimpin ayah Fasha.

"Tumben, Bachrie nggak nelepon melulu, biasanya, dia sibuk banget nelepon kamu terus kalo kita lagi pergi." Maureen meledek, dan kenyatannya sedari tadi tak ada satu pun telepon masuk dari Bachrie.

Fasha juga heran, chat yang dia kirim sedari siang belum ada balasan. "Dia sibuk sama kerjaan," kilahnya pada akhirnya.

"Bagus deh. Aku jadi ada waktu buat mesra mesra-an sama kamu lagi!" Maureen dan Fasha teman sedari kecil, susah, senang, mereka tahu sama tahu, tapi, untuk urusan rumah tangga, Fasha tidak seterbuka itu.

Maureen menggandeng Fasha yang juga menggandengnya. "Kita pulang ya, aku harus shalat Maghrib di rumah."

"Okay!" Maureen setuju, dua wanita berhijab merah muda cantik itu beranjak menuju parkiran mobil untuk segera berlalu bersama kendaraan yang juga merah muda.

Jalanan mulai gelap, awan di atas mulai membentuk gimbal. Tak lama, kota pun diguyur hujan yang cukup deras.

Maureen yang menyetir, jam menunjukkan pukul lima sore, jalanan semakin licin saja, Maureen tak boleh mengebut, makanya dia perlu mencari masjid untuk shalat.

Namun, di hujan deras begini, yang mereka pikirkan hanya ingin cepat- cepat sampai ke rumah. Makanya Maureen sedikit melaju lebih kencang dari biasanya.

"Hey, Buk!!" BRAK!!! Lihat, bukannya cepat sampai, di perempatan jalan mobil Maureen menabrak tiang lampu jalanan.

"Ah, dasar emak- emak!" Maureen merutuk.

Barusan saja ada motor ibu- ibu yang dengan percaya dirinya menyebrang tanpa peduli dengan mobil Maureen yang akhirnya memilih membanting stir dan berakhir menabrak tiang.

Fasha pun menatap ke depan sambil celingukan setelah sempat shock oleh benturan kabin depan mobil di keningnya akibat tekanan rem yang Maureen buat.

Beruntung ini Indonesia. Warga segera mendatangi dan berbondong bondong memberikan kepedulian pada dua wanita cantik tersebut.

Fasha dan Maureen terpaksa keluar karena kap depan mobilnya ringsek. "Ini sih harus ke bengkel, Cha!" katanya.

Fasha berlari memayungi Maureen yang sempat kebasahan derasnya hujan. Maureen bertanya pada seseorang, lalu diarahkan ke sebuah ruko yang cukup ramai.

Sebuah bengkel yang kata orang akan tutup sebentar lagi. Maka sebelum jam enam teng, Maureen dan Fasha diharuskan mendatangi tempat tersebut.

Tak pikir lagi, Maureen dan Fasha berjalan dengan berpayung. Walau tetap basah karena tak seberapa lebar payung yang dibawanya.

Bahkan, untuk sesekali abaya mereka diterpa angin berair dari cipratan ban mobil yang melaju cepat di jalanan. Sial sekali, tapi Fasha berharap, bengkelnya tidak tutup dulu.

Namun, benar ketakutannya, rolling door bengkel yang masih ramai itu sudah akan ditarik oleh seseorang. "Hey, tunggu, Bang!"

Fasha sampai melepas payung agar bisa berlari lebih kencang. Lalu ketika tiba di tempat tersebut, dirinya disambut oleh sepasang mata, setangkup bibir, sesosok tubuh bidang yang cukup dia kenal.

"Awh!" Pria itu menjatuhkan alat dongkrak yang mengenai kakinya. Agaknya, pria itu tak percaya pada yang dilihatnya sore ini.

"Mmh, N-non, Acha." Yah, Fasha mengenal lelaki tampan itu. Dia, Gantara, anak dari mantan sopir keluarga Fasha.

"Ehm!" Gantara terlihat berdehem sambil menggaruk tengkuk. "Nona."

"Bang Tara di sini?" Fasha segera bertanya setelah memastikan jika di hadapannya itu benar pria bernama Gantara.

"Hmm." Sedari dulu, Gantara irit bicara, dan Fasha tahu perangai tenang lelaki itu sedari masih sangat kecil. "Nona kenapa?"

Fasha menunjuk mobil Maureen yang masih teronggok di tepi jalan. "Mobil Acha di ujung jalan sana, barusan kami nabrak tiang, terus kata orang lewat, di sini ada bengkel bagus, makanya Acha ke sini."

"Oh." Gantara membuka kemejanya, dia lalu mendekati Fasha dan Maureen yang sempat beristighfar karena dada bidangnya.

"Kalau begitu tunggu sebentar." Gantara berlari menerjang tirai hujan. Di susul beberapa orang yang sebelumnya telah diteriaki Gantara untuk ikut dengannya.

Fasha dan Maureen melongo, mereka baru tahu kalau ternyata Bang Gantara bekerja di bengkel yang cukup ramai.

Tak berapa lama, teman teman Gantara lainnya menyuruh Fasha dan Maureen masuk ke bengkel besar tersebut.

Diberikan duduk dengan baik, bahkan sofa empuk yang agaknya dikeluarkan secara khusus hanya untuk mereka. "Silahkan."

"Terima kasih." Fasha menyengir, sambil sesekali melirik jam tangannya. Sudah adzan Maghrib, tapi untungnya bertemu Gantara, setidaknya dia mungkin bisa tanya musholla.

"Dari kapan kenal, Bang Tara, Neng?" Pria dengan banyak noda hitam di tangannya itu menegur sambil meraih lap basah.

Fasha dan Maureen kikuk, kenapa tiba tiba mereka sok kenal sok dekat. "Kenal lama sama Bang Boss?!"

Belum selesai pria itu menyelidiki, seseorang melempar pekerjaan padanya. Namun, itu bukan lelaki terakhir yang ingin tahu kenapa dua wanita tersebut bisa mengenal Gantara.

"Mmh, memang, Bang Tara lama di sini?"

Maureen yang penasaran menanyakan balik pada pria paling muda tersebut. Namanya Izzul, diketahui dari papan nama di dadanya.

"Ya, ... Lama, Neng. Bang Tara mah, dari jaman penjajahan sudah di sini kayaknya."

"Serius, Mas," sergah Maureen. "Maksudnya, dari kapan Bang Tara kerja di sini?"

"Kurang tahu saya. Saya sendiri diajakin gabung sama dia," jawabnya, lantas lekas berlari menyambut kedatangan mobil merah muda milik Maureen yang diderek untuk masuk ke dalam bengkel berlogo FSH.

Segera, Gantara mendatangi sofa di mana Fasha dan Maureen duduk. "Gimana, Bang? Parah kan?" Maureen mencecar karena mobil tersebut masih sangat baru.

"Kalo kerusakannya begini, sudah pasti harus ditinggal. Jadi, sambil menunggu mobilnya jadi, saya antar saja kalian ke rumah."

1
Yolia Agustina
Luar biasa
Nenie Chusniyah
luar biasa
Nurlaelawati
Luar biasa
Qhii
lahhhh.....malah silang menyilang njirrr
Qhii
yaelah.....muter² doang dunia nabil mahhh
Ricis
Iki piye toh, kok ruwet temen kisahe Nabeel
Isnani Murti
lanjut thor, aku padamu...
Lita Pujiastuti
Bachrie, itulah yg dirasakan Fasha saat melihatmu bersama Azahra di ruang kamar utama. saat masih jd istrimu....skrg kamu merasakan sakit, pdhl sdh tdk ada hub apa² lg....
Haida Royana
Terimakasih kk Auuthor tisunya...sangat menyesakkan dada
Rini Andriyani
Luar biasa
Rini Andriyani
Lumayan
Lita Pujiastuti
Digetunono wes ra guno, Bachrie....ikhlasno ae ....kadung jeru leh mu natoni Fasha....
Ricis
bela²in baca maraton cerita ini dlu biar nyambung nanti pas mau baca sequel nya 😄
Retno Budhihartati
Luar biasa
Yuyun Yuningsih
bagus top markotop acha
Joel
punya mertua kaya gitu perlu diracuni biar bisa cepat ketemu yang maha kuasa...🤣🤣🤣🤣
Isma BilqisAlzea
Luar biasa
Lita Pujiastuti
Ingat Bacrie...jika apa yg kamu sia² kan telah dipungut oleh org lain, maka penyesalanmu tiada artinya...
Novita Ae
Luar biasa
Isnani Murti
si Bachrei sudah gila kale...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!