Letnan satu Bisma Dwipangga patah hati setelah diputuskan oleh tunangannya. Hubungannya yang sudah terjalin cukup lama itu, kandas karena sebuah alasan. Demi sebuah jenjang karier yang masih ingin digapai, dr. Jelita Permata terpaksa mengambil keputusan yang cukup berat baginya.
"Aku ingin melanjutkan studiku untuk mengejar dokter spesialis. Kalau kamu tidak sabar menunggu, lebih baik kita sudahi hubungan ini. Aku kembalikan cincin tunangan ini." Dr. Lita.
"Kita masih bisa menikah walaupun kamu melanjutkan studi menjadi Dokter spesialis, aku tidak akan mengganggu studi kamu, Lita." Lettu Bisma.
Di tengah hati yang terluka dan patah hati, Bu Sindi sang mama justru datang dan memperkenalkan seorang gadis muda yang tidak asing bagi Letnan Bisma.
"Menikahlah dengan Haura, dia gadis baik dan penurut. Tidak seperti mantan tunanganmu yang lebih mementingkan egonya sendiri." Bu Sindi.
"Apa? Haura anak angkat mama dan papa yang ayahnya dirawat karena ODGJ?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Salah Paham
Seminggu setelah permintaan Bu Sindi diiyakan Bisma, tapi sampai saat ini Bisma belum memperlihatkan gelagat untuk memulai sebuah hubungan dengan Haura. Bisma masih cuek, terlebih saat ini Bisma sudah pindah rumah ke rumahnya yang kemarin diperbaiki.
Bu Sindi merasa resah dan sedih, lantas ia menyampaikan perasaan resahnya pada Pak Saka sang suami.
"Pa, bagaimana ini, kenapa Bisma belum ada tanda-tanda akan memulai hubungan dengan Haura. Dia juga empat hari yang lalu sudah pindah rumah ke rumahnya yang sudah selesai direnovasi. Lalu sekarang kelanjutan dari hubungan mereka seperti apa? Katanya Bisma menerima permintaan kita, tapi sampai sekarang dia tidak ada bilang apa-apa sama kita atau sama Haura," curah Bu Sindi sedih.
"Belum mungkin, Ma. Tunggu saja konfirmasi dari dia, kalau ditanyakan terus, papa takut dia bosan dan justru berubah pikiran," balas Pak Saka. Hatinya sama resah dengan sang istri, kenapa Bisma belum bilang apa-apa lagi mengenai hubungannya dengan Haura.
"Mama harus temui Haura, Pa. Mama juga ingin bicara sama dia tentang perasaan dia yang sebenarnya seperti apa terhadap Bisma." Bu Sindi memutuskan akan menemui Haura di kamar dan menghampirinya.
Pak Saka, hanya manggut. Ia setuju dengan keputusan Bu Sindi.
"Haura." Melihat pintu kamar Haura yang sedikit terbuka, membuat Bu Sindi langsung masuk dan menegur Haura yang kini tengah sibuk menggambar sebuah desain gaun di atas buku gambar.
Haura sejenak terperanjat dengan kehadiran sang mama yang tiba-tiba. Haura berdiri menyambut sang mama.
"Mama. Duduk, Ma." Haura mempersilahkan sang mama duduk di kursi kayu di kamarnya itu. Bu Sindi duduk di sana diikuti Haura.
"Ada yang mau mama omongin sama kamu, ini tentang kamu dan kakakmu Bisma. Apakah kalian sudah saling berbicara tentang masalah kelanjutan hubungan kalian sejak Bisma menyetujui permintaan mama?" tanya Bu Sindi mulai mengorek keterangan dari Haura.
Haura diam sejenak, lalu menyahut, "Belum, Ma. Setelah seminggu itu, Kak Bisma tidak ada bilang apa-apa sama Haura. Tapi, kalau boleh Haura bicara, Haura ingin sampaikan sesuatu," ucap Haura terdengar ragu.
"Bicaralah, mama juga ingin dengar isi hati kamu." Bu Sindi mempersilahkan Haura untuk bicara.
Haura mendongak perlahan, lalu menarik nafasnya dalam. "Haura, tidak pantas untuk Kak Bisma, Ma. Haura gadis biasa yang tidak memiliki kelebihan apa-apa. Haura tidak mau nanti mempermalukan Kak Bisma, karena antara Haura dan Kak Bisma bagai langit dan bumi. Dan lagi, Haura hanya seorang anak dari seorang ayah yang sakit mental. Haura tidak mau Kak Bisma malu di depan teman-temannya atau atasannya. Apalagi kalau mereka tahu, kalau calon istri Kak Bisma ternyata ayahnya seorang sakit ....."
"Stop, jangan teruskan Haura. Kalau kamu mau menolak permintaan mama, bilang saja tidak bisa atau tidak mau. Jangan melebar ke mana-mana. Kalau mama memandang kamu dari status atau keadaan kamu, sudah dari dulu mama tidak pedulikan kamu, membiarkan kamu terlunta sebatang kara. Mama tidak sampai berpikir kalau keadaan ayahmu yang sebenarnya diketahui orang lain, mama akan malu. Sekalipun orang lain tahu, mama dan papa tidak malu. Persetan dengan omongan orang lain. Mama tidak sepicik prasangkamu," potong Bu Sindi marah, Haura sampai terentak.
Haura tidak menduga sang mama akan semarah itu mengenai apa yang diungkapnya barusan. Mata Haura berkaca-kaca, ia merasa sudah salah bicara. Ternyata sang mama angkat begitu tulus menyayanginya.
"Kalau kamu tidak mau. Ya sudah, tidak masalah buat mama. Jangan pikirkan lagi permintaan mama. Mama minta maaf," lanjut Bu Sindi seraya berdiri lalu pergi dari kamar Haura.
"Mama, tunggu, Ma. Bukan maksud Haura seperti itu, Ma. Dengarkan Haura, Ma," teriak Haura sambil mencucurkan air mata, kakinya melangkah ingin menyusul sang mama yang nampak kecewa dengan Haura, jelasnya dengan ucapan Haura yang kesannya menuduh bahwa sang mama angkat akan malu jika keadaan ayah Haura diketahui orang lain.
Langkah kaki Haura berhasil ditahan seseorang yang baru saja datang, dia Bisma. Bisma sengaja datang ke rumah kedua orang tuanya untuk menindak lanjuti permintaan sang mama seminggu yang lalu. Tapi saat dia akan mencari sang mama, Bisma justru melihat dan mendengar sang mama marah serta kecewa dengan apa yang dikatakan Haura.
"Haura, lihat, mama begitu sedih sekaligus marah atas ucapanmu yang sembarangan. Kamu sudah membuat mama kecewa. Jadi, seperti ini balasan seorang anak yang sudah diberikan kasih sayang penuh oleh mamaku?" Bisma datang-datang justru langsung memarahi Haura. Diapun kecewa dengan ucapan Haura pada mamanya.
"Haura minta maaf, Kak. Haura bukan maksud berprasangka pada mama. Haura hanya tidak ingin Kak Bisma nanti malu dengan keadaan ayah Haura," jelas Haura meyakinkan Bisma.
"Tapi, bisa tidak kamu bicara itu disaring dulu? Harusnya kamu berpikir kalau mamaku tidak punya perasaan malu menerimamu walaupun ayahmu dalam keadaan sakit," tegur Bisma lagi seraya berlalu.
Niat Bisma pun urung untuk menyampaikan sesuatu pada Haura. Dia juga kesal pada Haura karena terlanjur melihat sang mama sedih dan marah.
Bisma menyusul sang mama ke ruang keluarga, di sana sudah ada Pak Saka. Bisma duduk di samping sang mama dengan maksud ingin menghibur sang mama.
"Ma, Mama kecewa dengan apa yang diucapkan Haura tadi? Kenapa tidak dari kemarin-kemarin Mama berpikir kalau Haura sepicik itu? Dia sudah berprasangka buruk dan menuding mama merasa malu jika keadaan ayah Haura diketahui orang lain. Allah sudah membuka siapa Haura sebenarnya. Dengan begitu Bisma tidak perlu susah payah menerima dengan terpaksa permintaan Mama," ucap Bisma tenang.
Bu Sindi melepaskan tangan Bisma kasar, bukan seperti itu keinginan hatinya. Dia justru menginginkan perjodohan itu tetap berjalan, tapi tanggapan Haura dan Bisma justru salah.
"Sudah, tidak perlu berusaha hibur mama dengan kalimat apapun. Terserah kamu mau menolak atau menerima permintaan mama. Anggap saja mama sudah tidak penting lagi bagi kamu maupun Haura. Sekarang kamu pergi, tidak ada gunanya menghampiri mama. Mama ingin sendiri," usir Bu Sindi marah dan kecewa.
Bisma terhenyak dengan pengusiran sang mama, dia jadi serba salah sudah menghibur sang mama yang tadi sempat kecewa oleh ucapan Haura.
Bisma terpaksa pergi meninggalkan ruang keluarga. Kini ia kembali menuju kamar Haura, penasaran apa yang saat ini dilakukan gadis itu.
Haura menangis sedih di dalam kamarnya sembari meraih kantong jinjing miliknya yang biasa dipakai wadah baju jika pergi.
"*Kalau mama sudah kecewa dan marah, lalu buat apa lagi aku tinggal di sini*?" batinnya putus asa diiringi tangis yang tidak terbendung. Sebab rasa sayangnya pada sang mama dan papa angkat begitu besar dan tulus. Tapi kini, Haura sedih karena ia sudah membuat orang tua angkatnya kecewa terhadapnya.
kamu juga sering menghina Haura...
sama aja sih kalian berdua Bisma dan Jelita...😤
🤬🤬🤬🤬🤬🤬
cinta tak harus memiliki Jelita..siapa suruh selingkuh😁😁😁😁
ada ada aja nih jelita 😆😆😆😆😒
gak sia² si Bisma punya mulut bon cabe 🤣🤣🤣🤣
bilang aja kejadian yang sebenarnya...
Bisma salah paham...