Rindunya adalah hal terlarang. Bagaikan sebuah bom waktu yang perlahan akan meledak di hadapannya. Dia sadar akan kesalahan ini. Namun, dia sudah terlanjur masuk ke dalam cinta yang berada di atas kebohongan dan mimpi yang semu. Hanya sebuah harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan.
Ketika hubungan terjalin di atas permintaan keluarga, dan berakhir dengan keduanya bertemu orang lain yang perlahan menggoyahkan keyakinan hatinya.
Antara Benji dan Nirmala yang perlahan masuk ke dalam hubungan sepasang kekasih ini dan menggoyahkan komitmen atas nama cinta itu yang kini mulai meragu, benarkah yang mereka rasakan adalah cinta?
"Tidak ada hal indah yang selamanya di dunia ini. Pelangi dan senja tetap pergi tanpa menjanjikan akan kembali esok hari"
Kesalahan yang dia buat, sejak hari dia bersedia untuk bersamanya. Ini bukan tentang kisah romantis, hanya tentang hati yang terpenjara atas cinta semu.
Antara cinta dan logika yang harus dipertimbangkan. Entah mana yang akan menang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Akan Bisa Menghindariku!
Nirmala yang berada di meja kerja, hanya sesekali melirik ke arah Galen dan Laura yang duduk di sofa. Namun keduanya malah terlihat saling diam, Galen yang hanya duduk diam dan juga Laura yang fokus pada ponselnya. Terkadang Nirmala juga bingung, kenapa hubungan mereka bisa sedingin itu saat bersama.
Saat sedang suasana hening, tiba-tiba suara telepon di atas meja membuat Nirmala langsung tersadar. Dia mengangkat telepon itu yang pastinya dari pelanggan Butik.
"Hallo, selamat sore. Dengan Laura Butik disini. Ada yang bisa saya bantu?" ucap Nirmala dengan suara ramahnya. Dia mengangguk saat mendengarkan ucapan orang di sebrang sana. Mengambil buku dan pena, menuliskan sesuatu disana. "... Baik Mas, bisa datang langsung kesini. Untuk tanggal dan waktunya nanti dibicarakan disini. Iya, terima kasih sudah percaya pada kami"
Nirmala kembali menyimpan telepon, lalu dia melihat catatan barusan. Menoleh pada Laura. "Pesan baju bridesmaid untuk 10 orang. Aku jadwalkan dia datang hari jumat ini, yang telepon Adiknya pengantin"
"Tapi hari jumat itu kita bebas? Tidak ada kerjaan lain?"
Nirmala langsung mengecek semua jadwal Laura di ponselnya. Seperti jadwal pertemuan dengan para klien dan juga hal lainnya.
"Bebas, jadi kita bisa bertemu dengan orang ini. Lumayan loh, 10 pesanan sekaligus"
Laura mengangguk sambil tersenyum, Butik yang dia buka satu tahun lalu, kini sudah mulai banyak pelanggan. Apalagi ketika tahu desain di Butik ini khusus buatan Laura, dan tidak akan ada yang sama di Butik lainnya. Karena pemilik butiknya langsung yang membuat desain.
"Galen, kita sekalian makan siang bareng saja, gimana?" tanya Laura, dan Galen hanya mengangguk menyetujui.
"Em, kalo gitu aku pulang duluan ya Nona Muda. Aku ada urusan sebentar, nanti kamu diantar Tuan Galen 'kan? Jadi aku bawa mobilnya pulang ya" ucap Nirmala yang membereskan berkas-berkas di atas meja dan menyelempangkan tas di bahunya.
Galen langsung melirik pada Nirmala, sebenarnya sejak tadi dia hanya terus memperhatikan gadis itu. Dan ketika Laura mengajaknya untuk makan malam bersama, dia kira Nirmala juga akan ikut. Namun ucapan gadis itu barusan, berhasil membuat harapan Galen lenyap seketika.
"Yaudah, kamu hati-hati ya"
"Oke" Nirmala mengangguk pelan pada Galen. "Saya permisi dulu, Tuan"
Segera Nirmala pergi dari ruangan itu, sebenarnya dia tidak ada urusan apapun. Tapi dia tidak ingin terus berada diantara pasangan kekasih itu. Nirmala hanya sadar diri saja. Ketika sudah berada di dalam mobil, bahkan dia malah bingung dia akan kemana sebelum pulang. Karena hari juga masih sore.
"Pulang saja deh, aku juga tidak punya tujuan lain"
Akhirnya Nirmala kembali pulang, hanya berdiam di dalam kamar setelah mandi dan berganti pakaian. Mengambil laptop dan akan lanjut menonton saja.
"Kenapa dia begitu dingin ya? Ah, mungkin dia menyerah karena ucapanku waktu itu. Mungkin memang seharusnya kembali seperti ini. Sampai kapanpun Tuan Galen hanya akan menjadi milik Nona Muda"
NIrmala mulai fokus pada drama yang dia tonton.
*
Sementara suasana makan malam di sebuah Restoran mewah ini, malah terasa hening. Padahal yang sedang makan adalah pasangan kekasih, tapi keduanya malah saling diam dan hanya fokus pada makanan.
Apa dia sudah makan ya? Di saat seperi ini, Galen malah memikirkan tentang Nirmala. Padahal dia sedang bersama dengan Laura, kekasihnya sekarang. Tapi, bayangan gadis itu yang selalu muncul dalam ingatannya.
"Em, besok Daddy dan Mommy pulang" ucap Laura, hanya sekedar memberitahu saja.
Galen mengangguk dengan berdehem pelan. "Ingin aku menjemputnya?"
Laura langsung menggeleng pelan. "Nirma yang akan menjemput, tapi sebenarnya aku tidak ingin dia menjemput sendirian. Tapi besok aku harus menyeleksi model untuk acara di Luar Negara bulan depan. Yah, kamu tahu sendiri bagaimana Mommy dan Daddy yang terkadang bersikap dingin pada Nirmala"
"Kalau begitu biar aku temani dia menjemput. Lagian besok aku tidak ada jawal pertemuan, bisa ke Perusahaan siang saja"
"Beneran bisa?" tanya Laura, dan Galen langsung mengangguk saja. "... Yaudah kalau gitu kamu saja yang temani Nirma ya"
Galen mengangguk saja, dia juga tahu bagaimana perlakuan kedua orang tua Nirmala yang tidak begitu baik padanya. Namun, gadis itu selalu menunjukan sikap baik dan berbaktinya sebagai seorang anak pada orang tuanya.
"Yaudah, kalau gitu kita pulang" ucap Laura, mereka telah selesai makan.
*
Ketika pagi ini, Nirmala sudah siap untuk menjemput orang tua Laura di Bandara. Namun saat dia menuruni anak tangga, dia melihat keberadaan Galen disana. Seingat dia, Laura sudah pergi lebih pagi tadi.
"Em, Tuan, Nona Muda sudah pergi sejak jam 7 pagi tadi"
"Aku tidak ingin bertemu dengannya, aku tahu dia sudah pergi. Aku datang kesini untuk menemanimu menjemput Tante dan Om"
Nirmala langsung terdiam dengan kaget mendengar itu. "Loh kenapa? Saya bisa sendiri kok, lagian Tuan juga harus pergi ke Kantor"
"Kau menghindar?"
Nirmala langsung terdiam mendengar itu, tidak tahu harus menjawab apa. Dia hanya menggeleng pelan. "Tidak, kenapa saya harus menghindar? Tuan dan saya tidak ada masalah apapun"
Mendengar ucapan itu membuat Galen mengepalkan tangannya erat. Berjalan mendekat pada Nirmala yang langsung mundur perlahan, gadis itu merasa takut dengan tatapan Galen saat ini. Sampai akhirnya Nirmala terpojok di sofa dan jatuh terduduk di atas sofa. Galen membungkukan tubuhnya, tangannya menopang di kedua sisi pegangan sofa tunggal itu. Menatap Nirmala dengan lekat.
"Kau tidak akan bisa menghidariku apapun yang terjadi!"
Nirmala terdiam dengan jantung yang berdebar kencang. Posisi ini membuat jarak mereka terlalu dekat. Melihat wajah Galen yang semakin dekat, membuat dia langsung memejamkan mata, dalam pikirannya sudah bukan yang baik sekarang. Mau apa Galen mendekatkan wajah padanya.
"Kita berangkat sekarang"
Nirmala langsung membuka matanya, ternyata Galen sudah kembali berdiri. Pria itu tidak melakukan apapun padanya, dan Nirmala yang terlalu berpikiran negatif.
"Belum saatnya aku menciummu, tunggu saja"
Seketika Nirmala langsung terdiam dengan mata terbelalak. Ucapan Galen barusan seolah memberikan tanda seolah Nirmala yang berharap dia cium.
"Masih belum ingin pergi?"
Lagi, Nirmala langsung mengerjap mendengar itu. Dia langsung berdiri dan langsung berjalan mengikuti pria itu yang berjalan lebih dulu.
Ah sial, aku hampir tidak bisa menahannya. Gumam Galen sambil berjalan. Dia sudah begitu tergoda dengan bibir tipis milik Nirmala, namun dia tidak bisa menciumnya karena dia harus menjaga perasaan gadis itu. Jangan sampai membuatnya takut karena Galen tidak bisa menahan diri.
Bersambung
Sepi bet dah.. Bikin gak semangat nulis.. Hiks..
lanjut kak tetap semangat 💪💪💪