Cerita Tiger and Crane mengikuti kisah seorang anak bernama Hu Zi yang merupakan seorang anak yatim piatu yang cerdas dan ceria. Namun, suatu hari ia tak sengaja menelan mutiara merah, sebuah harta dari energi Yang terdalam. Kejadian ini, lantas menuntun dirinya kepada seorang master iblis yang suram bernama Qi Xuao Xuan. Dalam dunia hantu dan setan, kepribadian antara Hu Zi (Jiang Long) dengan Qi Xuao Xuan (Zhang Linghe) adalah dua pemuda yang memiliki kepribadian yang berbeda. Mereka akhirnya terpaksa berpetualang bersama karena mutiara merah. Sedangkan Hu Zi dan Qi Xuao Xuan yang diawal hubungan saling membenci menjadi bersatu hingga bersinar satu sama lain. Terlebih setelah mereka melalui banyak ujian hidup dan mati, membuat keduanya tumbuh menjadi lebih kuat satu sama lainnya. Hingga suatu hari, Qi Xuao Xuan masuk penjara karena melindungi Hu Zi. Hu Zi beserta teman-temannya akhirnya mengikuti seleksi nasional untuk master iblis, yang pada akhirnya mereka justru mengungkap konspirasi besar yang merupakan sebuah kebenaran seputar perang iblis yang telah terjadi pada 500 tahun lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misteri Mata Air Surga
Hari mulai berganti malam ketika Hu Zi dan kelompoknya melanjutkan perjalanan menuju tujuan berikutnya. Udara dingin di hutan tua tempat mereka melintasi terasa semakin menusuk, namun tekad mereka tak goyah. Cahaya bulan memantul di atas dedaunan, menciptakan suasana misterius yang seolah menyembunyikan rahasia dunia ini.
“Menurut peta ini, kita seharusnya tiba di Mata Air Surga dalam waktu dua jam,” Shen Yue berkata, membuka gulungan peta kuno yang berhasil mereka dapatkan sebelumnya.
“Kenapa tempat itu begitu penting?” Yan Zhao bertanya, suaranya terdengar datar namun penuh rasa ingin tahu.
Hu Zi mengangguk pelan. “Mata Air Surga disebut-sebut memiliki kekuatan untuk menyembuhkan dan memperkuat. Jika kita ingin melawan kegelapan itu, aku rasa tempat ini akan memberi kita sesuatu yang kita butuhkan.”
Qi Xuao Xuan berjalan di depan mereka, matanya terus mengawasi setiap gerakan di sekitar. “Namun, tempat seperti itu tidak mungkin tanpa penjaga atau bahaya. Jangan lengah.”
Perjalanan mereka terhenti ketika mereka tiba di sebuah tebing curam. Di bawahnya, mereka bisa melihat aliran air berkilauan yang tampaknya bercahaya dalam kegelapan. Sebuah jembatan kayu sempit yang tampak rapuh membentang di antara tebing.
“Ini jalan satu-satunya,” Shen Yue berkata, sedikit ragu.
“Bagus. Aku suka tantangan,” Yan Zhao menjawab dengan senyum lebar, meski matanya menunjukkan ketegangan.
Hu Zi melangkah lebih dulu, diikuti oleh yang lainnya. Setiap langkah di jembatan itu terasa seperti tarikan napas terakhir, karena kayu yang sudah tua berderit di bawah berat badan mereka. Namun, keheningan itu segera pecah oleh suara gemuruh yang mendekat dari kejauhan.
“Berhenti!” Qi Xuao Xuan mengangkat tangan, memperingatkan yang lain.
Dari bayangan di depan, muncul makhluk aneh dengan tubuh seperti serigala besar, namun bersisik seperti ular. Matanya merah menyala, dan mulutnya mengeluarkan desis rendah yang membuat bulu kuduk berdiri.
“Itu Penjaga Air!” Shen Yue berteriak. “Legenda mengatakan bahwa makhluk ini akan menyerang siapa saja yang mendekati Mata Air Surga.”
“Baiklah, ini saatnya bersenang-senang!” Yan Zhao melompat ke depan, menghunus pedangnya dengan penuh percaya diri.
Namun, sebelum Yan Zhao bisa menyerang, Qi Xuao Xuan menariknya mundur. “Jangan gegabah. Ini bukan makhluk yang bisa kau kalahkan dengan kekuatan semata.”
Hu Zi memandangi makhluk itu dengan tajam, merasakan sesuatu yang aneh. Mutiara merah di dadanya mulai berdenyut, seperti merespons keberadaan makhluk itu. “Tunggu. Ada sesuatu yang aneh. Aku merasa... makhluk ini tidak sepenuhnya jahat.”
“Maksudmu?” Shen Yue bertanya, bingung.
Hu Zi mengangkat tangannya perlahan, mencoba mendekati makhluk itu. “Aku tidak tahu. Tapi biarkan aku mencoba.”
Makhluk itu menatap Hu Zi dengan tajam, menggeram rendah, tetapi tidak menyerang. Hu Zi menutup matanya, mencoba merasakan hubungan antara dirinya dan makhluk itu. Kilatan ingatan tiba-tiba muncul di pikirannya—ingatan dari masa lalu yang bukan miliknya.
Ia melihat seorang pria tua dengan jubah putih berdiri di depan makhluk itu, mengulurkan tangan seperti yang dilakukannya sekarang. Pria itu berbicara dalam bahasa kuno yang tidak dimengerti Hu Zi, tetapi pesannya terasa jelas: kepercayaan.
Hu Zi membuka matanya. “Makhluk ini bukan musuh. Ia hanya penjaga. Kita harus membuktikan bahwa kita layak melewati tempat ini.”
“Dan bagaimana caranya?” Yan Zhao bertanya, menurunkan pedangnya dengan enggan.
“Mungkin... dengan menunjukkan bahwa kita tidak datang untuk merusak.” Hu Zi mengangkat kedua tangannya, menunjukkan bahwa ia tidak memegang senjata. “Kami hanya mencari kebenaran dan kekuatan untuk melawan kegelapan. Kami tidak akan menyakiti tempat ini.”
Makhluk itu berhenti menggeram. Perlahan, ia menundukkan kepalanya, seolah-olah memahami kata-kata Hu Zi. Kemudian, ia melangkah mundur, memberi jalan ke depan.
“Luar biasa,” Shen Yue berbisik. “Aku tidak percaya itu berhasil.”
“Dia memang selalu punya cara sendiri,” Qi Xuao Xuan mengomentari dengan nada datar, meskipun ada sedikit senyuman kecil di wajahnya.
Kelompok itu melanjutkan perjalanan mereka, akhirnya tiba di sebuah mata air besar yang dikelilingi oleh kristal bercahaya. Airnya jernih, dan aura suci memenuhi udara.
“Inilah dia,” Shen Yue berkata dengan suara hampir berbisik.
Hu Zi melangkah mendekat, menatap ke dalam air. Ia bisa melihat bayangannya sendiri, tetapi sesuatu yang lain juga muncul—sebuah simbol aneh yang bersinar samar di dadanya, tepat di atas mutiara merah.
“Mungkin ini saatnya untuk mengetahui kebenaran,” gumamnya.
Ketika ia menyentuh air, sebuah kilatan cahaya menerpa mereka semua. Suara-suara bergema di kepala mereka, seperti bisikan dari masa lalu.
“Kalian yang datang ke tempat ini, dengarkanlah. Mata Air Surga menyimpan kekuatan untuk menyembuhkan, tetapi hanya mereka yang hatinya murni yang dapat membawa kekuatan itu keluar. Ujian kalian belum selesai.”
Tiba-tiba, bayangan besar muncul di dalam air, membentuk sosok kegelapan dengan banyak tentakel, sama seperti yang dilihat Hu Zi sebelumnya. Bayangan itu bergerak cepat, melompat keluar dari air dan menyerang mereka.
“Siap-siap!” Qi Xuao Xuan berteriak, menarik pedangnya dengan kilatan energi gelap.
Pertempuran berlangsung sengit. Bayangan itu tampaknya tidak memiliki bentuk fisik, membuat setiap serangan menjadi tantangan besar. Namun, Hu Zi kembali merasakan tarikan aneh di dalam dirinya.
“Mutiara merah... ini adalah kuncinya,” pikirnya.
Ia mengangkat tangannya, membiarkan cahaya merah dari dadanya menyala lebih terang. Cahaya itu mengenai bayangan, membuatnya berteriak kesakitan dan akhirnya lenyap ke dalam udara.
Ketika semuanya berakhir, air di mata air menjadi tenang kembali, dan suasana berubah menjadi damai. Sebuah suara lembut terdengar lagi.
“Kalian telah membuktikan diri. Kekuatan Mata Air Surga kini menjadi milik kalian. Gunakanlah dengan bijak.”
Hu Zi merasakan kekuatan baru mengalir dalam dirinya, tetapi juga tanggung jawab yang lebih besar. Ia tahu bahwa ini hanyalah awal dari perjalanan panjang mereka.
“Kita harus terus maju,” katanya, menatap teman-temannya dengan tekad.
Dan dengan itu, mereka meninggalkan Mata Air Surga, membawa harapan baru untuk menghadapi kegelapan yang menunggu di depan.