NovelToon NovelToon
Kelahiran Kembali Kultivator Abadi

Kelahiran Kembali Kultivator Abadi

Status: tamat
Genre:TimeTravel / Petualangan / Tamat / Supernatural / Contest / Reinkarnasi / Balas Dendam / Time Travel / Petualangan Fantasi-Penyeberangan dunia lain / Mengubah Takdir / Dan budidaya abadi / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:17.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: PenaKertas

Genre : TimeTravel, Action, Adventure

Mo Lian. Seorang Kultivator terkuat di Alam Semesta.

Saat ia hendak naik ke Alam Selestial, Dao menolaknya karena di dalam hatinya terdapat penyesalan besar. Akhirnya pun Dao mengirimkannya kembali ke masa sekolahnya saat berusia 18 tahun.

"Kali ini aku harus berkultivasi secara perlahan sembari membalaskan semua dendam yang ada! Hingga tidak lagi meninggalkan penyesalan maupun rasa bersalah, yang mana dapat membangun iblis hati!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaKertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 14 : Berangkat ke Kota Hanzhong

Mo Lian dan Mo Fefei telah tiba di Mansion Bai Long, mereka diantar kembali oleh Lee Dong. Keduanya langsung masuk begitu saja memasuki Mansion, dengan Mo Lian menuntun jalan Adiknya yang tampak kaku itu.

Mo Lian bersandar di sofa panjang yang sangat empuk, ia memandang Mo Fefei yang masih sangat terkejut dengan apa yang dilaluinya selama satu hari ini. "Fefei, kau boleh menggunakan kamar manapun yang kau sukai."

Mo Fefei tersentak, ia kembali sadar dari lamunannya. "Ka- Kakak. Ba- Bagaimana Kakak bisa mengenal Qin Nian, Dewi dari Kota Chengdu? Terlebih lagi, apa-apaan itu. Mereka memanggil Kakak dengan sebutan 'Master', lalu apa lagi ini ... Mansion yang sangat luas, dan berada di Puncak Gunung Emei," ucapnya dengan nada sedikit tinggi.

Mo Lian tersenyum lembut, ia berdiri menghampiri Adiknya. "Bukankah sudah ku bilang, aku akan membahagiakan kalian berdua," balasnya sembari mengusap lembut rambut Adiknya.

"Kau telan ini. Ini bisa meningkatkan kebugaran tubuhmu, dan mungkin saja kau bisa memiliki kulit halus seperti milikku." Mo Lian melanjutkan perkataannya dan menyerahkan Pil Pembersih Tubuh pada Mo Fefei.

Tanpa berbasa-basi lagi Mo Fefei mengambil pil itu dan menelannya begitu saja saat mendengar penjelasan mengenai kulit halus, wanita mana yang tak tergiur jika dapat membuat penampilannya lebih cantik dalam sekejap.

Mo Fefei duduk bersila dengan mata terpejam mengikuti arahan dari Mo Lian agar dapat menyerap efek pil secara maksimal. Ketika Mo Fefei membuka matanya, ia terkejut bukan main dengan apa yang menempel di seluruh tubuhnya, dengan cepat ia bangkit dan berlari menuju kamar mandi.

Mo Lian juga beranjak dari tempat duduknya, ia pergi menuju kamar mandi yang lain. Setelah selesai membersihkan dirinya, Mo Lian memasakkan makanan untuk Adik kecilnya.

"Kakak. Apakah Kakak sedang memasak sesuatu?" Mo Fefei keluar dari kamar mandi hanya mengenakan baju panjang tanpa celana, dengan handuk menempel di kepalanya. Penampilannya kini telah berubah drastis, sebelumnya yang sudah sangat cantik karena merupakan Bunga Sekolah, kini telah lebih cantik. Rambut hitamnya yang berkilauan segar, kulit putihnya yang cerah, bibir merah mudanya yang indah.

Mo Lian menolehkan kepalanya ke arah sumber suara, ia tersenyum masam saat melihat penampilan Adiknya. "Fefei. Bisakah kau pakai dulu celana mu," balasnya dengan suara sedikit tinggi.

Mo Fefei menyeringai lebar. "Hehe ... apakah Kakak bernafsu melihat Adiknya tidak memakai celana?" tanyanya seraya mengangkat bawahan bajunya.

Mo Lian menggelengkan kepalanya ."Kakak mana yang bernafsu melihat Adiknya. Bahkan saat kecil dulu aku sering memandikan mu," jawabnya melanjutkan memasak.

Mo Fefei terdiam sejenak dengan pipi mengembung. "Kakak! Aku sudah besar! Jangan perlakukan aku seperti anak kecil!" teriaknya menghentakkan kaki kanannya di lantai.

"Sudah-sudah, jangan berisik. Bantu Kakakmu membawa semua makanan ini," ucap Mo Lian membawa beberapa piring berisikan ikan maupun sayuran.

Masih dengan ekspresi kesal, Mo Fefei membantu Mo Lian membawakan semua makanan yang telah dimasak ke atas meja makan.

Puluhan menit kemudian, makanan di atas meja telah habis disantap. Kemudian Mo Lian mencuci semua alat makan dibantu oleh Mo Fefei yang mengeringkannya. Setelah seluruh pekerjaan telah selesai, Mo Lian beranjak untuk tidur lebih awal, karena besok mereka akan berangkat pagi-pagi sekali, pasalnya mereka belum membeli tiket.

"Kakak..." Mo Fefei memanggil Mo Lian dengan nada rendah.

"Ada apa?" Mo Lian menjawabnya tanpa berbalik dan tetap berjalan menaiki tangga menuju lantai dua.

"Aku ... mau tidur ... bersama Kakak," jawab Mo Fefei perlahan dengan suara rendah.

Mo Lian berbalik melihat Adiknya. Ia membuka mulutnya hendak menolak permintaan Mo Fefei, tapi diurungkannya saat melihat raut wajah kesedihan yang terpancar dari Mo Fefei. Mo Lian tersenyum masam, sepertinya hari-hari Adiknya di sekolah sangat tidak menyenangkan. "Baiklah. Aku tidak ingin menanyakan kehidupan mu di sekolah, tapi jika kau tidak dapat menahannya lagi, kau bisa menceritakan semuanya. Oke?" ucapnya berjalan menghampiri Mo Fefei, kemudian mengusap lembut rambutnya.

Mo Fefei mengangguk kecil, bisa terlihat air mata mengalir di kedua sudut matanya. "Ba- Baik ... hiks ..." jawabnya terisak-isak.

Senyum masam terukir di wajah Mo Lian dengan api yang menari-nari di matanya. Mo Lian mencengkeram jari-jarinya yang terkepal dan bertekad akan menghilangkan Keluarga Long dan Fang dari Kota Chengdu. Mo Lian membawa Adiknya ke dalam kamar yang sangat luas, kemudian mengusap pelan rambut Adiknya agar memudahkannya terlelap tidur. Saat Mo Fefei merasa sedih, Mo Lian selalu melakukan ini, ia sudah melakukannya semenjak masih kecil, lebih tepatnya saat ayah mereka menghilang.

***

Keesokan Paginya

Mo Lian terbangun dari tidurnya saat merasakan ada yang menekan pipinya, ia membuka matanya perlahan, terlihat kaki putih lembut sedang menginjak wajahnya. "Posisi tidurnya tidak pernah berubah," gumamnya melemparkan kaki itu.

Mo Lian meregangkan tangannya mengambil handphone yang berada di atas meja kecil di sebelah tempat tidur. Ia membuka handphone, terlihat pesan dari akun bank miliknya, di sana tertulis.

[Trx Rek. 11367xxxxx : CN MASUK KE TABUNGAN ¥10.000.000 25/03/20 23:10:30]

Rp.22.020.000.000,00

Mo Lian tersentak kaget saat ia melihat pesan itu. Saking kagetnya ia sampai melompat dari tempat tidur dan membangunkan Adiknya.

"Ka ... kak. Ada apuaahh?" tanya Mo Fefei sedikit menguap.

Mo Lian tersenyum, ia tidak ingin merahasiakan apapun pada keluarganya. Ia memperlihatkan pesan yang tertulis di dalam handphone. Seketika itu juga kantuk Mo Fefei menghilang dengan mata terbelalak lebar. "Kakak. Apakah aku boleh minta dibelikan baju?"

"Tentu. Cepatlah mandi, kita akan berangkat ke Bandara pagi ini."

Sontak Mo Fefei turun dari tempat tidurnya dan beranjak ke kamar mandi. Mo Lian pun juga pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah tubuh mereka segar dan telah bersiap-siap, mereka berdua keluar dari Mansion Bai Long. Terlihat di luar gerbang terparkir mobil mewah dengan wanita cantik duduk di kap mobil.

"Selamat Pagi, Master!"

Mo Lian mengangguk kecil dan menaikan satu tangan sebagai balasan dari salam itu. "Bisa jelaskan maksud dari ini?" tanyanya memperlihatkan pesan dari akun bank.

"Kakek menyuruhku untuk mentransfer uang pada Master sebagai bayaran atas teknik yang diajarkan. Bahkan kakek mengatakan kalau uang itu masih terlalu sedikit jika dibandingkan dengan Teknik Budidaya yang Master berikan." Qin Nian menundukkan kepalanya menjelaskan mengenai sejumlah uang yang ditransfernya.

Mo Lian kembali menganggukkan kepalanya, ia tidak menyangka teknik yang ditemukannya secara tidak sengaja memiliki harga yang tinggi. Seketika terbesit pikiran untuk menjual Teknik Budidaya yang dapat membuat orang naik ke Fase Mendalam dengan mudah, entah berapa banyak uang yang akan dihasilkannya.

"Master. Ini adalah tiket pesawat untuk pergi ke Kota Hanzhong." Qin Nian melanjutkan perkataannya sembari menyerahkan dua amplop berwarna putih berisikan tiket.

Mo Lian menerima dua amplop itu, kemudian masuk ke dalam mobil bersama dengan Mo Fefei. Mereka berdua berangkat menuju Bandara Shuangliu Chengdu diantar dengan mobil Qin Nian.

Puluhan menit terlewat begitu saja, mereka berdua telah sampai di Bandara. Keduanya langsung masuk ke dalam, karena waktu keberangkatan masih satu jam dari sekarang, akhirnya Mo Lian memutuskan untuk membeli beberapa pakaian untuk Adiknya dan oleh-oleh khas Chengdu untuk ibunya.

Meski terbilang mahal karena membeli di Bandara, tapi karena waktu yang dimilikinya singkat, jadi Mo Lian mau tidak mau membeli di sini. Sekaligus untuk membahagiakan Adik kecilnya yang tidak pernah memiliki pakaian mewah.

Tapi untungnya saat mereka diusir dari Kediaman Mo. Adiknya tidak pernah meminta hal macam-macam pada ibunya, dan bahkan membantu ibunya untuk meringankan beban meski hanya sedikit.

Setelah puas berbelanja dan menghabiskan uang lebih dari 10.000 Yuan, mereka berdua akhirnya kembali duduk untuk menunggu kedatangan pesawat.

Mo Lian berpikiran pastinya akan dimarahi ibunya jika tahu mereka berdua menghabiskan banyak uang hanya untuk membeli pakaian. Bagaimanapun gaji ibunya adalah 5000 Yuan, 4000 Yuan digunakan untuk membiayai sekolah dan kebutuhan keduanya di Kota Chengdu.

Mo Lian menggelengkan kepalanya saat membayangkan kehidupan yang dijalani ibunya. "Ibu. Kali ini biarkan aku yang membahagiakan mu."

...

***

*Bersambung...

1
Anonymous
nexy thor
Anonymous
lnjut thor
Durian Anget
lemah ternyata
Durian Anget
kok limited
Durian Anget
tuh kan dikit
Durian Anget
cuma 324 doang?
Durian Anget
hiperbola?
Durian Anget
large size type 8/9?
Durian Anget
uwaw
Durian Anget
anak ke 3 dan ke 4? tidak termasuk anak angkat
Durian Anget
dikit amat semesta nya
Durian Anget
oh
Durian Anget
oalah, normal lah
Anonymous
next thor
Anonymous
next thor
Anonymous
keren
Anonymous
next
Anonymous
wanita macam apa ini
noName
mantappp
Anonymous
bext
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!