Hidupku hancur, setelah pernikahan keduaku diketahui oleh istriku, aku sengaja melakukan hal itu, karena aku masih mencintainya. Harta yang selama ini kukumpulkan selama 10 tahun. Lanhsunh diambil oleh istriku tanpa tersisa satu pun. Lebih parahnya lagi, aku dilarang menafkahi istri siri dan juga anak tiriku menggunakan harta bersama. Akibatnya, aku kembali hidup miskin setelah mendapatkan karma bertubi-tubi. Kini aku selalu hidup dengan semua kehancuran karena ulahku sendiri, andai waktu bisa ku ulang. Aku tidak pernah melakukan kesalahan yang fatal untuk pernikahanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17 PERANG
"Hai wanita murahan! Jangan pergi dulu!" Suara Siska begitu nyaring. " Ada yang mau aku bicarakan sama kamu, sebelum kamu pergi dari resto ini." Terlihat Siska berjalan ke arah Rahma, cara jalannya begitu Anggun membuat aku heran, untuk apa ia menghentikan Rahma yang sudah ingin pulang ke rumah, sepertinya ada sesuatu yang akan terjadi, sebelum peperangan terjadi kembali. Lebih baik aku mencegahnya.
Sebelum Siska menghampiri Rahma, aku langsung menahan tangannya, tetapi ia langsung menepis tanganku dan mengelapnya seperti orang yang jijik dengan sesuatu.
"Jangan sentuh tubuhku dengan tangan kotormu itu, Mas!"
"Segitunya kamu memperlakukan suami sampai menganggap bahwa tanganku kotor." Siska hanya mencibirkan bibirnya, ia tidak peduli dengan keluhanku. "Tolong jangan memulai perdebatan lagi, apa kamu tidak malu dengan pandangan orang-orang yang ada di sini,' ujarku lagi, tapi Siska hanya menatapku sinis.
"Kamu nggak perlu ikut campur! Kalau kamu malu menjadi tontonan semua orang di sini, lebih baik kamu enyah dari hadapanku!"
"Mau sampai kapan kalian berdua berdebat seperti ini, tidak bisakah kamu berhenti melakukan ini. Apa kamu tidak kasihan melihatku yang sudah lelah dengan kalian berdua, jujur saja aku sudah mulai malu dengan pandangan orang."
"Ternyata kamu punya malu juga ya, Mas. Aku pikir ular malu kamu udah putus, makanya bisa menikah dengan wanita murahan seperti Istri Keduamu!" Mulutku langsung bungkam, hatiku benar-benar terasa sakit dengan kata-kata Siska yang begitu menusuk ulu hati, bahkan bibir ini terasa kelu untuk berkata-kata.
"Hai wanita gatal! Jangan pergi dulu!" Siska langsung berjalan ke arah Rahma. Aku hanya bisa terdiam terpaku melihat istri pertama dan kedua memulai peperangan kembali.
"Kurang ajar kamu, Mbak! bisa-bisanya kamu memanggil diriku dengan mati yang murahan dengan suara besar!" mata Rahma sempat melihat sekeliling karena ia cukup malu ketika dirinya diteriaki wanita gatal di tempat umum.
"Aku nggak peduli! Yang jelas ada sesuatu yang ingin saya bicarakan sama kamu. Dan ini berhubungan dengan uang!"
"Maksud kamu apa Mbak?"
"Selama kamu menikah dengan Mas Danu, kamu pasti selalu diberikan Nafkah kan?"
"Tentu saja, bukankah hal seperti itu sudah kewajiban Karena Mas Danu sudah menikahiku."
"Saya nggak peduli kamu dinafkahi oleh Mas Danu, tapi saya tidak sudi jika Mas Danu menggunakan harta yang kita miliki bersama untuk menafkahi kamu dan juga anak kamu, jadi tolong kembalikan semua uangnya sudah kamu pakai untuk menghidupi kamu dan juga anakmu selama kamu menikah dengan Mas Danu, karena saya tidak akan mengizinkan uang itu dipakai!"
"Kok Mbak Siska begitu sih, walaupun itu harta kalian tapi Mas Danu itu sudah berkewajiban untuk menafkahiku dan juga anakku, kita berdua ini sudah menikah jadi tidak ada salahnya dong kalau aku ikut menikmati harta kalian berdua. Toh aku juga bagian dari keluarga kalian."
"Jangan terlalu percaya diri, kamu itu hanya orang luar, Jadi tidak berhak untuk menikmati harta yang aku cari selama bertahun-tahun bersama Mas Danu asal kamu tahu ya uang yang kamu pakai bersama dengan anakmu itu adalah uang untuk masa depan anakku jadi kembalikan semua uang yang sudah kamu nikmati, kalau tidak kamu akan tahu akibatnya."
"Bre**sek kamu Mbak, padahal kita berdua sama-sama istri Mas Danu, tapi kenapa kamu begitu serakah!Seharusnya kamu tidak boleh melakukan seperti itu bagaimana bisa aku mengembalikan uang yang sudah dipakai selama menikah dengan Mas Danu, pokoknya aku tidak akan mau mengembalikan uang tersebut karena itu sudah kewajiban Mas Danu untuk menafkahiku, dan ingat Mbak walaupun harta kalian milik bersama aku tetap ada hak untuk menikmati semuanya."
"Lancar juga mulutmu bicara, kita lihat saja nanti, kamu pasti akan mati berdiri Ketika saya akan melakukan sesuatu!" Selesai berbicara Siska langsung masuk ke dalam Resto. Terlihat raut wajahnya terpancar kemarahan yang sangat dahsyat. saat Siska sudah masuk ke dalam menuju ruangan khusus aku mengikutinya dari belakang selama aku mengikuti Siska banyak sekali tatapan karyawan melihat ke arahku mereka pasti bertanya-tanya. Kenapa orang seperti diriku bisa mempunyai istri dua, aku yakin setelah ini mereka akan bergosip tentangku.
"Sayang tunggu dulu. Aku mau jelaskan semuanya." aku terus mengejar langkah Siska yang begitu cepat aku mencoba tangannya tetapi langsung ditepis olehnya Iya sama sekali tidak memperdulikan diriku yang ingin menjelaskan semuanya. Matanya terus fokus berjalan ke arah ruangan khusus. "Sayang tolong dengarkan aku, kamu jangan marah dulu, aku enggak tahu kalau Rahma bisa datang ke Resto ini. Jadi kamu jangan salah paham." Akhirnya Siska menghentikan langkahnya, ia langsung membalikan badan sekaligus menyilangkan kedua tangannya di dada dan menatapku sinis.
"Sayang aku--"
"Berhenti Mengatakan kata sayang, asal kamu tahu ya, Mas. Aku sudah muak sekali dengan kata sayang yang keluar dari mulutmu itu! Berikan saja kata sayangnya sama gundikmu itu!"
"Lalu aku harus apa? Aku sudah bingung menghadapi sikapmu yang seperti ini. Aku rindu kamu yang dulu, aku rindu tutur katamu yang lembut. Kemana Siska yang aku kenal? Bahkan sikap Angga terhadap diriku juga ikut berubah, dia seperti menganggapku ada," lirihku.
"Setelah apa yang kamu lakukan terhadap diriku dan juga anak kita. Kamu berharap kami berdua bisa seperti dulu? Jangan mimpi, Mas. Jika kamu sudah tidak mau bersama diriku dan juga Angga. Bersabar lah, sebentar lagi kita berdua akan pergi dari kehidupan kamu, Mas. Jika semua harta yang sudah dinikmati oleh gundikmu sudah kuambil semua. Maka hari itu juga kami akan pergi dan kamu bisa hidup dengan keluarga barumu."
"Sa ... Sayang, kamu ini bicara apa? Siapa yang bilang aku tidak mau hidup dengan kalian berdua, justru aku tidak mau kalian berdua meninggalkanku." Hatiku begitu takut jika harus kehilangan Angga dan istriku. Aku tidak mau ada perpisahan diantara kami berdua.
"Kalau kamu tidak mau kehilangan kami berdua, lalu buat apa kamu menikah lagi dengan janda gatal seperti dia?" Aku hanya bisa tertunduk, untuk berkata saja sudah tidak bisa. "Aku tidak menyangka seorang seperti Danu bisa menikahi perempuan rendahan seperti dia, aku kira wanita yang kamu nikahi itu levelnya bisa berada di atasku, nyatanya aku salah justru levelnya sangat rendah bahkan tidak pantas bersanding denganku. Apa kamu tidak salah menikahi perempuan model seperti itu yang hanya bermodalkan tubuh, bahkan wajahnya saja penuh dengan bedak yang tidak sesuai dengan kulit wajahnya."
"Maafkan, aku."
"Sebenarnya apa yang kamu cari dari wanita seperti dia? Apa kamu sedang mencari suasana baru atau kamu--"
"Aku enggak cari apa-apa, tolong jangan bicara lagi. Aku mohon. Sekali lagi aku minta maaf, aku salah."
"Kamu nggak perlu meminta maaf, Mas. Jujur saja, aku sudah muak mendengar kata maaf darimu, tujuan aku datang ke restoran ini hanya ingin mengatakan padamu, bahwa aku akan ikut mengelola Resto ini seperti dulu!"
"Apa!"
Dobel up, Thoor /Pray//Pray/