Novel ini diilhami dari kisah hidup Nofiya Hayati dan dibalut dengan imajinasi penulis.
🍁🍁🍁
Semestinya seorang wanita adalah tulang rusuk, bukan tulang punggung.
Namun terkadang, ujian hidup memaksa seorang wanita menjadi tangguh dan harus terjun menjadi tulang punggung. Seperti yang dialami oleh Nofiya.
Kisah cinta yang berawal manis, ternyata menyeretnya ke palung duka karena coba dan uji yang datang silih berganti.
Nofiya terpaksa memilih jalan yang tak terbayangkan selama ini. Meninggalkan dua insan yang teramat berarti.
"Mama yang semangat ya. Adek wes mbeneh. Adek nggak bakal nakal. Tapi, Mama nggak oleh sui-sui lungone. Adek susah ngko." Kenzie--putra Nofiya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 27 Rencana Lak-nat
Happy reading 😘
Malam semakin larut. Namun Dino masih berada di bar. Ia duduk sendiri di pojok ruang, berteman secangkir kopi hitam dan gawai yang berada di genggaman tangan.
Dino terus merekam obrolan tiga orang yang duduk tidak jauh darinya. Terdengar serius, tetapi menjijikkan dan sukses memancing emosi.
Andai Zaenal turut mendengar, Dino sangat yakin jika sahabatnya itu akan mengamuk karena teramat murka.
Jemari tangan membenahi masker dan topi yang dikenakan ketika salah seorang dari mereka menoleh ke arahnya.
Ia berpikir jika penyamarannya telah diketahui.
Namun ternyata tidak. Rupanya orang itu menoleh ke arah bartender, lalu memesan segelas coc-ktail dan dua gelas wi-ne untuk kedua temannya.
Dino menghela nafas lega. Ia lega karena keberadaannya masih aman.
Setelah merasa cukup merekam obrolan mereka, Dino segera bangkit dari posisi duduk. Lalu bergegas membawa langkahnya keluar dari bar.
Aku harus segera menemui Zen, bisik batinnya mengiringi sepasang kaki yang terus terayun.
Sepulang dari pantai tadi, tanpa sengaja Dino melihat Bagas dan dua orang temannya berjalan menuju bar.
Kebetulan ia selalu membawa masker dan topi yang disimpan di dalam tas.
Dino pun segera mengenakan masker dan topi untuk menutupi wajah. Kemudian bergegas menyusul Bagas dan dua temannya yang sudah masuk terlebih dulu ke dalam bar.
Kecurigaan Dino benar, ternyata Bagas bekerjasama dengan salah seorang mantan Zaenal. Mereka berniat untuk menghancurkan hubungan Zaenal dan Nofiya.
Bukan itu saja, mereka juga ingin merusak marwah yang selama ini dijaga oleh Nofiya.
Dino segera menggeber sepeda motornya, lalu melajukan dengan kencang tanpa menghiraukan air langit yang turun kian deras.
Pakaian yang dikenakannya basah, bahkan hawa dingin mulai memeluk erat dan membuat tubuh Dino menggigil.
"Zen." Dino berteriak begitu sampai di depan pintu gerbang rumah Zaenal.
Tidak ada tanggapan atau balasan dari dua security yang bertugas di pos. Mereka tertidur dan terlena di alam mimpi.
Mungkin karena hujan di malam ini mencipta suasana syahdu dan sangat pas untuk memanjakan diri dengan mimpi indah.
Dino kembali berteriak sambil menekan bel. Berharap ada orang yang menyahut dan segera membuka pintu gerbang.
Usaha Dino tidak sia-sia. Salah seorang security ber name tag 'Arif' terbangun.
"Siapa?" Arif melontarkan tanya sambil memaksa tubuh bangkit dari kursi.
"Dino. Temen Zen." Dino mengeraskan suara, sehingga terdengar jelas di telinga Arif.
Arif pun bergegas membuka pintu gerbang, lalu mempersilahkan Dino untuk masuk ke dalam.
"Zen ada di rumah 'kan?"
Arif mengangguk, lalu menjawab tanya yang dilontarkan oleh Dino.
"Ada, Mas. Mas Zen ada di kamar," ucapnya sambil sedikit membungkukkan tubuh.
"Okay."
"Mari saya antar." Arif menawarkan diri untuk mengantar Dino. Namun Dino menolak dengan halus.
Dino kembali melajukan kuda besinya menuju teras rumah.
Terlihat olehnya dua insan yang tengah bercengkrama. Mereka adalah Sumi dan Bendot, sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta.
"Ehem." Suara deheman yang diperdengarkan oleh Dino memecah suasana romantis dan berhasil mengalihkan atensi.
Refleks, Sumi dan Bendot menoleh ke arah asal suara. Mereka bersiap mendamprat orang yang telah merusak suasana.
"Kurang asem kam--" Sumi segera menutup mulutnya dengan telapak tangan saat menyadari bahwa si pemilik suara adalah Dino, sahabat tuan mudanya.
"Eh, Mas Dino. Saya kira Arif atau Si Heru." Sumi tersenyum nyengir sambil memilin ujung baju. Ia merasa malu karena hampir mendamprat orang yang sangat dekat dengan Zaenal.
Dino menanggapi ucapan Sumi dengan mengulas senyum.
"Eng, Zen ada di rumah, Mbok?" tanya-nya sekedar berbasa-basi.
"Ada, Mas."
"Boleh saya masuk ke dalam?"
"Tentu saja boleh." Sumi membuka pintu dengan perlahan, lalu mempersilahkan Dino untuk masuk ke dalam rumah.
"Langsung saja naik ke atas, Mas. Den Zen sedang tidur di kamarnya."
"Ok, Mbok. Makasih ya."
Dino bergegas menaiki anak tangga. Ia sudah tidak sabar untuk memberi tahu kebenaran tentang foto Nofiya pada Zaenal.
Selain itu, ia juga ingin memberi tahu rencana laknat yang dicetuskan oleh Bagas dan kedua temannya.
Tanpa mengetuk pintu, Dino membuka pintu kamar dan membawa langkahnya mendekat ke arah ranjang, tempat Zaenal merebahkan tubuh.
"Zen, bangun!" ucapnya sambil menggoyang pelan tubuh Zaenal.
Terdengar dengkuran halus dan igauan lirih dari bibir sahabatnya itu.
Dino menatap sendu wajah Zaenal. Tersirat lara yang mendalam.
...🌹🌹🌹...
Tidak peduli betapa beratnya coba dan uji yang ingin menggoyahkan hubungan, seorang lelaki yang tulus akan tetap berjuang demi mempertahankan cinta dan mewujudkan mimpi yang telah terajut bersama.
🍁🍁🍁
Bersambung ....
ada2 gajah deh
dasar Conal
Dia otaknya encer...hehehege
Ampuunnn Dahhh
sini di belakang rumahku..sambil ngingu pitik
Dari tadi, aku baca di Zaenal manggilnya YANG..YANG..terus..
itu nama pacarnya Zaenal, Fiya apa Mayang sih..
Aku juga ketawa nihh
Aku pikir Kirana putri cantiknya Author
yang gantengnya sejagad jiwa..yang kumisnya bikin Author gak bisa lupa