SEKUEL TERPAKSA MENIKAHI PEMBANTU
Giana yang sejak kecil kehilangan figur seorang ayah merasa bahagia saat ada seorang laki-laki yang merupakan mahasiswa KKN memberikan perhatian padanya. Siapa sangka karena kesalahpahaman warga, mereka pun dinikahkan.
Giana pikir ia bisa mendapatkan kebahagiaan yang hilang setelah menikah, namun siapa sangka, yang ia dapatkan hanyalah kebencian dan caci maki. Giana yang tidak ingin ibunya hancur mengetahui penderitaannya pun merahasiakan segala pahit getir yang ia terima. Namun, sampai kapankah ia sanggup bertahan apalagi setelah mengetahui sang suami sudah MENDUA.
Bertahan atau menyerah, manakah yang harus Giana pilih?
Yuk ikuti ceritanya!
Please, yang gak benar-benar baca nggak usah kasi ulasan semaunya!
Dan tolong, jangan boom like atau lompat-lompat bacanya karena itu bisa merusak retensi. Terima kasih atas perhatiannya dan selamat membaca. ♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSM 25
"Giana ...."
"Mbak Gia ...."
"Mas dokter ...."
Albirru dan Giana sontak menoleh ke arah seseorang yang memanggil nama Giana. Dahi keduanya mengerut. Bila Giana menatap tak suka, maka Albirru menatap bingung.
"Yuk, Mas, Mas mau makan ke sini 'kan?" ajak Giana mengabaikan kedatangan Herdan. Ia justru mengajak Albirru masuk dan duduk di salah satu meja.
Albirru mengangguk kemudian tersenyum. Padahal ia datang ke sana untuk menjemput Giana karena tadi Desti mengatakan kalau ia ingin pergi dengan kekasihnya jadi ia tidak bisa menemani Giana pulang. Namun, ia paham, Giana hendak menghindari laki-laki yang kekeh mengajaknya bicara itu. Seingat Albirru, laki-laki itu merupakan laki-laki yang pernah ia lihat saat di lampu merah. Mantan suami Giana.
"Giana, aku mau bicara sebentar, bisa 'kan?" bujuk Herdan lagi.
"Mas mau pesan apa?" tanya Giana pada Albirru, tak peduli dengan Herdan yang terus mengajaknya bicara.
"Gia, aku tau, kamu pura-pura nggak dengar."
"Aku mau pesan ...."
"Giana," sentak Herdan kesal memotong kata-kata Albirru.
"Kamu ini apa-apaan sih, Mas? Kamu nggak bisa liat apa apa, aku sedang kerja," kesal Giana dengan mata melotot. Tak ada lagi Giana yang lemah lembut. Kini Giana sudah bertranformasi menjadi wanita yang tangguh dan tanpa rasa takut sama sekali. Bahkan ia sudah tak lagi menghormati Herdan seperti dulu.
Herdan berdecak. "Kau pikir aku bodoh, hah? Kau itu sudah pulang bekerja, jadi tak perlu berpura-pura masih bekerja. Ayo, cepat, aku mau bicara!" ucap Herdan dengan suara meninggi membuat perhatian para pengunjung beralih padanya.
"Tolong jaga sikap Anda, Pak! Ini tempat umum."
"Kau pikir aku tidak tau? Tanpa kau beritahu pun aku tau, bodoh!"
"Kalau kau tau, seharusnya kau menjaga sikap."
"Siapa kau ikut campur urusanku, hah?" Berbeda dengan Albirru yang mengingat siapa itu Herdan, maka sebaliknya Herdan tidak mengenali Albirru sebab penampilannya jauh lebih rapi dan benar-benar berbeda dibandingkan saat di jalan waktu itu. Belum lagi, saat itu Albirru mengenakan helm jadi ia tidak melihat dengan jelas raut wajah Albirru.
"Kau tak perlu tau siapa aku yang penting aku harap kau jaga sikap dengan Giana."
"Mau aku melakukan apa, terserah aku. Aku suaminya jadi aku bebas melakukan apa pun."
"M-a-n-t-a-n! Perlu aku ingatkan lagi kalau kita itu sudah mantan dan tidak memiliki hubungan apa pun lagi, hah!" sentak Giana yang terpancing emosi saat mendengar Herdan mengklaimnya sebagai istrinya.
"Kau ...."
"Ada apa ini? Kenapa Anda membuat keributan di sini, Pak?" tegur Asrul yang keluar ruangannya saat mendapatkan laporan dari karyawannya ada seorang laki-laki yang membuat keributan di cafe dan mengganggu Giana.
"Saya hanya ingin bicara dengan dia. Tapi tidak mau."
"Kalau dia tidak mau ya sudah. Kenapa Anda memaksa? Sebaiknya kau pergi dari sini sebelum aku meminta keamanan menyeretmu keluar," tegas Asrul.
"Aku memaksa karena dia adalah mantan istriku. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengannya jadi Anda tidak berhak melarang."
"Tentu saja aku berhak, kau tau, cafe ini adalah milikku jadi hakku untuk mengusir orang-orang yang berpotensi mengganggu ketenangan dan kenyamanan cafe ini. Jadi tolong Anda pergi sekarang! Pergi!" tegas Asrul sekali lagi membuat Herdan berdecak kesal. Ia pun segera keluar dari cafe itu dengan menahan amarah.
Setelah Asrul pergi, Giana pun mengucapkan terima kasih pada Asrul karena mau membantunya mengusir Herdan.
"Tak perlu berterima kasih, Gia. Kau karyawanku jadi sudah sepantasnya aku membantumu."
"Terima kasih, Pak. Kalau begitu, aku permisi."
"Mas, aku pulang dulu, ya," pamit Giana pada Albirru. Ia pikir Albirru datang ke sana untuk makan atau sekedar minum kopi. Namun, Albirru justru menyergah.
"Biar aku antar!"
"Tapi Mas ...."
"Lebih baik kau pulang dengan dia, Gi. Bagaimana kalau laki-laki tadi masih ada di depan menunggumu?" potong Asrul.
Giana tampak menimbang. Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Giana pun bersedia.
Dan benar saja, saat mobil Albirru keluar dari area parkir, di depan cafe, ternyata mobil Herdan masih berada di sana. Giana bernafas dengan lega karena ia tidak harus bertemu dengan Herdan lagi. Sungguh, bertemu dengan Herdan benar-benar menguras energi. Beruntung ia dikelilingi orang-orang baik sehingga ia bisa segera menghindari Herdan.
"Tapi ngomong-ngomong, dia mau ngapain? Apa yang ingin ia bicarakan? Apa mungkin ...." Giana melirik perutnya yang terlihat membukit. "Tidak. Itu tidak mungkin. Tidak mungkin dia tau 'kan tentang kehamilanku ini?"
"Sedang memikirkan apa, Mbak?" tanya Albirru.
"Eh, Mas dokter. Aku tidak sedang memikirkan apa-apa kok," kilah Giana tersentak dari lamunannya.
"Albirru. Namaku Albirru. Mbak bisa panggil aku Albi atau Birru."
"Ah, iya, maaf, Mas ... Birru."
"Mau mampir ke suatu tempat dulu?" tanya Albirru.
"Ti-tidak. Langsung pulang saja. Nanti kemalaman kalo mampir dulu. Mas juga 'kan pasti capek."
Albirru tersenyum. Tak lama kemudian, mobil Albirru pun sudah sampai di depan rumah susun di mana Giana tinggal.
"Mau mampir, Mas?"
"Nggak usah. Mbak pasti capek. Oh, ya, ini, terimalah." Tiba-tiba Albirru menyodorkan kantong putih padanya.
"Ini apa?" tanya Giana sambil menerimanya. Senyum Giana seketika terbit saat melihatnya. "Mas, Mas nggak perlu repot-repot," ujar Giana saat melihat isi di dalamnya yang berupa susu ibu hamil dan snack serta roti.
"Aku nggak repot. Mohon diterima, ya."
Giana menggeleng. "Nggak, Mas. Kau nggak bisa. Ini terlalu banyak. Mas sudah terlalu banyak membantuku selama ini." Albirru terdiam, mencerna kata-kata Giana barusan. "Mas pikir aku nggak tau kalau Mas yang sudah membelikan aku alat-alat elektronik dan perabotan rumah? Aku sudah tau semuanya. Mas tak perlu merahasiakannya lagi. Terima kasih karena sudah berbaik hati padaku, tapi tolong cukup sampai di sini. Aku nggak mau berhutang budi karena kebaikan Mas ini," ucap Giana pelan.
Albirru menghela nafas pelan. "Aku tidak menganggap ini hutang budi, Gi. Tapi aku tulus. Jujur, aku menyukaimu bahkan sejak pertama bertemu, tapi tenang saja, aku melakukan ini tulus dari dalam hatiku. Aku tidak mengharapkan balasan apa pun. Sungguh. Dan susu ini, tolong terima. Kalau bukan untukmu, anggap ini untuk anakmu. Dia berhak mendapatkan perhatian dan penghidupan yang layak. Dia juga perlu nutrisi yang cukup untuk tumbuh kembangnya. Tidakkah kau kasihan padanya? Izinkan aku memberikannya perhatian padanya, Gi. Aku mohon, kau terima, ya?" ucap Albirru tulus. Bahkan ia sudah tidak memanggil Giana mbak lagi. Mata Giana sampai berkaca-kaca mendengarnya.
"Terima kasih, ya, Mas. Aku nggak tau, bagaimana caranya membalas kebaikan, Mas." Giana benar-benar terharu dengan perhatian dan perlakuan Albirru. Seumur hidupnya, ia tidak pernah mendapatkan perhatian seperti ini bahkan dari mantan suaminya pun.
"Sudah aku katakan, aku tidak butuh balasan. Melihatmu terus tersenyum pun sudah membuatku bahagia. Ambil ini, naik, dan beristirahatlah. Jaga kesehatanmu, oke!"
Giana mengangguk. Ia akhirnya menerima pemberian Albirru.
Saat Giana sudah pulang ke rumahnya, di depan cafe, Herdan justru terus mengumpat kesal setelah tahu kalau Giana sudah pulang sejak tadi.
"Sial. Aku kecolongan. Memangnya dia pulang lewat mana sih? Kenapa aku tidak melihatnya?" omel Herdan kesal karena rencananya untuk bicara dengan Giana harus gagal total setelah mantan istrinya itu pulang tanpa sepengetahuannya.
...***...
...Happy reading 🥰 🥰 🤩 ...
enak aja Giana di minta balikan lagi pas tau dia hamil, dan karena si Angel istri pilihan si Herdan belum hamil juga 😡
biar karma untuk kalian adalah tdk dianugerahi keturunan dan biar si Angel yg akhirnya Mandul beneran 😜😡