NovelToon NovelToon
Nikah Dadakan

Nikah Dadakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / CEO / Pengantin Pengganti / Beda Usia / Keluarga / Cinta Murni
Popularitas:149.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy_Ar

Spin off "Touch me mr. Cassanova"

🍁🍁🍁


"Kak, ini beneran kita menikah?"
Pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir mungil seorang Mikhayla Nolan.

Belasan tahun menyandang status sebagai seorang adik, kini tiba tiba ia berganti status menjadi seorang istri.

Kok bisa?
Kenapa?
Mikha merasa seperti mimpi buruk.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

...~Happy Reading~...

Hari yang dinanti akhirnya tiba, hari pernikahan Calvin dan Mikhayla . Walau usianya baru 17 tahun, Mikha tampak begitu dewasa dalam balutan kebaya putih yang sempurna melekat di tubuhnya. Rasa gugup di hatinya tidak mampu menutupi kecantikannya yang anggun. Ia melangkah perlahan memasuki ruangan akad, senyumnya tersungging, meski jantungnya berdebar tak menentu.

Pernikahan ini diadakan di sebuah hotel mewah, namun suasananya dibuat privat sesuai permintaan Mikha. Ia belum siap untuk berbagi kebahagiaan ini dengan banyak orang, terutama karena pernikahan ini terjadi di usianya yang masih belia.

Calvin berdiri di ujung ruangan, mengenakan setelan jas hitam yang sempurna. Ia tampak tegang, namun matanya memancarkan keteguhan. Ketika Mikha mendudukkan diri di sebelahnya, Calvin tidak bisa menahan senyumnya.

“Kamu cantik,” puji Calvin tulus.

Mikha terkekeh kecil, mencoba mencairkan suasana. “Tentu saja, anak siapa dulu dong.”

Jawaban itu membuat Calvin tersenyum lebih lebar, sejenak melupakan ketegangan yang menderanya.

Ketika saatnya tiba, semua mata tertuju pada Calvin yang bersiap mengucapkan ijab kabul. Ia menjabat tangan Papi Edward, ayah Mikha, dengan tatapan penuh percaya diri, meskipun di dalam hati ia merasa sangat gugup.

Dengan suara yang mantap, Papi Edward mulai mengucapkan ijab:

“Calvin Ricardo bin Muhammad, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putriku, Mikhayla Nolan binti Edward, dengan mas kawin berupa cincin dua gram dan uang sebesar $2024, dibayar tunai.”

Calvin menarik napas dalam, kemudian menjawab dengan lantang:

“Saya terima nikahnya dan kawinnya Mikhayla Nolan binti Edward dengan mas kawin tersebut, tunai!”

Ruangan hening sejenak, hingga penghulu mengesahkan pernikahan mereka. Seketika suara "sah" terdengar serempak dari para saksi.

Mikha tersenyum kecil sambil menunduk, menahan campuran emosi yang meluap di dadanya. Calvin, yang masih menjabat tangan Papi Edward, menatap ke arah Mikha sejenak, merasa lega sekaligus memiliki tanggung jawab baru.

Setelah akad nikah selesai, suasana hangat mengisi ruangan tempat keluarga dan kerabat berkumpul. Mikha dan Calvin berdiri di pelaminan, menerima ucapan selamat dari para tamu. Meskipun acara ini diadakan secara privat, kehadiran orang-orang terdekat membuat momen tersebut terasa istimewa.

Mikha tampak anggun dalam balutan kebaya putihnya, sementara Calvin berdiri di sampingnya dengan jas hitam yang membuatnya terlihat semakin gagah. Walau bibir mereka tersenyum, ada campuran perasaan gugup dan bahagia yang tak bisa disembunyikan dari wajah keduanya.

Seorang wanita cantik mendekat. Senyum lembutnya menghangatkan suasana. Dia adalah Mami Faiza, ibu Mikha.

“Selamat, sayang,” ucap Mami Faiza seraya meraih tangan Mikha. “Mami berharap kamu bahagia bersama Calvin ya, Nak.”

Mikha mengangguk, matanya berkaca-kaca. “Amin, makasih, Mi.”

Tatapan Mami Faiza beralih kepada Calvin. Senyum bangga menghiasi wajahnya. “Calvin, Mami titip Mikha ya, Nak. Mami bahagia dan sangat bersyukur jika pada akhirnya Mikha jatuh ke tangan kamu. Mami percaya, kamu bisa membahagiakan Mikha.”

Calvin menatap Mami Faiza dengan penuh hormat. Ia mengangguk mantap. “InsyaAllah, Mi. Calvin akan berusaha sebaik mungkin.”

Ucapan itu sederhana, namun terdengar penuh makna. Mami Faiza mengangguk puas, lalu melangkah mundur, memberi ruang bagi tamu lain.

Tak lama kemudian, seorang pria berpostur tinggi dengan rambut yang sedikit beruban mendekat. Papi Edward, ayah Mikha, membawa aura yang tegas namun hangat. Ia menghampiri Calvin terlebih dahulu, merentangkan tangan untuk memeluk menantunya itu.

“Sampai kapan pun kamu akan tetap jadi anakku,” ujar Papi Edward dengan suara bergetar, pelukan hangatnya terasa penuh kasih sayang.

Calvin balas memeluknya, merasakan berat tanggung jawab yang kini ada di pundaknya. Setelah melepas pelukan, Papi Edward menepuk bahu Calvin dengan penuh arti.

“Bahagiakan adik kamu.”

“Pasti, Pi. Terima kasih atas kepercayaannya,” jawab Calvin dengan nada yang tulus.

Papi Edward mengangguk, lalu melirik Mikha yang berdiri di samping Calvin. “Mikha, ingat, rumah kita selalu terbuka untukmu. Apa pun yang terjadi, Papi selalu ada untuk kamu.”

Mikha mengangguk kecil, matanya mulai berkaca-kaca lagi. “Iya, Pi. Makasih.”

Setelah menerima ucapan selamat dari kerabat lainnya, Mikha dan Calvin akhirnya duduk di pelaminan, beristirahat sejenak. Mikha menggenggam jemarinya sendiri, merasa canggung berada di samping Calvin yang masih menjadi sosok baru dalam hidupnya.

“Kamu capek?” tanya Calvin pelan, suaranya nyaris tenggelam dalam riuh tamu di ruangan.

Mikha menoleh, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. “Iya, sedikit. Tapi nggak apa-apa.”

“Kamu mau minum? Kakak ambilin,”

Mikha menggeleng. “Nggak usah. Mikha gak haus kok.”

Suasana hening sesaat. Mikha menyadari Calvin sedang mencoba membuatnya nyaman, meski pria itu sendiri terlihat canggung.

“Terima kasih,” ucap Calvin tiba-tiba.

Mikha menoleh, alisnya terangkat. “Untuk apa?”

“Untuk... semuanya. Untuk mau menikah denganku, meskipun ini tidak mudah.”

Mikha terdiam sesaat, lalu tersenyum kecil. “Oke gapapa, di maafkan! Kita jalani semuanya bersama.”

Calvin mengangguk, merasa sedikit lebih lega. Ucapan Mikha meski singkat, memberi rasa nyaman yang ia butuhkan di hari besar ini.

🍁🍁🍁

Setelah akad nikah selesai, suasana hangat mengisi ruangan tempat keluarga dan kerabat berkumpul. Mikha dan Calvin berdiri di pelaminan, menerima ucapan selamat dari para tamu. Meskipun acara ini diadakan secara privat, kehadiran orang-orang terdekat membuat momen tersebut terasa istimewa.

Mikha tampak anggun dalam balutan kebaya putihnya, sementara Calvin berdiri di sampingnya dengan jas hitam yang membuatnya terlihat semakin gagah. Walau bibir mereka tersenyum, ada campuran perasaan gugup dan bahagia yang tak bisa disembunyikan dari wajah keduanya.

Seorang wanita paruh baya dengan kerudung pastel mendekat. Senyum lembutnya menghangatkan suasana. Dia adalah Mami Faiza, ibu Mikha.

“Selamat, sayang,” ucap Mami Faiza seraya meraih tangan Mikha. “Mami berharap kamu bahagia bersama Calvin ya, Nak.”

Mikha mengangguk, matanya berkaca-kaca. “Amin, makasih, Mi.”

Tatapan Mami Faiza beralih kepada Calvin. Senyum bangga menghiasi wajahnya.

“Calvin, Mami titip Mikha ya, Nak. Mami bahagia dan sangat bersyukur jika pada akhirnya Mikha jatuh ke tangan kamu. Mami percaya, kamu bisa membahagiakan Mikha.”

Calvin menatap Mami Faiza dengan penuh hormat. Ia mengangguk mantap. “InsyaAllah, Mi. Calvin akan berusaha sebaik mungkin.”

Ucapan itu sederhana, namun terdengar penuh makna. Mami Faiza mengangguk puas, lalu melangkah mundur, memberi ruang bagi tamu lain.

Tak lama kemudian, seorang pria berpostur tinggi dengan rambut beruban mendekat. Papi Edward, ayah Mikha, membawa aura yang tegas namun hangat. Ia menghampiri Calvin terlebih dahulu, merentangkan tangan untuk memeluk menantunya itu.

“Sampai kapan pun kamu akan tetap jadi anakku,” ujar Papi Edward dengan suara bergetar, pelukan hangatnya terasa penuh kasih sayang.

Calvin balas memeluknya, merasakan berat tanggung jawab yang kini ada di pundaknya. Setelah melepas pelukan, Papi Edward menepuk bahu Calvin dengan penuh arti.

“Bahagiakan adik kamu.”

“Pasti, Pi. Terima kasih atas kepercayaannya,” jawab Calvin dengan nada yang tulus.

Papi Edward mengangguk, lalu melirik Mikha yang berdiri di samping Calvin. “Mikha, ingat, rumah kita selalu terbuka untukmu. Apa pun yang terjadi, Papi selalu ada untuk kamu.”

Mikha mengangguk kecil, matanya mulai berkaca-kaca lagi. “Iya, Pi. Makasih.”

 

Setelah menerima ucapan selamat dari kerabat lainnya, Mikha dan Calvin akhirnya duduk di pelaminan, beristirahat sejenak. Mikha menggenggam jemarinya sendiri, merasa canggung berada di samping Calvin yang masih menjadi sosok baru dalam hidupnya.

“Kamu capek?” tanya Calvin pelan, suaranya nyaris tenggelam dalam riuh tamu di ruangan.

Mikha menoleh, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. “Iya, sedikit. Tapi nggak apa-apa.”

“Kamu mau minum? Aku bisa ambilkan kalau kamu mau.”

Mikha menggeleng. “Nggak usah. Aku baik-baik saja.”

Suasana hening sesaat. Mikha menyadari Calvin sedang mencoba membuatnya nyaman, meski pria itu sendiri terlihat canggung.

“Terima kasih,” ucap Mikha tiba-tiba.

Calvin menoleh, alisnya terangkat. “Untuk apa?”

“Untuk... semuanya. Untuk mau menikah denganku, meskipun ini tidak mudah.”

Calvin terdiam sesaat, lalu tersenyum kecil. “Ini tidak hanya tentang aku. Kita sama-sama belajar, Mikha. Kita jalani semuanya bersama.”

Mikha mengangguk, merasa sedikit lebih lega. Ucapan Calvin meski singkat, memberi rasa nyaman yang ia butuhkan di hari besar ini.

Hari itu, di tengah kemeriahan dan doa dari keluarga serta kerabat, Mikha dan Calvin memulai langkah pertama mereka dalam perjalanan yang penuh tantangan. Mereka tahu, perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi dengan komitmen dan usaha, mereka percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Dan saat mereka sedang duduk bersantai di pelaminan. Mikha yang terlihat mulai kelelahan, bersandar sedikit pada kursinya, sementara Calvin sesekali melirik ke arah istrinya dengan senyum tipis.

Namun, ketenangan itu mendadak buyar ketika suara tegas memanggil nama Calvin.

“Calvin!”

Keduanya sontak mendongak, mencari sumber suara. Seorang laki-laki paruh baya berjalan mendekat dengan langkah berat. Wajahnya penuh emosi, campuran antara kesal dan kecewa.

Calvin segera bangkit dari tempat duduknya, tatapannya berubah dingin begitu mengenali pria itu. “Untuk apa Anda kemari?” tanya Calvin dengan nada dingin.

Laki-laki itu adalah Samto, ayah kandung Calvin. Namun, hubungan mereka lebih rumit daripada sekadar darah yang mengalir di pembuluh mereka. Sejak kecil, Calvin tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah dari Samto. Setelah ibunya meninggal dunia, Samto bahkan tidak pernah mengakui keberadaannya, apalagi mau merawatnya. Karena itulah, Calvin tumbuh besar di bawah asuhan Papi Edward dan Mami Faiza, yang sudah menganggapnya seperti anak sendiri.

“Kenapa kamu senekat ini, Calvin?” tanya Samto lirih, tapi ada nada menuntut di balik suaranya.

“Nekat?” Calvin tertawa kecil, sarkastik. “Kenapa? Bukankah ini lebih baik? Saya menjalani hidup saya tanpa campur tangan Anda, bukankah itu yang Anda inginkan sejak dulu?”

Samto terdiam, menelan kata-kata yang ingin ia ucapkan. Namun, tatapannya penuh ketidaksenangan. “Ini bukan tentang itu. Kamu tahu apa yang saya maksud. Kamu menikah dengan Mikha. Itu—”

“Itu apa? Salah?” potong Calvin dengan nada lebih tegas. “Anda bahkan tidak berhak mengomentari pilihan hidup saya.”

Mikha yang duduk di pelaminan hanya bisa diam. Ia merasa canggung berada di tengah ketegangan ini. Tidak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa hari pernikahannya akan diwarnai oleh konflik seperti ini.

Samto menghela napas berat, mencoba meredakan emosinya. “Calvin, dengarkan Papa. Papa tidak pernah setuju dengan pernikahan ini. Kamu seharusnya menikah dengan Shera, bukan Mikha. Itu jauh lebih masuk akal.”

Calvin mengepalkan tangannya. Ia tahu argumen ini akan muncul. Samto memang sejak lama ingin menjodohkannya dengan Shera, keponakan angkat Samto. Namun, Calvin dengan tegas menolak. Ia tidak mencintai Shera, dan hatinya sudah lama terpaut pada Mikha, adik angkat yang telah menjadi bagian penting dalam hidupnya.

“Masuk akal?” Calvin mendengus. “Menurut siapa? Menurut Anda? Saya tidak pernah peduli dengan rencana Anda. Hidup saya bukan untuk memenuhi ambisi Anda. Saya memilih Mikha karena saya mencintainya, dan saya yakin kami bisa bahagia bersama.”

Deg!

Bukan hanya Mikha yang terkejut mendengar pernyataan itu, melainkan Calvin sendiri juga sedikit terkejut. tapi tidak lama ia bisa menguasai dirinya lagi dan kembali menatap sang ayah kala laki laki itu meremehkan nya.

“Cinta?” Samto menyeringai sinis. “Kamu masih muda, Calvin. Kamu tidak tahu apa-apa tentang cinta atau tanggung jawab. Pernikahan ini hanya akan membawa masalah.”

“Masalah?” Calvin menatap tajam ke arah Samto. “Masalah terbesar dalam hidup saya adalah Anda. Anda tidak pernah ada untuk saya, jadi apa yang membuat Anda berpikir bahwa opini Anda berarti apa-apa bagi saya?”

Samto terdiam, wajahnya memucat mendengar ucapan itu. Mikha menggenggam tangan Calvin dengan lembut, mencoba menenangkan suaminya.

“Kakak, cukup,” bisik Mikha pelan, meski suaranya sedikit gemetar.

Calvin menghela napas panjang, mencoba meredakan emosinya. “Anda sudah menyia-nyiakan kesempatan untuk menjadi bagian dari hidup saya, Pak. Jangan harap Anda bisa datang dan mendikte hidup saya sekarang.”

Samto tampak ingin mengatakan sesuatu, namun ia menahan diri. Tanpa sepatah kata lagi, ia berbalik dan pergi, meninggalkan suasana yang masih tegang.

Calvin duduk kembali di samping Mikha, wajahnya masih diliputi emosi. Namun, ketika ia merasakan genggaman tangan Mikha yang hangat, kemarahan itu perlahan mereda.

...~To be continue.......

1
Sri Hendrayani
double up thor
HR_junior
ngakak polll Mikha liat km jelasin...
papi bisa JD perkedel..
Calvin kyke kambing ilang..
Mikha np km mlh crita ma ortu km coba
HR_junior
hadeh cal..papi mami km bingung karna anak prawanya ilang Lo...gak taunya si Mikha LG tidur cantik SM km
Eindah marlina
calvin tolong tengokin lidahnya mikha abis kpleset,keseleo gak tuh kira kira🤣🤣

aya aya wae ari si mikha😂😂
Bu Yudi Wahono
lanjut tungguin mom makin seru
Rahmi Miraie
mikha pintar bgt bikin mulut papanya yg tadi lg ngkmong langshng diam waktu mikha mengingatkan kelakuan papinya dulu
Novii Sussann
ya ampun mom,,, sampe lupa ini mikha anaknya siapa???? 😁😁
Rokhyati Mamih
ya begitu lah lebih baik jujur
Fadilah
Mikha ini yaaa mulutnyaa 😂
amilia amel
ada yang typo mom....
bukan adik ipar tapi adik yang jadi istrinya ☺️☺️
Ayu Ning Ora Caantiikk
mikha kmu mkin dewasa ya
Eva Karmita
❤️
enur .⚘🍀
papi Edward datang ke kamar Calvin,, kirain mau introgasi dan menanyakan apakah udah un boxing Mikha 🤭🤣🙈 tapi ternyata bukan 😂😁
Eka ELissa
ko adik ipar Mak....bini kcil nya kan ../Facepalm//Joyful//Facepalm/
Eka ELissa
dasar mika mulutnya lemez bgt.../Facepalm//Joyful//Facepalm/jdi bingung dong papi knpa kmu yg slh jdi dia yg di adili /Facepalm//Joyful//Facepalm//Joyful//Facepalm/
Eka ELissa
panik itu krna bini mu kbor ke kmu GK pamit Vin....bukn ada sesuatu yg lain.....tau....bilng mika lok mo prgi ksih kabar gtu...kn bikin orang rumh kelimpungan coba pdhl yg di pnikin enak enak tnpa dosa bobo cantik /Facepalm//Joyful//Facepalm/
sryharty
kamu belum dewasa mik,,
masih anak2 tapi kamu juga bisa bikin anak,,eeeh
Nar Sih
cerita momy selalu bagus 👍👍
Nar Sih
lanjutt momy ,dobel up asyikk nih
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!