Langit yang sangat mencintai Monica merasa tidak bisa melupakannya begitu saja saat Monica dinyatakan meninggal dunia dikarenakan kecelakaan yang tiba-tiba. Diluar dugaan, arwah Monica yang masih penasaran dan tidak menerima takdirnya, ingin bertemu dengan Langit. Dilain tempat, terdapat Harra yang terbaring koma dikarenakan penyakit dalam yang dideritanya, hingga Monica yang terus meratapi nasibnya memohon kepada Tuhan untuk diberi satu kali kesempatan. Tuhan mengizinkannya dan memberinya waktu 100 hari untuk menyelesaikan tujuannya dan harus berada di badan seorang gadis yang benar-benar tidak dikenal oleh orang-orang dalam hidupnya. Hingga dia menemukan raga Harra. Apakah Monica berhasil menjalankan misinya? apakah Langit dapat mengenali Monica dalam tubuh Harra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S.Prayogie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23 : SOSOK DALAM BAYANGAN
..."Bayangan didepanku adalah sebuah goresan cerita yang dapat aku lihat setiap harinya hingga aku membenci sosok yang ada di pantulan cermin. Menyunggingkan senyuman di ujung bibir dengan hati yang sudah remuk tak bersisa"...
...----------------...
Harra terduduk diam sambil memandang kaca meja rias didepannya. Tatapannya tampak dingin. Badannya membeku dengan tangan yang masih memegang sisir berukiran. Cukup lama dia dalam posisi itu hingga tiba-tiba dia melempar sisir itu kearah kaca dan membuat pecahannya berceceran di meja riasnya.
Kegaduhan itu tentu saja membuat terkejut penghuni rumah. Bu Thea datang dan membuka dengan cepat pintu kamar anaknya itu bersama dengan beberapa penjaga dan ART disana. Mata Bu Thea melihat meja rias Harra yang tampak berantakan dengan banyak pecahan kaca diatasnya, Bu Thea segera masuk dan memastikan kondisi Harra yang masih duduk terdiam sambil tetap menatap sisa pecahan kaca yang masih tertempel di bingkai cerminnya.
"Kamu nggak apa-apa Harra? Baik-baik saja?" tanya Bu Thea sambil melihat badan Harra dengan seksama.
Harra tetap terdiam, tanpa menjawab Mommy nya dia berdiri dan keluar dari kamar melewati beberapa pecahan kaca dengan wajah datar dan masih mengenakan jubah tidurnya.
Bu Thea terdiam melihat anaknya itu dan meminta ART untuk segera membersihkan serpihan pecahan kaca yang berserakan. Sementara Penjaganya segera berlari menyusul Harra.
"Aku mau tahu semuanya tentang Langit, semuanya-- SEKARANG JUGA!!" kata Harra dengan nada tinggi kepada penjaganya saat berhenti dianak tangga rumahnya.
Penjaganya langsung membungkukkan badan dan pergi memenuhi tugas dari Harra.
Tak lama kemudian Harra melakukan panggilan telepon kepada seseorang.
"Hari ini 2 jam lagi, kita bertemu ditempat biasa" kata Harra dengan singkat kepada seseorang diseberang sana lalu menutup panggilannya.
Tangannya tampak mencengkeram erat ponsel yang dibawanya. Badan Harra tiba-tiba terduduk lemas sambil berpegangan pada selasar tangga. Kepalanya tertunduk membuat wajahnya tertutupi sepenuhnya oleh rambutnya yang bergelombang. Dada Harra terasa sakit dan sesak. Disela rambutnya terlihat tetesan air mata yang perlahan jatuh di pipinya.
...----------------...
"JAWAB AKU AFRA!!" Monica berteriak kepada Afra yang tampak duduk bersandar di dahan pohon sambil memejamkan mata.
Afra hanya terdiam tanpa menjawab Monica yang sedari tadi berjalan kesana kemari dengan mengoceh dan memasang wajah yang panik namun penuh dengan tanda tanya. Monica yang melihat Afra tidak menjawab setiap pertanyaannya membuat dirinya kesal.
Monica memilih duduk dengan memeluk kedua lututnya di pinggir danau. Dia menghembuskan nafas berat dengan bola mata yang terus bergerak mengingat semua kejadian semalam yang membuatnya kebingungan sekaligus ketakutan.
Afra melirik sekilas Monica yang tampak bingung dibawah sana. Ingin rasanya dia tetap ditempatnya namun Afra mendengus kesal karena tidak tega dengan Monica yang tidak memiliki tempat untuk bertanya hal ini selain kepadanya dan akhirnya memutuskan untuk turun.
"Komunikasi kamu sama Harra sudah mulai terbuka, dia akan menyadari keberadaanmu sebentar lagi" kata Afra sambil berdiri dan menatap Monica.
Monica menengadahkan kepalanya dan melihat Afra dengan tatapan bingung.
"Ada beberapa kondisi yang bisa dibilang "sedikit bantuan" yang membuatmu bisa lebih mudah menyelesaikan ini, tentu saja semuanya atas kuasaNya" kata Afra sambil menunjuk keatas.
"Maksudnya?" tanya Monica masih tidak bisa memahami kata-kata Afra.
Afra mendengus dan duduk disamping Monica.
"Dengerin baik-baik--" kata Afra berusaha memberikan penjelasan dengan lebih tenang.
"Oke--" Monica menghadap Afra dan memusatkan perhatiannya dengan seksama menatap Afra.
"Kematianmu memang takdir yang sudah digoreskan, namun untuk kematian tiba-tiba tentu ada beberapa hal yang belum terselesaikan didunia. Banyak roh yang memilih mengabaikan hal itu dan membiarkan semua orang didunia untuk menyelesaikannya namun ada juga yang meminta untuk menyelesaikan hal itu untuk jiwa mereka agar lebih tenang--" Afra menjelaskan dengan perlahan.
Monica tampak serius menatap Afra dan memperhatikan setiap kalimat yang dikeluarkan dari mulut Afra.
"--Beberapa roh yang meminta menyelesaikan urusannya tidak mendapat izin, akhirnya mereka memutuskan kabur dan menjadi roh gentayangan. Untuk yang diberikan izin seperti kamu, selalu akan ada waktu. Dan didalamnya akan ada sedikit bantuan, seperti adanya aku atau beberapa bantuan lain yang mungkin kamu butuhkan. Karena roh-roh yang diberi izin mendapat penilaian baik sehingga Dia tidak ingin roh itu akan menjadi roh yang sia-sia. Dan ini mungkin menjadi salah satu bantuan yang kamu dapatkan" kata Afra menjelaskan panjang lebar. Setelahnya dia menatap wajah Monica untuk memastikan bahwa gadis yang ada didepannya itu mengerti dengan apa yang dikatakannya.
Monica tampak terdiam dan melihat kearah bawah, otaknya berproses memikirkan semua hal yang dikatakan oleh Afra.
"Lalu aku harus bagaimana saat pintu komunikasi itu terbuka, aku harus mengatakan apa?" tanya Monica.
"Yang pasti, kamu jangan menyebutkan siapa dirimu. Hal itu akan membuat rohmu akan langsung menghilang, kamu hanya harus mengatakan beberapa hal secara tersirat bukan secara jelas" jawab Afra.
"Kalau dia tahu dengan sendirinya siapa aku?" tanya Monica kembali.
"Biarlah, kan bukan kamu yang mengatakan. Namun, jika dia memastikan ke kamu, kamu nggak boleh menjawab iya atau tidaknya. Intinya, kamu tidak boleh membuat dia tahu identitas kamu walaupun dia akhirnya bisa melihat keberadaan sosokmu, apapun yang kamu katakan boleh memberikan sebuah peringatan atau clue secara tersirat tapi satu hal yang harus kamu ingat--" kata Afra sambil mengacungkan jari telunjuknya didepan wajah Monica.
"Apa itu?"
"Jangan merubah takdir yang memang sudah digariskan-- Dengan kata lain, seandainya kamu tahu ada bahaya yang menimpa Harra atau Langit, kamu tidak boleh memberitahukan kepada mereka" kata Afra dengan wajah serius dan menatap tajam Monica.
"Jika aku melakukannya?" tanya Monica tak kalah serius.
"Jangan pakai jika, kamu berencana melakukannya pasti. Dasar cewek bandel" kata Afra menatap Monica kesal.
"Kan aku tanya konsekuensinya" Monica menjawab dengan kesal.
"Hmmm-- Waktumu habis saat itu juga, jiwamu hilang dan urusanmu tidak bisa diselesaikan. Rohmu-- aku nggak ngerti akan dibawa kemana atau bahkan menjadi roh gentayangan jika kamu tidak diterima di akhirat" kata Afra sambil mengangkat bahunya.
Monica terdiam dan mengingat semua yang dikatakan oleh Afra. Dia melihat angka yang ada di lengannya. 66 Days. Sisa waktu yang semakin berkurang membuat dirinya sendiri tidak yakin ini semua bisa diselesaikannya dan tidak pernah terpikirkan dalam pikiran Monica sebelumnya, jika Harra memiliki kondisi hidup yang tidak baik-baik saja.
Monica terdiam menatap danau dengan memegang lengannya.