Novel ini lanjutan dari Antara Takdir dan Harga Diri. Bagi pembaca baru, silahkan mulai dari judul diatas agar tau runtun cerita nya.
kehilangan orang yang paling berharga di dalam hidup nya, membuat Dunia Ridho seakan runtuh seketika. Kesedihan yang mendalam, membuat nya nyaris depresi berat hingga memporak porandakan semua nya.
Dalam kesedihan nya, keluarga besar Nur Alam sedang bertikai memperebutkan harta warisan, sepeninggal Atu Nur Alam wafat.
Mampu kah Ridho bangkit dari keterpurukan nya?.
silahkan simak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berusaha bangkit Kembali.
Seminggu sudah Ridho pindah ke ibukota, namun di rumah Rita, kenangan bersama Anastasya masih saja membayang di mata nya, karena di rumah ini, dia pernah tinggal bersama Anastasya.
Begitupun dengan Dirumah nya sendiri yang dia bangun bersama Anastasya di jalan Teratai, sedikitpun dia tidak pernah menjenguk nya, kenangan bersama Anastasya benar benar teramat manis untuk di lupakan, dan teramat pilu untuk di kenang.
Ridho mengambil keputusan, mengontrak sebuah rumah kecil di sebuah gang yang agak jauh dari rumah Rita.
"Tur!, bukan aku menolak semua kebaikan kalian, tetapi kau tahu, jika kenangan bersama Tasya, teramat indah untuk ku lupakan, dan teramat sakit untuk ku kenang, biarlah aku mencoba dari awal seperti dahulu saat pertama kali aku ke ibukota, kau paham kan apa maksud ku!" ucap Ridho teguh.
"Tentu saja aku mengerti Do, rumah Rita, kan rumah mu juga, ini milik ibu kalian, dan hak mu lebih besar dari Rita di rumah ini" ucap Guntur.
"Aku tahu Tur, bukan masalah rumah, kalau masalah rumah, di jalan Teratai pun aku masih punya, tetapi menata hidup jauh dari bayang bayang Tasya itu yang aku belum mampu, kau sahabat ku, saudara ku, bantu aku bangkit dan lepas dari bayang bayang yang selalu mengungkung hidup ku ini, aku ingin menata nya dari awal lagi, aku tidak ingin Tasya menangis melihat kesedihan ku yang berlarut larut!" ucap Ridho saat mengatakan ingin mencari kontrakan di sekitar tempat itu.
Karena rumah Rita berada di kompleks perumahan elite, akhirnya dia dapat rumah kontrakan di dalam sebuah gang sempit agak jauh dari rumah Rita dan Guntur.
Akhirnya disinilah sekarang Ridho berada, di sebuah rumah kontrakan kecil seukuran empat kali enam meter di gang sempit dan tidur satu kamar dengan ketiga buah hati nya.
Firdaus sudah bisa meneruskan sekolah nya di sebuah pesantren, berkat bantuan dari Kiai Rahmat, sedangkan di kembar, bersekolah di es em pe yang tidak jauh dari rumah Rita.
Untuk menghapus semua kenangan dengan Anastasya, bahkan ke bengkel dua sekawan pun Ridho masih tidak berani, karena disana banyak kenangan manis nya bersama Anastasya.
Untuk mengisi kesibukan nya, Ridho bekerja di bengkel Jaya motor yang berada tidak jauh dari kontrakan nya.
Meskipun secara finansial Ridho tidaklah kekurangan, tetapi dia memang harus bisa menata ulang hidup nya yang hancur lebur pasca ditinggal Anastasya.
Tidak ada seorang pun yang tahu, jika Ridho orang yang berkecukupan, kecuali Rita dan Guntur, tetapi kedua nya tidak ingin mencampuri urusan Ridho yang menata ulang kehidupan nya itu.
Rita masih rutin menjenguk ketiga keponakan nya itu, serta memantau keadaan Ridho dari jauh.
Seulas senyum terbit di wajah Rita melihat sang kakak yang mulai bangkit dari keterpurukan nya.
Setelah jauh dari semua kenangan nya, perlahan halusinasi nya mulai hilang, karena semua yang dilihat nya suasana baru.
Ditatap nya ketiga buah hati nya itu dengan wajah haru, "kalian tidak malu kita hidup miskin lagi sayang?" tanya nya.
Hafizah memeluk tubuh nya erat sekali, mencium pipi nya beberapa kali, "bagi kami, papah lebih utama, kini kami cuma punya papah, dimanapun kami hidup, meski harus tinggal di gubuk, asal melihat papah yang dulu, papah yang selalu ceria, kami bahagia pah" sahut Hafizah terisak isak memeluk papah nya dengan erat.
"Iya pah!, kami tidak masalah harus tinggal di gubuk, asal bersama papah, kami masih perlu kasih sayang papah, bimbingan papah, melihat senyum papah saja kami sudah sangat bahagia" ujar Firdaus memeluk tubuh papah nya dari sebelah kanan, sedangkan Syafiq, memeluk erat tubuh papah nya dari sebelah kiri.
Ridho mencium dahi ketiga buah hati nya itu, "kalian permata permata papah dan mamah, jangan lupa kirimi mamah doa terbaik setiap selesai sholat ya sayang" ....
"Kami selalu mengirimi mamah doa pah, berdoa untuk papah juga" sahut Hafizah.
"Kapan mulai turun sekolah?" tanya Ridho.
"Lusa pah!" jawab Hafizah.
"Kau?" tanya Ridho lagi sambil menatap putra sulung nya itu.
"Senin depan pah, tapi tidak mondok" sahut nya.
"Kenapa tidak mondok?" ....
"Enggak ah pah, kasihan papah enggak ada yang jaga" sahut nya polos.
"Emang papah anak kecil sampai perlu dijaga segala?" goda Ridho.
"Enggak sih pah, tapi kan kami cuma punya papah seorang, kalau sampai papah ikut mamah, siapa yang menyayangi kami nanti, kami akan hidup bertiga saja, enggak ah pah" sahut putra sulung nya itu dengan lugu.
Mata Ridho berkaca kaca mendengar ucapan anak anak nya itu. Dirangkul nya tubuh ketiga buah hati nya itu, "terimakasih ya sayang, kini hanya tinggal kita berempat saja, mamah sudah tenang di sisi Allah" sahut Ridho dengan mata berkaca kaca.
"Pah!, benarkan kata teman Syafiq dulu waktu di desa, mamah terkena pulih angin?" tanya Syafiq sambil menatap wajah sang papah.
Pulih angin, (bahasa daerah) racun yang dikirim lewat angin atau semacam teluh bahasa Indonesia nya.
Meskipun dia juga curiga kearah itu, tetapi dia tidak ingin menyeret putra putri nya ke pusaran dendam tak berkesudahan.
Dia menarik nafas nya dalam dalam, lalu menghempaskan nya keluar, ingin mengeluarkan segenap nestapa nya.
Hafizah mencubit tangan sang adik, hingga si bontot itu menjerit, karena pertanyaan adik nya itu, seolah olah membongkar kepedihan hati papah nya.
"Tidak apa Fizah!, dengar lah oleh kalian semua nya, tidak ada yang terjadi di muka bumi ini tanpa izin dari Allah, baik itu pulih angin, sihir, atau teluh, semua seizin Allah, tidak akan bergerak sebutir biji zarah (biji sawi) tanpa seizin Allah, segala gala nya atas kehendak Allah juga" jawab Ridho.
"Apakah Allah kejam pada kita pah?" tanya Syafiq dengan keluguan nya.
"Tidak!, tidak nak, justru karena Allah sayang sama mamah, dia tidak ingin mamah banyak dosa, dia sayang sama kita, ingin mendengar kita berkeluh kesah kepada nya, bermohon dan menangis menghiba di hadapan nya nak, Allah rindu mendengar suara kita memohon kepada nya, meminta belas kasihan nya" jawab Ridho menatap langit, berusaha menyembunyikan kepedihan hati nya.
"Sayang!, beri aku kekuatan untuk mendampingi putra putri kita, hingga kelak aku menyusul mu, lihat suami mu ini sekarang sayang, meskipun dengan sisa sisa kehancuran ku ini, bantu aku menata hati dan sisa hidup ku ini sayang, dengan jatuh bangun, tanpa diri mu aku benar benar hancur lebur" ucap batin Ridho sembari mengusap dua bulir air mata yang mengalir di pipi nya.
Tidak mudah!, sangat tidak mudah melupakan kekasih yang sudah lima belas tahun hidup bersama sama dalam bahtera rumah tangga, Seiya sekata. Tetapi dia memang harus bangkit, putra putri nya membutuhkan pendampingan serta kasih sayang dari nya, yang sekarang harus berperan rangkap, sebagai ayah, plus ibu bagi anak anak nya.
Selagi anak anak nya sekolah, Ridho berjalan jalan kearah taman terbengkalai di tepi kali, tempat dahulu pernah dia datangi bersama Anastasya.
Duduk di bangku taman yang sudah usang ini, serasa kembali kemasa masa silam lagi.
Kenangan indah, namun terasa sangat pahit dan getir di dalam hidup nya, membuat senyum dan air mata nya terbit bersama sama.
Hampir setiap istirahat siang, dia menyempatkan diri nya untuk beristirahat di taman terbengkalai itu. Seperti juga hari ini.
"Dia tampan!" tiba tiba terdengar suara seorang wanita.
"Ya!, sayang nya sudah gila!" sahut suara wanita lain nya.
Ridho mengangkat kepala nya,mencari asal suara itu.
Tidak jauh dari tempat nya duduk, tepat nya di sebuah bangku taman yang sudah usang, yang berada di bawah sebatang pohon Ketapang, nampak dua orang dara cantik sedang duduk sambil memperhatikan diri nya.
Yang seorang, dara cantik berwajah klasik Indonesia, dan yang seorang lagi seperti artis artis Korea, berkulit putih bersih, agak tinggi semampai.
"Masa sih dia gila?" tanya dara cantik berwajah klasik itu sembari memperhatikan Ridho kembali.
"Kalau tidak gila, lalu apa nama nya, tersenyum namun air mata berjatuhan?" tanya dara cantik berwajah Korea itu.
"Mungkin mabuk!" jawab teman nya asal.
"Mabuk?, mabuk apa?, kecubung?" tanya dara berwajah Korea itu lagi.
"He he he he, bisa jadi juga" sahut dara berwajah klasik tadi sembari cengengesan.
Ridho tidak ada niat untuk berdebat dengan kedua dara cantik itu.
Dia bangkit berdiri, ngeloyor meninggalkan kedua dara cantik itu tanpa sepatah kata pun juga.
"Aneh!" gumam dara berwajah Korea itu.
Sahabat nya menatap kearah dara berwajah Korea itu cukup lama, "apa nya yang aneh Chi?" tanya dara berwajah klasik itu.
"Mata pemuda itu Deniar!, tidak kah kau melihat ada awan mendung yang begitu kelam di mata pemuda itu?" tanya dara berwajah Korea yang bernama Yanchi Juan itu.
Dara cantik bernama Yuanchi Juan ini memang tidak berdarah asli Korea, karena ada campuran darah Indo nya. Karena nenek dari pihak papah nya adalah orang Indo asli, yang bersuami kan seorang pengusaha sukses yang kaya raya dari negeri ginseng itu yang bernama Andi Juan
Lalu ayah nya Anthonius Juan, beristri seorang wanita entertainment dari Negeri Korea, yang bernama Anita Kim.
Dara bernama Daniar itu menatap wajah sahabat nya ini cukup lama.
Wanita jelita bergelar Snow princess ini nampak begitu serius memperhatikan pemuda stres tadi.
Wanita jelita bernama lengkap Yuanchi Juan ini sudah berusia dua puluh delapan tahun, namun jangankan memiliki suami, pacaran saja tidak punya.
Hidup nya dihabiskan dengan berkarier sebagai seorang CEO di perusahaan kakek nya sendiri.
Bukannya tidak ada pemuda tampan dan putra Sultan yang melirik nya, bahkan sangat banyak para pemuda yang berusaha mencuri hati nya, namun Snow princess ini benar benar begitu dingin nya.
Bahkan kedua orang tua nya sudah putus asa untuk menyuruh wanita berhati dingin itu untuk menikah, tetapi hati nya memang seperti sudah tertutup rapat sekali.
Akhirnya, seluruh keluarga hanya memilih diam saja melihat sikap sang putri.
...****************...