Kisah seorang pria yang terikat hutang dengan sistem karena di tolong oleh sistem ketika dia di khianati, di fitnah dan di bohongi sampai di bunuh di penjara untuk membalas dendam, sekarang dia berjuang untuk melunasi nya dengan membuat aplikasi yang melayani jasa balas dendam bagi pengguna nya, baik yang masih hidup atau sudah meninggal, bisakah dia melunasi hutang nya ? atau hutang nya semakin membengkak karena banyaknya "partner" di samping nya ?
*Mengandung kekerasan dan konten yang mengganggu, harap bijak dalam membaca dan maaf bocah tolong minggir.*
Genre : Fantasi, fiksi, drama, misteri, tragedy, supranatural, komedi, harem, horor.
Kalau berkenan mohon di baca dan tolong tinggalkan jejak ya, like dan comment, terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Setelah itu, Bianca menelpon polisi untuk melaporkan jasad ayahnya yang bunuh diri di dalam kamar, Febi menemani Bianca karena Bianca akan tinggal bersama Febi di rumah nya setelah di diskusikan, Febi dari dulu sendirian jadi dia butuh teman sedangkan Bianca sudah tidak punya tempat, keduanya saling mengisi satu sama lain sehingga langsung setuju.
Rei dan Irene pulang terlebih dahulu karena hari sudah mulai malam. Setelah mengantar Irene pulang ke rumahnya dan menempuh perjalanan menuju rumah nya, Rei yang sudah sampai membuka pintu rumah nya.
“Aku pulang,” ujar Rei.
Dia melihat ada sepatu pantofel pria di lantai, dia melepas sepatu dan berjalan masuk, ternyata di dalam Laila sedang berbicara dengan seorang pria paruh baya di dalam ruang tengah, Angel mengintip di balik dinding, Rei langsung memegang punggung Angel,
“Hayo ngapain,” ujar Rei.
“Ugh,” Angel berbalik dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar dia tidak berteriak.
“Duk,” kaki Angel menendang kaki Rei, kemudian keduanya bersama sama mengintp Laila yang terlihat senang sekali berbicara dengan pria itu.
“Siapa Ngel ?” tanya Rei berbisik.
“Om Bagas, kata mama sih temen mama dulu, tapi ga tau juga deh,” ujar Angel berbisik.
“Gitu, mama keliatannya seneng tuh, pacaran kah ?” tanya Rei.
“Ngaco, ga mungkin,” jawab Angel.
“Iya juga sih, ga mungkin,” balas Rei.
Karena tidak enak menguping dan mengintip terus, keduanya memutuskan naik ke atas, Angel ikut masuk ke dalam kamar Rei.
“Kok kamu kesini ?” tanya Rei.
“Ga apa apa kan, bosen di kamar,” jawab Angel.
“Oh kirain apa,” balas Rei.
“Kakak dari rumah kak Irene ya ?” tanya Angel.
“Iya tadi mampir bentar,” jawab Rei.
“Ga bentar juga sih kak kalau dari pulang sekolah mah,” balas Angel.
“Lah kan aku kerja, gimana sih,” balas Rei.
“Oh iya, lupa hehe...uuh kak Irene kenapa pake pindah sekolah segala sih, kalau di tanya alasannya karena mau bareng ama kakak,” ujar Angel.
“Kamu sendiri kenapa ngotot sama mama mau sekolah di sekolah ku, udah tau sekolah ku isinya anak bandel semua,” balas Rei.
“Biarin, ada kakak ini, lagian banyak juga kok temen ku yang pindah ke sana,” ujar Angel.
“Emang sih kalau pelajaran di sekolah ku bagus, tapi murid murid nya itu loh, terkenal badung dan gangster,” ujar Rei.
“Tenang aja kak, aku bisa jaga diri, lagian ada kak Irene juga,” balas Angel.
“Iya sih, tapi kita bareng cuman setahun loh,” ujar Rei.
“Iya, makanya nanti kalau kakak udah lulus, aku pindah lagi hahaha,” balas Angel.
“Yeee emang boleh pindah pindah gitu, mending sih kamu tetep di sekolah yang lama aja,” ujar Rei.
“Ogah ah bosen, lagian di sekolah kakak gratis kan, ga ngebebanin mama juga,” ujar Angel.
“Iya gratis, makanya banyak preman dan anak nakal,” balas Rei.
“Ga ada hubungannya lah kak,” ujar Angel.
“Ya udah, aku mau mandi dulu,” ujar Rei berdiri.
“Ok aku ke kamar dulu,” balas Angel yang juga ikut berdiri.
Setelah di dalam kamar mandi dan selesai membilas tubuh, Rei berendam di dalam bak mandinya, dia membuka kembali statusnya dan merenungi jumlah hutangnya. “Dling,” smartphone nya berbunyi, dia membuka pesannya dan uang hasil penjualan organ nya sudah masuk. Jari jarinya mulai menari untuk mentrasfer sebagian uangnya kepada Laila, setelah itu dia menaruh smartphone nya dan menatap ke langit langit.
“Halo halo tes,” ujar Bianca di kepala Rei.
“Iya, ada apa ?” tanya Rei.
“Eh beneran bisa ya,” jawab Bianca.
“Kan udah di bilang kak,” balas Irene.
“Hehe asik ya, ga perlu smartphone, Rei besok bisa temani aku beli smartphone ?” tanya Febi.
“Iya bisa, pulang sekolah aja ya,” ujar Rei.
“Asik asik, kak Bianca mau ikut ?” tanya Febi.
“Um...aku mau coba ke kampus dulu besok, mudah mudahan sih ga ada yang mengenali aku,” ujar Bianca.
“Tenang aja, ga bakal ada yang kenal lagi, bedanya cukup jauh kok,” balas Irene.
“Padahal asik ya rame rame,” ujar Febi.
“Ngomong ngomong kalian udah pulang Feb, Bi ?” tanya Rei.
“Udah beres, setelah di otopsi, aku berniat memakamkan papa di sebelah mama,” jawab Bianca.
“Baru aja kita pulang, bener kan kak Bianca ?” tanya Febi.
“Iya bener, udah beli makanan sih, di beliin Febi,” ujar Bianca.
“Oh iya, coba sebut nomor rekening masing masing, pembagian jatah,” ujar Rei.
“Jatah apa ?” tanya Bianca.
“Jual organ si Dito tadi hehehe,” jawab Rei.
“Ih...ga usah deh,” balas Bianca.
“Udah ga apa apa, sebut nomor rekening,” ujar Rei.
“Aku masih ada uang sih, waktu kerja begituan dulu,” balas Bianca.
“Ga apa apa kale, tapi badan mu ga ada masalah kan ?” tanya Rei.
“Um...balik seperti semua belum terjadi,” ujar Bianca.
“Maksud dia perawan lagi,” tambah Febi.
“Wow bagus dong,” balas Irene.
“Hehe iya sih, tapi tetep aja masih ada bekas nya di hati dan perlu waktu buat hilang total,” balas Bianca.
“Itu pelan pelan kak, aku juga gitu kok,” balas Irene.
“Kamu juga gitu ?” tanya Bianca.
“Nanti aku ceritain deh, tapi kira kira kurang lebih sama lah cerita ku sama kak Bianca,” ujar Irene.
“Eh kok Rei diem ?” tanya Febi.
“Iya ya, kok diem,” jawab Bianca.
“Hmm mencurigakan, awas aja tidur ntar, mau ke sana ?” tanya Irene.
“Eh...emang bisa ?” tanya Bianca.
“Tau, aku juga belum coba,” jawab Febi.
“Gini caranya,”
Irene menjelaskan caranya, Rei ternyata tertidur di dalam bak, namun tiba tiba “cbuur,” “waaaaaa basah,” terdengar suara teriakan tiga orang gadis di depannya.
“Huh...ah...aduh ketidu...(melihat Bianca, Febi dan Irene di dalam bak mandi) hei kenapa kalian kesini, waaaaa aku telanjang, minggir,” teriak Rei.
“Hehe sori, aku ajari mereka,” ujar Irene.
“Hehe nyoba fungsi,” tambah Febi.
“Aku sih ikut aja hehe,” tambah Bianca.
Melihat tiga gadis cantik di dalam bak mengenakan kaus yang jadinya tembus pandang karena basah, Rei mengalihkan pandangannya ke arah lain, tapi tiba tiba,
“Wow gede juga ya,” ujar Irene.
“Hehe wah masih belum posisi bangun udah gede nih,” ujar Febi.
“Aduh...hmmm...hebat nih,” balas Bianca.
Rei menoleh dan melihat ketiganya sedang mengamati bagian bawah tubuhnya yang sudah mulai naik. “Cbuur,” Rei langsung melipat kakinya dan air muncrat terkena wajah ketiganya,
“Ih jahat amat,” ujar Irene.
“Tau nih, basah kan,” balas Febi.
“Hehehe seru ya, baru kali ini aku merasa seperti ini,” balas Bianca.
“Ren, kamu jelasin ga kalau teleport itu hanya satu arah ?” tanya Rei.
“Enggak...ups lupa hehe,” jawab Irene.
“Nah kan, kusut kan, sekarang udah malem, gimana coba kalian pulang,” ujar Rei.
“Ya nginep lah,” balas ketiganya.
“Brak,” tiba tiba pintu di buka, Rei, Irene, Febi dan Bianca menoleh ke arah pintu, ternyata Laila berdiri di depan pintu dan Angel mengintip dari sampingnya,
“A..apa...apa apaan ini Rei ?” tanya Laila terkejut.
“Um gini ma...aduh gimana ya,” jawab Rei terbata.
“Waduh...kok jadi rame gini...cewe semua dan salah satu nya kak Irene, apaan sih ini,” teriak Angel.
“Salam kenal tante, saya Bianca dan (menunjuk Febi) dia Febi, kita bertiga pacar Rei,” ujar Bianca.
“A..apa,”
Laila memegang keningnya dan limbung, Rei langsung melompat menangkap Laila yang kaget sampai hampir pingsan, tapi,
“Waaaaaa kak, pakai handuk....handuk...keliatan itu,” teriak Angel sambil menutup mata namun mengintip.
Setelah itu, mereka semua menjelaskan kepada Laila dan Angel kalau Bianca dan Febi adalah kakak beradik teman sekelas Rei. Walau harus melewati serangkaian ceramah dan interogasi namun pada akhirnya semua di ijinkan menginap. Angel mengamati wajah Febi dan Bianca, kemudian menatap keduanya dari atas ke bawah lalu ke atas lagi.
“Hiks...berat amat sih saingannya, ga apa apa, aku pasti menang, aku udah dari kecil ama kakak, kalau kalah mau ga mau pakai aplikasi urban legend yang lagi viral itu, bantai semua nya, hehe bercanda,” pikir Angel. dalam hati.
mampir juga ya kak di cerita akuu