Mawar Ni Utami gadis yatim piatu yang dua kali dipecat sebagai buruh. Dia yang hidup dalam kekurangan bersama Nenek nya yang sakit sakitan membuat semakin terpuruk keadaannya.
Namun suatu hari dia mendapatkan sebuah buku kuno dan dari buku itu dia mendapat petunjuk untuk bisa mengubah nasibnya..
Bagaimana kisah Mawar Ni? yukkk guys kita ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 22.
Dito masih menoleh noleh melihat lihat di sekitarnya mencari lokasi tanaman padi istimewa tadi..
“Iya ya Yan, harusnya ada di sini, tapi kok tidak ada? Apa ada orang yang memindah bekas potongan bambu kita tadi..” gumam Dito..
“Coba kita berjalan ke depan lagi Yan..” ucap Dito lalu dia melangkah lagi.. Rian yang mulai takut ada hal yang tidak wajar berjalan di belakang Dito sambil memegang lengan Dito..
Hingga berjalan Beberapa puluh meter ke depan, mereka berdua tidak juga melihat tanaman padi yang berkilau kilau
“Dit, kita pulang saja yuk.. aku takut, tadi itu padi hantu apa padi jadi jadian kok sekarang hilang . “ gumam Rian lirih dan bulu bulu halus di seluruh tubuhnya sudah berdiri..
“Tapi tadi benar benar nyata Yan, bisa kita pegang dan kita bawa pulang.. kalau kita salah jalan tidak mungkin juga jejak bambu bambu sisa kita tadi masih ada. Kalau sudah dipanen orang lain kenapa tidak ada sisa tanaman nya ya...” ucap Dito yang kini juga mulai ada rasa takut juga, karena menyadari di dalam hutan masih banyak hal hal mistis apalagi dari cerita Mawar Ni dia bertemu dengan Kakek misterius.
“Kita pulang saja ya Yan.. kita lapor pada Mawar Ni saja..” ucap Dito selanjutnya.
“Iya Dit, kita foto saja lokasi tempat yang dapat sisa potongan bambu bambu tadi.. untuk bukti Mawar Ni.” Ucap Rian dan dia pun cepat cepat membalikkan tubuhnya.. dan melangkah dengan cepat.
Di saat sudah berdiri di tempat sisa potongan bambu Rian memotret tempat itu, yang tadi ada hamparan tanaman padi berkilau kilau dan kini hanya hamparan semak belukar..
Dua pemuda itu pun setelah selesai memotret berlari keluar dari hutan...
“Semoga Mawar Ni tidak marah dan tidak memutus hubungan kerja ya Dit.. lumayan loh kemarin kita dapat makan dan uang seratus ribu hanya kerja buat kotak kotak sarang lebah.” Ucap Rian saat sudah sampai di tempat sepeda nya terparkir.
“Iya Yan.. lumayan banget, ya sudah kita cepat ke rumah Mawar Ni saja, kita bisa membantu pekerjaan Mawar Ni lainnya.” Ucap Dito sambil membuka kunci sepada nya..
Dua pemuda itu pun cepat cepat mengayuh sepeda nya untuk menuju ke rumah Mawar Ni..
Beberapa menit kemudian mereka berdua sudah sampai di lokasi sawah milik Juragan Handoko . Pak Mandor dan para pekerja laki laki masih bekerja di sawah... mereka semua menoleh ke arah jalan melihat Dito dan Rian.
“Bukannya itu teman Mawar Ni yang tadi membawa padi yang berkilau kilau..” ucap salah satu dari mereka..
“Iya kenapa mereka sudah tidak membawa apa apa, apa sudah habis dipanen orang lain.” Ucap yang lain..
“Mungkin saja, atau mungkin mereka berdua lupa tempatnya.. hmmm susah juga kalau mencari di hutan.. tapi coba nanti kita cari kalau kita sudah selesai kerja.” Ucap Pak Mandor sawah yang juga kepo dengan padi hutan..
Waktu pun berlalu.. Dito dan Rian sudah sampai di rumah Mawar Ni, hari masih terang benderang, mata hari masih bersinar dengan teriknya waktu masih menunjukkan jam dua siang lebih..
Di halaman rumah Nenek Marmi yang tidak begitu luas itu tampak Ayu duduk jongkok di atas hamparan terpal, tangan mungilnya membalik balik padi istimewa agar cepat kering.. warna padi semakin berkilau kilau diterpa oleh sinar mata hari..
Ayu yang bertanggung jawab menjaga padi tampak kaget saat melihat Dito dan Rian masuk ke halaman. Sedangkan Nenek duduk bersandar dan terpejam matanya.
“Kok sudah pulang tidak membawa apa apa? Katanya mau memanen padi lagi ?” suara imut Ayu dengan lantang sambil mendongak menatap Dito dan Rian yang mengayuh sepeda pelan pelan di halaman.
“Sudah dipanen orang lain ya Mas?” tanya Ayu lagi masih dengan suara lantang hingga Nenek yang tertidur pun terbangun..
“Hah? Siapa yang sudah memanen?” teriak Nenek sambil membuka kedua matanya..
Mawar Ni yang masih berada di kebun belakang memasukkan sarang sarang lebah yang ada lebahnya ke dalam kotak kotak mendengar sayup sayup suara Ayu dan Nenek.. Mawar Ni pun bangkit berdiri dan melangkah ke depan dari jalan di samping rumah..
“Yan, Dit, sudah dipanen orang lain? Habis tidak tersisa?” tanya Mawar Ni dengan nada dan ekspresi wajah kecewa..
“Hilang Ni, tanaman padi tadi hilang... aku lihat hanya semak belukar saja, bekas tanaman padi yang sudah kamu potong juga tidak ada.” Ucap Rian yang sudah turun dari sepeda.
“Kok bisa? Kamu salah tempat mungkin.” Ucap Mawar Ni..
“Aku rasa tidak Ni.” Saut Dito yang juga sudah turun dari sepeda nya.
“Lihat ini Ni, kalau kamu tidak percaya.” Ucap Rian sambil menunjukkan foto di hand phone nya.. Nenek dan Ayu pun bangkit berdiri dan melangkah mendekati Rian karena mereka juga ingin melihat..
Mawar Ni pun tampak kaget saat tempat yang tadi ada hamparan padi berkilau kilau di foto Rian hanya ada hamparan semak belukar..
“Kok bisa ya tanaman padi padi tadi hilang ?” gumam Mawar Ni saat melihat foto foto di hand phone milik Rian yang memperlihatkan tempat yang tadi ada padi kini menjadi semak belukar. Dia sudah zoom foto itu Rian tidak salah tempat karena beberapa bukti menunjukkan tempat yang tadi dia kunjungi hanya hamparan padi sudah berubah menjadi hamparan semak belukar.
“Apa sudah yakin tidak salah tempat?” tanya Nenek..
“Tidak Nek, ini sisa bambu bambu untuk tongkat dan tali. Dan rumpun bambu tempat aku ambil bambu tadi juga ada nih..” ucap Mawar Ni sambil menunjukkan foto pada Nenek.
“Terus kalian tidak membawa apa apa?” tanya Mawar Ni..
“Tidak Ni, takut.” Jawab Rian..
“Ihhh cowok penakut.” Saut Ayu sambil mencibir bibirnya pada Rian.. Wajah Rian pun langsung memerah karena malu di hadapan Mawar Ni dan Nenek.. harga dirinya sebagai laki laki langsung hancur sudah...
Berita tentang padi berkilau kilau bagai emas pun telah tersebar di desa Mukti Raharjo. Juragan Handoko dan Irawan pun telah mendengar berita itu..
“Pa di hutan itu ada banyak potensi, aku akan mendatangi Pak Kades agar membuat aturan larangan warga masuk ke dalam hutan itu Pa..” Ucap Irawan saat duduk berdua sama Papanya di ruang keluarga.
Juragan Handoko mengambil cangkir yang berisi teh dicampur madu hutan yang sudah dia beli dari Mawar Ni. Sambil menyesap teh madu hutan dari bibir cangkir nya Juragan Handoko tampak berpikir pikir.
“Tidak bisa membuat aturan begitu Wan, masyarakat mendapat hak untuk memungut hasil hutan oleh Pak Bupati, itu untuk kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan, kalau menebang pohon dan mengambil kayunya itu masyarakat umum tidak boleh, sudah ada lembaga yang mengelola, begitu yang aku tahu kemarin dari pamong desa.”
“Ooo okey okey Pa, kalau begitu biar Pak Kades mengeluarkan surat izin, warga harus memakai surat izin masuk hutan dan aku akan meminta surat izin itu.” ucap Irawan sambil tersenyum Irawan sambil tersenyum licik.
nenek mu udah pengalaman hidup ini anak kemari sore di bilangin ngeyel
mawar ni cerdas begitu ada kesempatan mengorek statusnya Ardian secara tidak kentara ...
betul2 gak sesuai dengan barangnya.ternyata madu campur gula.yaitu akibat serakah..