FRIEND WITH BABY (FWB)

Hari itu Nayra dan keluarga pergi ke rumah sakit, guna menjenguk dan mengetahui keadaan ibu Philo. Sampai hari ini ibu Philo masih berada dalam masa kritis.

Philo dan ayahnya tampak benar-benar merasa terpukul, dan saat ini ayah Philo tengah berbicara dengan kedua orang tua Nayra.

Sedang Nayra sendiri mencoba menghibur Philo dan membujuknya untuk makan di kantin rumah sakit.

"Kamu makan dulu ya, Phil. Aku nggak mau sampai kamu sakit juga gara-gara mikirin mama."

Nayra berkata dengan nada lemah lembut dan terus menatap Philo yang kini terdiam lesu.

"Aku takut terjadi hal buruk sama mama, Nay. Nanti aku sama papa gimana?" tanya nya kemudian.

"Kamu nggak harus memikirkan hal yang belum terjadi, sayang. Semuanya akan baik-baik aja. Sekarang kamu makan ya, nanti malah kamu yang kenapa-kenapa."

Philo pun akhirnya menuruti keinginan Nayra.

"Tapi kamu juga makan." ujar Philo.

"Iya, aku udah pesan koq. Bentar lagi diantar kesini." jawab perempuan itu.

***

"Nay, dimana?. Tadi pagi udah berangkat duluan ya?"

Sean yang tak melihat Nayra sejak pagi dan tidak melihatnya pula siang ini pun, bertanya. Ia mengirim pesan singkat pada Nayra melalui WhatsApp.

"Aku nggak masuk, Sean. Tadi pagi nggak enak badan." jawab Nayra.

"Kamu dirumah?. Tadi pagi koq aku liat rumah sepi, kayak pada pergi semua." balas Sean.

"Iya, emang pada nggak ada di rumah. Kita pergi ke rumah sakit jenguk mamanya Philo." jawab Nayra.

"Kenapa nggak istirahat dulu aja sih dirumah?"

Sean agak kesal saat mengetik kata-kata tersebut. Sebelum kemudian ia mengirimkannya pada Nayra.

"Aku udah enakan sekitar jam 10 an tadi, terus mami sama papi ngajak kesini. Jadi ya udah aku ikut, lagian juga aku khawatir sama Philo. Kata papanya bahkan dia nggak tidur dan nggak makan dari semalam."

Nayra menjelaskan keadaan Philo. Sean yang sejak tadi sudah terbakar hatinya itu pun, hanya bisa mencoba menenangkan diri.

Ia kembali ke kesadaran jika Nayra bukanlah kekasihnya. Ia mencintai Felicia dan Nayra mencintai Philo.

Sean mengajari perasannya jika emosional apapun yang muncul diantara mereka, adalah dikarenakan bayi yang saat ini tengah tumbuh di rahim Nayra. Bukan karena adanya rasa cinta.

"Philo gimana sekarang?" tanya Sean.

"Udah lumayan baik, tapi masih terguncang." jawab Nayra.

"Kamu udah makan?" tanya Sean lagi.

"Udah, barusan. Kamu sendiri?" balas Nayra.

"Udah juga, barusan. Aku pikir kamu masuk, makanya aku chat karena nggak liat kamu di kantin." ujar Sean.

"Ya udah, salam sama Philo. Kamu hati-hati disana, kalau capek istirahat." lanjutnya lagi.

"Iya, aku ke Philo dulu ya."

"Iya." jawab Sean.

Meski masih ada saja perasaan tak nyaman seperti cemburu di hati Sean. Tetapi pemuda itu mencoba untuk mengikhlaskan keadaan saat ini.

***

Sore hari menjelang malam, ketika telah sampai dirumah, Sean dikagetkan dengan kemunculan Felicia di depan rumahnya. Ia yang saat itu pulang cepat, tak menyangka sang kekasih akan berada disana.

"Fel?. Kamu udah pulang kerja?" tanya Sean tak percaya.

Sebab biasanya Felicia pulang di jam normal seperti kantor Sean. Sean sendiri pulang cepat karena habis mengurus urusan kantornya di lapangan.

"Aku yang harusnya kaget." ujar Felicia.

"Sebenarnya aku kesini mau ketemu mama sama grandma kamu dan mau ngasih ini semua."

Sean baru menyadari jika Felicia banyak sekali membawa buah tangan. Sepertinya gadis itu hendak menyogok ibu dan dan juga neneknya.

"Kamu kenapa udah pulang jam segini?" tanya Felicia.

"Tumben." ujarnya lagi.

"Iya, tadi ada urusan kantor di luar. Sekalian aja aku pulang, males balik lagi kesana." jawab Sean.

"Eh, ada Feli."

Tiba-tiba Nina keluar dan kaget melihat Felicia. Sebelumnya wanita itu berada di lantai dua dan tengah menonton drama Korea. Jadi ketika Felicia datang, ia benar-benar tidak menyadari.

"Halo tante."

Felicia dan Nina cipika-cipiki.

"Ini aku bawain sesuatu buat tante. Ada buat grandma juga." ujar Felicia.

"Oh ya ampun, makasih banyak ya sayang."

Nina dengan gembira menerima semua itu. Tampak ada beberapa paperbag yang isinya Sean tidak tau apa.

"Grandma mana?"

Felicia menanyakan nenek Sean, Sofia. Atau ibu dari Pablo.

"Grandma tadi lagi pergi sama teman-teman komunitasnya. Nanti agak malam pulangnya." jawab Nina.

"Teman-teman komunitas?" tanya Felicia heran.

"Iya, komunitas sesama warga Spanyol." jawab Nina.

"Oh."

Felicia menjawab seraya tersenyum kecil, ia baru mengerti akan semua itu.

"Ayo kita masuk kedalam, Sean bawain barang-barang Feli."

Nina memerintah sang anak begitu saja, dan Sean yang sampai saat ini belum menegur ibunya itu pun hanya menuruti saja. Ia tengah malas berdebat.

Setibanya di dalam, Felicia lebih banyak berbasa-basi dengan ibu dari sang kekasih. Sementara Sean naik ke atas dan pergi mandi.

Tak lama setelah Sean selesai, Felicia naik ke atas dan masuk ke dalam kamarnya yang tak di kunci.

"Kamu udah mandi?" tanya Felicia seraya mendekat lalu memeluk sang kekasih.

Sean membalas pelukan tersebut, dan mengangguk.

"Iya." jawabnya kemudian.

"Kamu mau mandi juga?" tanya nya.

"Nggak, aku udah mandi koq." jawab Felicia.

"Aku tadi beli makanan buat kamu, mau aku bawain kesini?" tanya gadis itu.

"Iya, tapi nanti aja." jawab Sean.

"Kamu masih marah sama aku soal kedatangan keluarga aku tempo hari?"

Felicia mempertanyakan hal tersebut, sebab itu masih menggangunya sampai detik ini.

"Nggak koq, itu emang salah dari mamaku aja. Kamu dan keluarga kamu nggak salah." jawab Sean.

"Sebenarnya kamu sama mama kamu itu kenapa?. Jujur aku nggak ngerti soal apa yang terjadi." ujar Felicia.

Sean sudah ingin jujur demi melihat kesempatan tersebut. Ia ingin mengatakan jika ia belum berniat menikah ataupun melamar kekasihnya itu saat ini. Tetapi ia takut Felicia akan merasa sedih dan sakit hati.

"Ya, mama nggak bilang ke aku kalau mau ngundang kalian. Aku pikir namanya aku laki-laki, biar aku dan keluargaku aja yang datang ke kamu."

Sean memilih jawaban yang paling aman.

"Aku juga minta maaf ke kamu. Aku pikir kami cuma mau datang dan makan malam aja. Nggak taunya orang tuaku malah membahas soal pernikahan kita." ujar Felicia.

"Mana omongan aku ada yang menyinggung kamu lagi." lanjutnya kemudian.

"Maafin aku ya, sayang."

Felicia berkata dengan penuh harap pada Sean. Pemuda yang tak mau memperpanjang masalah itu pun lalu mengangguk.

"Aku udah nggak masalah soal itu." ujarnya.

Ia lalu menoleh pada Felicia dan Felicia pun tersenyum padanya. Sean membalas hal tersebut sebisa mungkin, meski ia sedang dalam mood yang datar untuk tersenyum.