Janetta, gadis empat puluh tahun, berkarier sebagai auditor di lembaga pemerintahan. Bertahan tetap single hingga usia empat puluh karena ditinggalkan kekasihnya yang ditentang oleh orang tua Janetta. Pekerjaan yang membawanya mengelilingi Indonesia, sehingga tanpa diduga bertemu kembali dengan mantah kekasihnya yang sudah duda dua kali dan memiliki anak. Pertemuan yang kemudian berlanjut menghadirkan banyak peristiwa tidak menyenangkan bagi Janetta. Mungkinkah cintanya akan bersemi kembali atau rekan kerja yang telah lama menginginkan Janetta yang menjadi pemilik hati Janetta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arneetha.Rya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35
Aku terhanyut sekian detik dan membalas ciuman Antonio. Namun aku kemudian tersentak dan melepaskan diri dari Antonio. Aku langsung berdiri dari dudukku untuk menjauh dari pria itu. Antonio spontan berdiri juga dan merangkul pinggangku sehingga tubuhku menempel erat ke tubuhnya. Aku menggeliat hendak melepaskan diri. Tetapi tenaga Antonio jauh lebih besar dariku. Dengan tangan kanannya, Antonio mengunci tubuhku dalam pelukannya. Kuletakkan kedua tanganku di dada Antonio dan berusaha mendorongnya agar aku bisa lepas.
"Lepaskan aku, An. Aku tidak mau. Aku sudah menjadi calon istri Reyvan, aku tidak seharusnya bersamamu seperti ini,"
"Netta, katakan kamu tidak mencintaiku dan tidak menginginkan aku. Maka aku akan berhenti dan melepaskanmu."ucap Antonio dengan tangan kirinya mengelus wajahku dengan lembut.
Aku bergetar dan tubuhku bergejolak. Hasrat ini sesungguhnya begitu menggebu dan kusadari aku haus sentuhan dari lelaki berdada bidang ini. Sentuhan tanganku pada dadanya yang berotot semakin membangkitkan gairahku untuk dipeluk dan dicumbu olehnya. Namun aku berusaha menyelaraskan otakku dengan hatiku. Yang terjadi saat ini tidak benar dan aku tidak ingin terjatuh. Aku harus bertahan dan keluar dari kungkungan nafsu.
Disaat aku berjuang melawan hasratku sendiri, Antonio mendorongku ke dinding dan mulai melumat bibirku lagi. Tangannya mulai menjelajahi punggungku dan masuk melalui bagian bawah kaosku. Sementara bibirnya sibuk, tangannya pun beraksi melepas kaitan penutup dadaku. Nafasku tersengal-sengal ketika tangannya mulai membelai tubuhku di sana sini. Disaat aku sibuk dengan pertengkaran otak dan hatiku, tangan Antonio menyibak kaos dan bibirnya mulai menjelajahi bagian atas tubuhku yang terpampang polos didepannya. Aku mulai hanyut dengan sentuhan-sentuhan Antonio. Aku mendesah dan menggeliat membuat Antonio semakin bersemangat.
Ketukan di pintu kemudian menyadarkanku. Aku dan Antonio serentak terkejut dan berhenti. Buru-buru kukenakan kembali pakaianku. Aku panik dan tidak tahu siapa yang datang. Aku mendorong Antonio agar bersembunyi di kamar mandi. Jangan sampai itu ibu kost. Bisa-bisa aku diusir dan dipermalukan, batinku.
"Siapa?" tanyaku dengan berusaha bersikap wajar. Kurapikan rambut, pakaian dan wajahku.
"Saya nak Janetta," ucap suara dibalik pintu kamar. Ya ampun, itu benar ibu kost.
Tanganku gemetar ketakutan. Kubuka pintu kamar dengan pelan-pelan.
"Ada apa,Bu?" tanyaku.
"Lagi-lagi nganterin paket untuk nak Janetta, dititipkan tadi siang, Ibu lupa kasih ke nak Janetta. Padahal tadi kita ketemu di halaman ya," ucap ibu kost dengan senyum lebar.
"Eh, iya Bu. Maaf ya jadi ngerepotin. Atau lain kali Ibu letak di depan kamar saya saja kalau memang ada paket untuk saya. Atau di meja pantry juga boleh. Jadi ibu nggak mesti repot-repot nganterin ke saya,"ucapku sambil berusaha tersenyum lebar juga.
"Ah, nggak apa-apa. Sekalian biar Ibu ada gerak juga, lumayan bakar kalori dikit-dikit,"
"Makasih banyak ya, Bu. Maaf uda merepotkan,"
"Sama-sama nak Janetta. Ibu kembali ke rumah, ya"
Ibu kost pun berlalu dan aku memastikan beliau benar-benar sudah turun ke lantai satu baru kemudian aku masuk kembali ke kamarku dan menutup pintu. Antonio keluar dari kamar mandi. Dan aku pun melotot padanya.
"Ibu kost ngomong apa?"tanya Antonio.
"Ngomong kalau aku tidak boleh memasukkan pria ke dalam kamarku,"ucapku ketus dan memajukan bibirku.
"Ya ampun, jeleknya,"ejeknya sambil tertawa.
"Kita teruskan yang tadi, yuk"ajaknya membuat aku semakin melotot.
"Nggak! Apaan sih. Udah kamu balik ke kamarmu sana, aku nggak mau sampai digerebek karena ada kamu di sini."
Antonio menghela nafas panjang, dia kelihatan ingin membantah ucapanku, namun akhir dia mengalah dan keluar dari kamarku.
"Baiklah, tapi kalau kamu rindu, pintu kamarku terbuka lebar untukmu,"katanya menggodaku dan kubalas dengan memukul bahunya sampai dia mengaduh kesakitan.
Di luar pintu kamarku, dia berbalik dan mentapku.
"Kalau kamu ngotot harus tetap menikah dengan Reyvan, aku tidak bisa apa-apa, Netta. Tapi aku berjanji aku tidak akan ke klub lagi karena kamu tidak menyukainya. Dan apapun yang terjadi di masa depan, aku akan selalu ada menjadi tempat untukmu untuk situasi apapun. Bahkan aku bersedia menjadi selingkuhanmu. Dan aku akan selalu mencintaimu hingga akhir hidupku" ucap Antonio dan kemudian berlalu naik ke lantai tiga.
Aku terpana sejenak dengan ucapannya. Tapi aku tetap harus menikah dengan Reyvan. Apapun yang terjadi aku harus menjadi istri Reyvan.
Kututup pintu kamarku dan melihat bingkisan paket yang diantar ibu kost tadi. Kubuka pelan-pelan dan kulihat isinya beberapa lembar foto Reyvan bertelanjang dada bersama dua perempuan di sebuah kolam renang. Tidak ada nama pengirim di paket tersebut. Namun aku yakin ini adalah pekerjaan Tristan. Sepertinya dia berusaha keras untuk membuatku membatalkan pernikahanku dengan Reyvan.
Foto-foto mesra Reyvan dengan perempuan-perempuan bahenol itu kusimpan dan kusatukan dengan foto sebelumnya yang dikirim Tristan. Aku tidak cemburu sama sekali dengan foto tersebut. Namun apa ini bisa kujadikan alasan untuk batal menikahi Reyvan?
Sehari sebelum aku menikah, Antonio menawarkan diri untuk menjadi supirku ke rumah Reyvan. Di depan Antonio, aku menelepon Reyvan dan meminta ijin padanya agar Antonio boleh menemaniku. Reyvan mengijinkan Antonio, setelah Antonio berbicara langsung pada Reyvan dan meyakinkan Reyvan bahwa dia melakukan itu dengan tujuan agar mempermudah Reyvan dan aku. Antonio memastikan bahwa dia tidak akan menjadi penghalang untuk pernikahan kami. Dan dia akan hadir selaku saudaraku, agar aku tidak merasa sendirian diantara keluarga besar Reyvan.
Hari H telah tiba. Aku berangkat dari kost bersama Antonio Jalanan masih sepi dan lalu lintas lancar sekali. Sesampainya di rumah Reyvan, aku sudah ditunggu penata rias dan rambut yang sebelumnya telah kami reservasi. Aku buru-buru masuk ke kamar yang disiapkan Reyvan sebagai kamar pengantin kami untuk dirias dan dipakaikan baju pengantin. Antonio duduk di bangku tamu yang tentunya belum pada berdatangan.
Ketika aku selesai dirias dan memakai baju pengantin, sudah banyak orang yang hadir terutama keluarga besar Reyvan. Sebelum ijab kabul, aku harus pindah agama dahulu dengan mengucapkan dua kalimat syahadat dihadapan ustad dan penghulu yang akan menikahkan kami.
Aku duduk di posisi yang ditentukan didampingi Reyvan yang telah berpakaian rapi dan mengenakan peci putih sesuai dengan jas dan kemeja yang dipakainya. Mama Reyvan duduk di kursi roda dan berada di sebelah kanan Reyvan. Kucari-cari wajah Antonio dan dia melambaikan tangannya padaku. Hatiku sedikit terasa lebih tenang ketika melihat Antonio ada didekatku. Serasa memiliki keluarga sendiri diantara orang-orang yang baru kukenal ini.
"Baiklah, karena semua sudah hadir, kita akan mulai dengan memualafkan nak Janetta terlebih dahulu, setelah itu lalu kita adakan ijab kabul."ucap ustadz tersebut.
"Siap dek Janetta?" tanya ustadz tersebut.
Aku mengangguk dan menarik nafas panjang. Kutolehkan pandanganku kepada Reyvan yang ada disampingku dan kulihat dia tersenyum mengangguk. Tangannya memegang pundakku seakan memberikan energi agar aku kuat melaksanakan prosesi ini.
"Baik, kita akan mulai. Silahkan dek Janetta jabat tangan saya,"ucap ustadz sembari mengulurkan tangannya kepadaku.
"Berhenti! Semua ini tidak boleh dilanjutkan!"
Tiba-tiba terdengar teriakan dari pintu masuk rumah Reyvan dan membuat seisi ruangan menoleh ke arah suara tersebut.