Cinta memang tidak pandang usia. Seperti itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Viola. Sudah sejak lama Viola mengangumi sosok adik kelasnya sendiri yang bernama Raka. Perbedaan usia dan takut akan ejekan teman-temannya membuat Viola memilih untuk memendam perasaannya.
Hingga suatu kejadian membuat keduanya mulai dekat. Viola yang memang sudah memiliki perasaan sejak awal pada Raka, membuat perasaannya semakin menggebu setiap kali berada di dekat pemuda itu.
Akankah Viola mampu mengungkapkan perasaannya pada Raka disaat dia sendiri sudah memiliki kekasih bernama Bian. Mungkinkah perasaannya pada Raka selamanya hanya akan menjadi cinta terpendam.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 : Musibah membawa berkah.
"Kamu yang terus mendekat, membuat jantungku semakin tidak aman. Apakah kita memiliki perasaan yang sama?"_ Viola.
...🍁🍁🍁...
"Mellll____ Amellll____" teriak seorang gadis membuat seisi kantin menatap ke arahnya. Dengan nafas tersengal-sengal gadis itu berhenti tepat di samping Amel yang sedang menikmati makan siangnya bersama teman-temannya.
"Mel, Vio_ Vio___, Mel," ucapnya dengan putus-putus.
Amel bergegas bangun saat mendengar nama Viola disebut, begitupun dengan Dian dan Bian yang memang sedang duduk bersama dengan Amel.
"Vio kenapa???"
"A_ada yang nyiram Vio dikamar mandi. Vio minta tolong sama gue buat panggilin Lo."
Amel bersama Dian dan Bian bergegas lari ke arah toilet. Didalam toilet, Viola sudah mulai kedinginan. Dia bahkan tidak tau siapa yang sudah tega menyiramnya dengan air, karena kejadiannya begitu cepat. Orang itu langsung kabur begitu menyiramkan air ke wajahnya.
"Vio__!!" Amel masuk ke dalam toilet bersama dengan Dian. Sementara Bian menunggu dengan cemas didepan toilet.
"Vio, Lo gak apa-apa? Siapa yang udah nyiram Lo, hah??" Amel merasa khawatir sekaligus tidak terima.
"Gue gak apa-apa. Gue juga gak tau, pas gue buka pintu tiba-tiba gue langsung disiram pake air," jawab Viola.
"Njir! Awas aja tuh orang kalau ketemu. Bakal gue bikin perkedel dia!!" Amel menoleh ke arah Dian. "Tapi bukan Lo yang ngelakuin ini kan?"
"Lah, kok Lo nuduh gue! Daritadi kan gue di kantin sama Lo sama Bian." Dian tidak terima atas tuduhan Amel. Pasalnya dia memang tidak tau siapa yang sudah menyiram Viola.
"Gue gak nuduh, gue cuma nanya dodol,"
"Udah udah, kalian jangan berantem. Mending cari cara biar gue bisa keluar dari sini. Baju gue basah banget, dan daleman gue keliatan banget ini." Viola menujuk dalemannya tercetak dengan jelas diseragam berwarna putih itu.
"Oke oke. Di, Lo temenin Vio disini, biar gue keluar cari sesuatu dulu," ujar Amel. Dian mengangguk setuju.
Amel buru-buru keluar, Bian yang sedang menunggu diluar langsung menodongnya dengan pertanyaan-pertanyaan.
"Mel, gimana Viola? Dia dimana? Vio baik-baik aja kan??"
"Duh, sabar napa, Bi! Iya, Vio baik-baik aja" jawab Amel sedikit kesal.
Raka datang dengan membawa jaket denim miliknya. Tadi dia juga ada di kantin dan mendengar dengan jelas tentang apa yang terjadi dengan Viola. Buru-buru dia lari ke kelas untuk mengambil jaketnya, Viola pasti sangat membutuhkan itu.
"Tolong berikan ini pada Vio." Raka mengulurkan jaketnya. Amel melirik ke arah Bian sebelum menerima jaket dari tangan Raka.
"Duh, bakal perang dunia nih," batin Amel. Terlihat dengan jelas tatapan Bian sangat tidak suka dengan kehadiran Raka disana.
Bian menarik kerah baju Raka dan mendorong tubuhnya mundur hingga menyentuh tembok. Satu tangannya lagi mengepal kuat dan bersiap untuk melayangkan tinjunya.
"Maksud Lo apa, hah!! Ini pasti gara-gara Lo makanya Vio jadi kayak gini!!!" Marahnya sampai ke ubun-ubun. Sebelum Viola dekat dengan Raka, tidak pernah ada kejadian seperti ini. Sebagai seseorang yang masih memiliki perasaan terhadap Viola, jelas Bian merasa tidak terima dan akan membuat perhitungan dengan Raka.
Amel mendekat dan langsung memegangi tangan Bian untuk melerai. Tangan Bian begitu kaku dan rahangnya mengeras. Tandanya dia sudah sangat marah.
"Bi, udah Bi! Lo apa-apaan sih!!" Lerai Amel. Buru-buru dia menarik tangan Bian turun dari kerah baju Raka.
"Aaarrgghhh___!!" Bian berbalik dan melayangkan tinjunya ke udara.
Raka hanya diam dan tidak berniat untuk membalas. Saat ini dia lebih mengkhawatirkan keadaan Viola didalam sana daripada harus membuang waktu untuk ribut dengan mantan pacar Viola.
"Gue mau masuk, awas Lo berdua kalau pada berantem. Gue laporin kepsek!!" Ancam Amel. Dia kembali membuka pintu toilet lalu menghampiri Viola dan Dian. "Nih pake," ucapnya mengulurkan jaket dari Raka.
Viola menatap jaket ditangan Amel. "Jaket siapa?"
"Crush Lo. Tuh orangnya ada didepan," tunjuk Amel dengan dagunya.
"Raka?" Tanya Viola memastikan. Amel mengangguk.
Viola melirik ke arah Dian. Ada perasaan tidak enak dalam hatinya pada sahabatnya itu.
"Udah pake aja. Mati satu tumbuh seribu kok," ujar Dian diakhiri dengan senyuman tulus.
"Makasih besti," ucap Viola lalu meraih jaket ditangan Amel dan memakaikannya. Wangi aroma Raka pada jaket itu seolah menusuk hidung dan membangkitkan rasa yang semakin menggebu didalam sana.
Ketiga gadis itu keluar dari dalam toilet. Ketegangan yang terjadi antara dua pemuda yang sedang menunggu kini sedikit mencair saat melihat Viola. Ada perasaan lega diantara keduanya saat melihat gadis itu baik-baik saja. Hanya baju dan rambutnya yang memang masih basah karena disiram air.
Viola ingin mengucapkan terima kasih pada Raka, tapi dia urungkan karena takut melukai hati dan perasaan Bian. Viola tau jika Bian masih ada perasaan padanya, dia tidak ingin membuat suasana menjadi lebih canggung.
"Gue ijin dulu ke Bu Siska ya, kayaknya Vio gak mungkin ngikutin pelajaran lagi deh. Biar gue mintain ijin pulang aja," melihat Viola yang sudah menggigil kedinginan dan bibirnya sudah mulai membiru, Amel tidak mau sahabatnya itu sampai sakit.
"Kalau gitu biar gue aja yang nganterin Vio pulang," ujar Bian sambil menatap nyalang ke arah Raka. Sementara Raka masih dengan ekspresi datarnya.
"Gak, udah bel masuk! Ayo kita ke kelas sekarang. Lo mau kena semprot sama Pak Wahyu!" Dian menarik paksa tangan Bian. Meskipun dia sempat menyukai Raka, namun dia tidak ingin egois dan ingin memberikan ruang pada Viola dan Raka untuk ngobrol.
Bian mencoba memberontak, tapi Dian terus menariknya pergi menuju ke kelas. Mau tidak mau Bian hanya bisa pasrah walaupun dia masih sangat kesal saat melihat Raka bersama dengan Viola.
"Bentar ya Vi, gue ke ruang guru dulu, nanti Lo nyusul ya?" pamit Amel mengimbangi akting Dian dengan memberikan kesempatan untuk Viola ngobrol sama Raka, agar keduanya semakin dekat.
Amel sangat paham satu satu sahabatnya. Walaupun Viola dan Dian sempat menyukai cowok yang sama, tapi Amel tau jika yang terjadi pada Viola bukanlah Dian pelakunya.
"Makasih ya?" ucap Viola saat dia hanya tinggal berdua dengan Raka.
Raka mengangguk, "Kamu gak apa-apa."
Viola menggeleng sembari tersenyum, "Gak apa-apa kok. Aku baik-baik aja."
"Siapa yang melakukannya?" tanya Raka. Nadanya terdengar sedikit tegas.
"Gak tau, orangnya buru-buru pergi. Aku gak sempet lihat. Tapi biarin aja deh, mungkin dia gak sengaja makanya langsung ketakutan dan pergi karena takut kena marah." Viola tidak ingin memperkeruh keadaan. Selama ini dia tidak punya musuh dan dia tidak tau alasan orang itu kenapa sampai menyiramnya. Mungkin memang tidak sengaja.
Raka jelas tau jika kejadian ini bukanlah sengaja. Kejadiannya di toilet wanita, itu berarti pelakunya seorang wanita. Tapi siapa pelakunya?
"Udah bel masuk, kamu gak masuk kelas? Aku udah gak apa-apa kok. Aku baik-baik aja. Mending kamu ke kelas sebelum kena semprot."
"Tapi aku yang gak baik-baik aja. Aku gak terima."
"Heh__"
Raka mengusap sisa air diwajah Viola. Jantung Viola langsung berdisco ria didalam sana.
"Tahan Vio, jangan sampai pingsan."
"Kamu terlalu baik. Aku yang gak terima kalau kamu diginiin," ucap Raka setengah berbisik, namun begitu jelas ditelinga Viola. Hembusan nafasnya bahkan begitu terasa, membuat hati Viola berdesir hebat.
Viola mengerjap pelan, merasakan hangatnya sentuhan tangan Raka diwajahnya yang sudah sedingin es.
"Ini mah namanya musibah membawa berkah." monolognya dalam hati. Sedikit saja dia tidak ingin mengedipkan matanya saat melihat wajah Raka sedekat ini. Jika bisa ingin rasanya dia menghentikan waktu detik ini juga, agar dia tidak kehilangan momen indah ini.
...♥️♥️♥️...
seharusnya kamu bangga,punya cowok brondong...😆😆😆
5🌹 dulu buat ka author biar semangat up
aku kadang sampe kaget... nukan histeris lho ya.. kalo liat belut hutan yg gedenya kek ular
Viona ada drama kecebur gak?? si Raka kasih cpr... ehhh🤭🤭🤭
awas... ntar tersebar luas,, mualuu lhoo🤣🤣