Sebuah pengkhianatan seorang suami, dan balas dendam seorang istri tersakiti. Perselingkuhan sang suami serta cinta yang belum selesai di masa lalu datang bersamaan dalam hidup Gladis.
Balas dendam adalah jalan Gladis ambil di bandingkan perceraian. Lantas, balas dendam seperti apa yang akan di lakukan oleh Gladis? Yuk di baca langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengancam
Sudah pukul sembilan Evan masih belum pulang juga ke rumahnya. Ponselnya pun masih mati, tidak dapat di hubungi. Sesekali Gladis menghembuskan nafasnya kasar, mengkhawatirkan sang suami yang tak kunjung pulang.
Perasaannya gelisah, hatinya tidak tenang. Ini adalah kali pertamanya Evan seperti ini. Tidak memberikan kabar apa pun, membuatnya khawatir.
Menghela nafasnya kasar, Gladis pun lantas mengambil kembali ponsel yang tadi ia letakan di atas meja. Menekan kembali nomor kontak suaminya, berharap saat ini nomor itu sudah dapat ia hubungi.
Nihil, nomor itu masih saja tidak aktif, membuat kekhawatiran Gladis semakin bertambah. "Kemana perginya mas Evan? Apakah dia kerja lembur? Tapi, ini sudah jam sembilan, kalau memang dia lembur pun seharusnya dia sudah pulang." Batin Gladis tidak tenang.
Bagaimana dia bisa tenang, suami yang biasanya selalu pulang tepat waktu dan selalu memberinya kabar, sampai saat ini masih belum pulang-pulang juga? Padahal waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, namun belum ada tanda-tanda bahwa suaminya itu akan pulang ke rumahnya.
"Mas, semoga kamu tidak kenapa-kenapa." Lirih Gladis dengan perasaannya yang cemas. Ingin mencari, namun ia harus mencari kemana? Kalau pun ia bisa mencari, lalu bagaimana dengan putri kecilnya yang saat ini sudah tertidur pulas? Apakah dia tega meninggalkan putri kecilnya sendirian demi mencari keberadaan suaminya yang nntah di mana nyangkutnya saat ini. Tentu saja dia tidak akan tega.
Jadi, yang dapat Gladis lakukan saat ini adalah berdoa untuk keselamatan suaminya yang brengsek itu.
Sembari menunggu sang suami dengan harap-harap cemas, akhirnya Gladis pun memilih untuk menyalakan televisi, mencari tontonan yang bisa menghibur dirinya, namun sayangnya tidak ada.
Gladis menghela kasar, ia pun kembali mematikan televisinya. Lalu menyalakan ponselnya dan masuk ke dalam akun sosmednya. Gladis memang suka bermain sosmed, ia merasa cukup terhibur dengan aplikasi itu. Ada saja hal yang menghibur dirinya di saat ia merasa jenuh. Di tambah lagi, dia masuk ke dalam group Sekedar Humor, yang tentunya isinya sangat-sangat menghibur dan menggelitik perut.
Tatapan mata Gladis mulai tertuju pada pesan masuk di aplikasi itu. Penasaran, ia pun langsung masuk dan mendapati beberapa pesan yang di kirimkan oleh teman sosmednya.
Salah satu dari pengirim pesan itu, membuat Gladis terdiam beberapa saat. Nama Darren Putra Pradipta, pria itu tadi pagi mengirimnya pesan. Namun, Gladis sama sekali tidak membalasnya. Dan saat ini pria itu kembali mengirimkannya beberapa pesan.
(Aku merindukanmu, Gladis. Tolong balas pesan ini.)
(Gladisya. Apakah kamu sudah melupakanku? Apakah kamu sudah tidak mengenalku lagi?)
(Berikan aku nomor kontakmu. Aku ingin berbicara denganmu, Sya.)
"Gladis, berikan aku nomormu. Aku sangat merindukanmu.)
(Sya. Baca pesanku.)
Gladis tersenyum kecut saat ia membaca pesan-pesan yang di kirim oleh Darren, pria yang Gladis yakini sebagai kekasihnya yang dulu pergi meninggalkannya.
Meninggalkan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, membuat Gladis kala itu begitu sedih dan hancur. Hubungan yang terjalin cukup lama, namun sang pria tiba-tiba saja pergi tanpa kejelasan. Siapa pun akan merasa sedih, hancur dan marah, termasuk Gladis kala itu.
Beberapa kali Gladis menghubungi Darren, namun nomor Darren selalu di luar jangkauan. Laki-laki tampan yang selalu mengenakan kacamata itu menghilang bak di telan bumi, meninggalkan luka yang cukup mendalam pada perempuan cantik yang sederhana.
Mengingat masa lalunya bersama Darren, membuat Gladis kembali merasa sakit di dalam hatinya. Bukan karena dia masih cinta pada pria yang menjadi cinta pertamanya itu, namun lebih ke perasaan kecewa bercampur marah.
Delapan tahun berlalu, tiba-tiba pria itu datang lagi dan mengatakan bahwa dirinya begitu merindukannya. Sungguh konyol sekali bukan?
"Rindu? Setelah sekian lama kamu tiba-tiba muncul dan mengatakan rindu lagi kepadaku. Sungguh lucu sekali." Lirih Gladis dengan tatapan mata yang masih tertuju pada layar ponselnya.
"Sudah terlambat Darren. Rasa rindumu sudah tidak berarti lagi untukku. Andai saja dulu kamu mengatakan itu, aku pasti akan merasa sangat senang dan bahagia. Tapi sekarang, aku justru merasa lucu." Gumam Gladis di iringi dengan helaan nafasnya kasar.
Butuh waktu yang lama bagi Gladis untuk mengobati luka atas kepergian Darren yang tiba-tiba dulu. Gladis sempat mengurung diri, semangat hidupnya menghilang. Karena bagaimana pun juga, Darren adalah pria pertama yang membuat Gladis merasakan cinta. Juga pria yang selalu berada di samping Gladis.
"Sebaiknya aku abaikan saja pesan darinya. Aku tidak ingin mengingat hal menyedihkan itu lagi. Lagi pula, saat ini aku sudah memiliki seorang suami dan seorang putri. Tidak baik jika aku membalas pesannya." Ucap Gladis mencoba abai dengan beberapa pesan yang di kirimkan oleh Darren.
Gladis mulai menggulir layar ponselnya kembali pada beranda. Mencari hal yang membuatnya tertawa, yang tentunya ada di group Sekedar Humor itu. Bukan hanya postingannya saja yang lucu, komentar-komentarnya pun sangat lucu-lucu sekali.
Dua puluh menit Gladis berada di dalam group itu, selama dua puluh menit pula ia tertawa sendirian. Membaca setiap postingan, juga komentarnya yang menurut Gladis sangat lucu. Cukup menghibur bagi Gladis yang saat ini sedang menunggu kepulangan suaminya yang ntah kapan pulangnya, Gladis sendiri tidak tahu. Setidaknya dengan membaca postingan group itu, rasa khawatir dan gelisah Gladis berkurang.
"Ya, malah kembali ke beranda." Keluh Gladis ketika jarinya tidak sengaja menekan gambar rumah, yang artinya masuk ke beranda.
"Siapa lagi yang mengirimkan pesan? Apakah itu Darren? Ah tidak mungkin. Sangat tidak ada kerjaan jika dia mengirimkan pesan lagi." Gumam Gladis ketika melihat satu pesan masuk di dalam aplikasi itu.
Penasaran dengan si pengirim, Gladis pun langsung menekan pesan masuk itu. Dia kembali menghela nafas, ketika melihat si pengirim pesan itu.
"Dia... Benar-benar tidak ada kerjaaan," ucapnya pelan.
(Balas pesanku, Gladis. Sedari tadi aku menunggu balasan darimu. Tapi kamu sama sekali tidak membalasnya. Apakah kamu sudah tidur? Ah tidak mungkin, profil kamu saja ada titik hijaunya. Itu artinya kamu belum tidur. Aku juga yakin, kalau kamu sudah membaca pesan dariku, bukan? Aku melihat ada buletan gambar profilmu di pesanku, itu artinya kamu sudah membacanya. Cepat balas pesanku, atau aku akan menyuruh seorang hacker untuk mengambil alih akun Facebook mu.)
Membaca isi pesan yang panjang dan ada sedikit ancaman, membuat Gladis langsung membulatkan kedua bola matanya sempurna. Tidak menyangka jika Darren akan mengancamnya seperti itu. Itu sungguh tidak seperti Darren dulu.
"Apa-apaan dia ini. Pake ngancem aku segala. Terserah aku dong mau balas atau tidak. Akun, akun aku, bukan akun dia. Dasar mantan sialan." Geram Gladis sembari memegang erat ponselnya. Menatap marah pada pesan yang di kirimkan boleh Darren beberapa detik yang lalu.
(Jika kamu tidak membalas pesanku juga. Aku akan menyuruh seorang hacker untuk mengambil akunmu. Aku tidak main-main Gladis.)
Darren kembali mengirim pesan kepada Gladis. Pesannya masih berisikan ancaman karena Gladis masih saja tidak berniat untuk membalas pesan dari dirinya.
Takut, Darren akan benar-benar menyuruh seorang hacker untuk mengambil alih akun sosmednya, dengan terpaksa Gladis pun membalas pesan yang di kirimkan oleh Darren kepada dirinya.
(Dasar gila. Berhenti menggangguku, aku sudah bahagia dengan kehidupanku saat ini.)
Itulah balasan yang di kirimkan oleh Gladis kepada Darren.
Setelah selesai membalas pesan itu, Gladis pun langsung meletakkan ponselnya di atas meja, lalu ia berjalan menuju lemari es, untuk mengambil sebotol air dingin.
makasih Thor🙏💪