Qin Ruyue, seorang permaisuri yang setia dan penuh kasih, mengalami pengkhianatan paling menyakitkan. Kaisar yang pernah dia cintai dengan sepenuh hati, serta adik tirinya yang menjadi selir, bersekongkol untuk menjatuhkannya.
Setelah melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan, Qin Ruyue disiksa tanpa ampun dan akhirnya dibunuh dalam kesengsaraan yang mendalam.
Namun, takdir memberikan kesempatan kedua yang tak terduga. Qin Ruyue tiba-tiba terbangun, dan mendapati dirinya kembali ke masa tiga tahun yang lalu, Qin Ruyue bertekad untuk mengubah segalanya.
Tidak lagi menoleh ke arah suami yang pernah mengkhianatinya dan adik tirinya yang berkhianat, Qin Ruyue membuat keputusan yang mengejutkan seluruh istana.
Dia akan mengungkap rahasia gelap istana, membalikkan keadaan, dan merebut kembali nasibnya kali ini, dengan caranya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MURID TABIB ILAHI
Qin Ruyue dan Li Mei terus mengobrol, keduanya sama sekali tidak menyadari ada seseorang yang sejak tadi terus menguping pembicaraan mereka, sambil sesekali menyeringai.
"Nona, tuan kedua baru saja mengirimkan pesan, anda diminta untuk datang ke pinggiran kota." ucap Li Mei sambil menyerahkan secarik kertas pada Qin Ruyue.
"Baiklah, kita akan berangkat besok pagi, sepertinya paman telah menemukan bunga tulang ular untuk menyembuhkan pangeran ke-9." ucap Qin Ruyue.
''Nona, apakah anda benar-benar yakin, bahwa pangeran ke-9 terkena racun dingin?'' tanya Li Mei sambil memandang wajah majikannya.
Qin Ruyue mengangguk sambil tersenyum, "Itu benar, saat di kuil tempo hari, aku pernah memeriksa kondisinya, dia pasti akan merasakan sakit yang menyiksa setiap bulannya."
Mata Li Mei membola, "Nona, Anda pernah bertemu dengan pangeran ke-9 sebelum pernikahan?"
Qin Ruyue mengangguk, "Pria bertopeng yang saat itu ikut denganku dari kuil adalah pangeran kesembilan."
Li Mei akhirnya mengerti, pantas saja saat kaisar meminta Qin Ruyue memilih salah seorang putranya untuk menikah, gadis itu memilih pangeran kesembilan, karena keduanya sudah saling mengenal.
"Li Mei! Minta para pelayan untuk menyiapkan air, tubuhku terasa sangat lengket!" ucap Qin Ruyue, Li Mei mengangguk, dia segera keluar dari sana, sementara pangeran kesembilan juga memunculkan dirinya, dia berpura-pura baru saja datang.
"Yang mulia!" ucap Qin Ruyue, dia menatap wajah cemberut pemuda di depannya dengan memasang muka polos.
"Kau ingin menyakitiku?" tanya pangeran kesembilan, Qin Ruyue menggelengkan kepala.
"Ada apa? Kapan aku menyakitimu?" tanya Qin Ruyue bingung.
"Hidungku hampir saja patah karena ulahmu, kau dengan sengaja menutup pintu dengan keras. Istriku, kau harus bertanggung jawab!" ucap pangeran ke-9 membuat bulu di sekujur tubuh Qin Ruyue spontan berdiri, dia memandang sosok di depannya dengan perasaan was-was.
"Ada apa? Jangan berpikir untuk kabur! Hidungku masih sakit hingga saat ini!" ucap pangeran kesembilan, Qin Ruyue mendekatkan wajahnya, dia meniup hidung mancung itu dengan lembut.
"Seperti ini?" tanya Qin Ruyue, pangeran kesembilan menggelengkan kepalanya.
"Tidak bisa! Ini masih sakit!" ucapnya sambil menunjukkan tatapan mata yang sedih.
Qin Ruyue terdiam, dia mendekat sedikit demi sedikit dan mencium pipi kiri pemuda itu.
Cup!
"Sudah?"
Pangeran kesembilan menggelengkan kepala, "Di sini, di sini dan di sini!"
Dia berbicara sambil menunjuk ke arah dahi, pipi kanan dan bibirnya. Qin Ruyue menggelengkan kepala, namun dia terlihat sangat patuh dan mengikuti keinginan pangeran kesembilan.
'Aku tidak boleh berdebat dengannya, atau besok pagi dia tidak membiarkan ku menemui paman kedua!'
"Istriku, sejak kapan kau belajar tentang herbal dan racun?" tanya pangeran kesembilan sambil menatap wajah istrinya.
"Ada gunung di belakang kediaman Adipati, saat berusia 10 tahun, aku berlarian dan tersesat. Saat itu aku terluka dan di tolong oleh seorang pria tua, aku tinggal di gubuknya selama 7 hari, sampai bawahan ayahku menemukanku di sana. Sejak saat itu, aku sering pergi secara diam-diam, hingga akhirnya memuja dia sebagai guru." jawab Qin Ruyue, mata gadis itu memandang ke depan.
Pangeran kesembilan mengangguk, "Dia mengajarimu cara meracik racun?"
Qin Ruyue mengangguk, "Guru sangat ahli dalam bidang pengobatan, namun dia juga tidak terkalahkan dalam membuat racun. Saat itu, ada banyak sekali orang yang datang ingin menemuinya, namun dia sering bersembunyi di dalam goa untuk melatihku."
Pangeran kesembilan mengangguk, akhirnya dia mengerti dari mana asal usul gadis itu mengetahui metode pengobatan.
"Racun yang kau berikan pada Qin Yanran, apakah itu bisa di temukan oleh orang lain?" tanya pangeran kesembilan.
Qin Ruyue menggelengkan kepala, "Sangat sulit, itu merupakan ramuan rahasia, hanya aku dan guruku yang mengetahui tentang itu. Bahkan tidak mungkin di temukan di buku alkimia manapun. Racikan itu di ciptakan oleh guru, dia menghabiskan waktu selama tiga tahun untuk menelitinya."
Pangeran kesembilan mengangguk, "Sejak kapan kau mengetahui tentang racun dingin yang berada di tubuhku? Padahal selama ini aku tidak pernah memperlihatkan gejalanya di depanmu!"
Qin Ruyue tersenyum masam, "Aku adalah satu-satunya murid tabib ilahi Zhu Wujie, bagaimana mungkin hal itu bisa di sembunyikan dariku? Sejak usia sepuluh tahun, hidungku sangat sensitif terhadap berbagai macam herbal dan ramuan beracun, ini tidak sulit.''
"Apa kau yakin bunga tulang ular akan menyembuhkan racunku?" tanya pangeran kesembilan.
"Jangan khawatir, setelah meminum ramuan itu, hanya membutuhkan waktu 15 hari untuk beristirahat dan anda bisa melihat hasilnya. Energi internal yang selama ini tersegel di dalam tubuh bisa kembali, bahkan bisa meningkatkan kekuatanmu lebih tinggi dibandingkan sebelumnya." ucap Qin Ruyue.
"Tidak aku sangka, ternyata permaisuriku sangat perhatian. Jadi, apakah aku harus menemanimu ke pinggiran kota besok pagi?" tanya pangeran kesembilan membuat mata Win Ruyue langsung melotot.
''Kau menguping pembicaraan ku! Huh!" jawab Qin Ruyue sambil cemberut.
Pangeran ke-9 menggelengkan kepala, "Jika aku tidak menguping, bagaimana aku bisa tahu bahwa istriku sangat peduli?"
Qin Ruyue mendengus, "Benar-benar tidak tahu malu!"
Wajah pangeran kesembilan berkedut, "Aku hanya bersikap tidak tahu malu saat bersama denganmu,"
Qin Ruyue tidak meneruskan pembicaraannya, dia melihat beberapa orang pelayan mulai masuk dan menuangkan air ke dalam bak mandi, tak lama kemudian Li Mei muncul dengan membawa beberapa kelopak bunga dan lilin.
"Nona, airnya sudah siap!" ucap Li Mei.
Pangeran kesembilan menatap wajah gadis pelayan itu sambil mengerutkan dahi, "Li Mei! Nonamu adalah permaisuriku, tidakkah kau harus mulai membiasakan diri untuk memanggil dia putri?"
Li Mei berlutut di depan pangeran kesembilan, "Yang mulia, ini?"
Qin Ruyue menyela, "Aku yang meminta dia memanggil ku nona, saat berada di luar, Li Mei kadang lupa, kami harus sangat berhati-hati."
Pangeran ke-9 akhirnya mengangguk, "Baiklah, selama kau merasa nyaman mendengarnya, aku tidak akan merasa keberatan."
Qin Ruyue melompat, dia memeluk tubuh pangeran kesembilan sambil tersenyum tipis, "Suamiku sangat perhatian."
Pangeran ke-9 menggelengkan kepala, "Pergilah membersihkan diri! Aku akan keluar sebentar!"
Qin Ruyue mengangguk, dia bergegas pergi ke kamar mandi di bantu oleh Li Mei dan beberapa orang pelayan wanita yang ada di kediaman itu.
"Nona, Li Mei sudah menyiapkan wewangian anggrek untuk anda." ucapnya sambil memperlihatkan botol yang beraroma wangi.
Qin Ruyue mengangguk, "Ini sangat harum, aku menyukainya."