Plakk
suara tamparan terdengar menggema di ruangan tersebut.
"Amelia"
"Diamm"
Teriak wanita dengan nama Amelia itu ketika melihat suaminya ingin membela adiknya.
"Ini urusan antara kakak dan adiknya, dan kau tidak berhak untuk ikut campur"
Amelia menunjuk wajah pria itu, menatapnya dengan dingin, tidak ada lagi tatapan cinta untuk suaminya seperti dulu, kini tatapan itu hanya memancarkan sakit, kecewa, dan benci yang menjadi satu.
"Kakak"
"Jangan panggil aku Kakk"
Amelia kembali berteriak dengan keras, wanita itu seolah kehilangan kendalinya.
"Kau ingat? dengan tangan ini aku membesarkanmu, membesarkan adikku dengan penuh cinta dan air mata"
Amelia menatap kedua tangannya dengan berkaca kaca.
"Tapi siapa sangka jika selama ini yang ku anggap adik ternyata seekor landak yang menusuk orang yang memeluknya"
Pandangannya kembali jatuh pada Liliana adiknya.
"Kau adik yang ku besarkan dengan segala perjuanganku, ternyata menusukku tanpa ampun"
"Kau bermain dengan suamiku"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pio21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku akan menunggu
Canada
Dalam waktu yang berbeda, dan di belahan negara yang juga berbeda.
Tampak seorang pria yang berjalan dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya.
Saat ini Noah baru saja menyelesaikan penerbangannya, Bergerak ke arah luar menghampiri seorang pria berbaju hitam yang menjemput dirinya.
"Selamat datang kembali di canada, tuan muda"
Pria berbaju hitam itu menundukkan kepalanya sopan.
Noah menganggukkan kepalanya, dia kemudian segera masuk ke dalam mobil yang bergerak menuju rumah keluarga besarnya di canada.
Setelah melakukan perjalanan sekitar 30 menit, Akhirnya Noah telah tiba, pria itu menghela nafasnya pelan, dia bisa menebak bagaimana respon keluarganya nanti.
Dan setelah memantapkan dirinya dia segera masuk kedalam rumah bergaya eropa tersebut.
"Hei hei hei lihat siapa pria yang baru saja datang ini"
Mama Lena yang merupakan ibu dari Noah tampak heboh ketika melihat kedatangan putranya yang tiba tiba.
Semua orang lantas mengalihkan perhatian mereka pada sosok pria tampan yang kini tengah duduk di samping mama Lena.
"Noah kau datang tanpa kami lebih dulu, apa ada sesuatu yang terjadi?"
Felix, yang merupakan ayah dari Noah melontarkan pernyataannya yang membuat pria itu seketika merasa gugup.
"Jangan membuat cucuku tegang, dia baru saja tiba dan kau sudah membuatnya takut"
Nyonya besar Mauren yang merupakan nenek dari Noah berkata tidak senang kepada putranya.
Dia kemudian memberi isyarat pada susternya untuk mendorong kursi roda miliknya ke arah cucu kesayangannya.
"Ibu, aku hapal betul bagaimana putraku, dan aku yakin sesuatu telah terjadi"
Jawab Felix dengan tenang dengan tatapannya yang tetap tertuju pada Noah.
"Noah, apa betul kata papa mu?"
Lena bertanya ke arah putranya untuk memastikan, apa lagi putranya terlihat begitu gelisah membuatnya sedikit curiga.
Noah benar benar gugup, Dia berusaha menata setiap kata di dalam benaknya agar tidak salah ucap.
"Noah jawab mama"
Ucap Lena kembali dengan tidak sabar.
Noah memejamkan matanya, kemudian berkata dengan cepat
"Aku memperkosa seorang gadis perawan"
Dan sialnya setelah ada banyak kata yang di rangkai di dalam otaknya, hanya 1 kalimat itu yang bisa keluar dari mulutnya.
Plakkkkk
Meski Noah telah menebak jika mamanya pasti akan memberikan hadiah tamparan padanya, namun tetap saja dia cukup terkejut ketika merasakan telapak tangan itu mengenai wajahnya dengan cukup keras.
"Noah, Bukankah sudah berulang kali mama ingatkan padamu untuk berhenti bermain perempuan, terakhir kali mama mengingatkan mu dan kau bilang jika kau telah berhenti melakukan itu, tapi sekarang kau memperkosa seorang gadis perawan"
Ucap Lena dengan panjang lebar, Matanya tampak berkaca kaca yang menatap putranya dengan jutaan kekecewaan.
"Lena dengarkan dulu cerita dari putramu, lalu kamu bisa memberikannya hukuman jika dia benar benar bersalah"
Mauren berusaha menenangkan keadaan
"Mama dia sudah memperkosa seorang gadis itupun sudah salah"
Timpal Lena dengan air mata yang berderai di pipinya
"Lalu apa yang akan kau lakukan pada gadis itu?"
Felix bertanya dengan dingin, jika saja tidak ada mamanya mungkin dia sudah menghajar putranya habis habisan. Dia kemudian bergerak ke arah istrinya untuk menenangkannya.
"Aku akan bertanggung jawab"
Putus Noah kemudian.
"Siapa gadis itu?"
Kini Mauren yang bertanya dengan cepat
Dan ketika jam berganti hari dan hari berganti bulan, Hingga pada akhirnya besok adalah hari dimana Noah menjanjikan jika dirinya akan datang menemui Amelia.
Pertemuan terakhir mereka di taman waktu itu, Amelia tampak menghembuskan nafasnya pelan.
Tangannya bergerak mengelus perutnya yang sedikit membuncit, Ya dia hamil pada malam itu, Dan itu sedikit membuatnya takut untuk menantikan hari esok.
"Jangan terlalu lelah"
Reyhan mengejutkan dirinya dengan menepuk pelan kepala gadis itu.
Amelia tersenyum lembut.
"Ini susu kakak"
Dan kini Liliana yang datang menghampirinya dengan membawa segelas susu hamil yang di beli oleh Reyhan untuknya.
"Terima kasih"
Liliana menganggukkan kepalanya, kemudian bergerak memeluk sang kakak.
"Aku benar benar tidak sabar menyambutnya di dunia ini"
Ucap Liliana dengan semangat yang berjongkok mencium perut milik kakaknya.
"Jangan khawatirkan apapun, semua akan baik baik saja"
Itu adalah suara Reyhan, Dia menatap hangat pada wanita hamil itu
Beberapa bulan yang lalu.
Flashback
"Terima kasih karna setelah kejadian ini kamu masih peduli padaku"
Gadis menghela nafasnya pelan.
"Tapi tidak perlu sampai melakukan itu, Noah akan bertanggung jawab"
Mendengar apa yang dikatakan oleh gadis di depannya membuat Reyhan mematung.
"Maksudmu dia akan menikahi mu?"
Reyhan bertanya dengan memastikan.
"Ya, tapi tidak sekarang, dia meminta waktu 3 bulan dan akan datang padaku"
Jawab Amelia dengan suara pelan.
"Apa kau yakin dia akan datang? Kau yakin dia akan memenuhi janjinya?"
Cecar Reyhan dengan menatap wajah Amelia dengan dalam.
Amelia menggelengkan kepalanya setiap Reyhan melontarkan pertanyaan pertanyaannya.
"Aku tidak tau dia akan datang atau tidak, tapi aku akan menunggu"
Ucap gadis itu dengan mantap.
Reyhan benar benar tidak tau harus mengatakan apa saat ini.
"Mel, lalu bagaimana jika dia tidak datang?"
"Oke kita sekarang memikirkan kemungkinan terburuknya, Jika kau mungkin tidak hamil maka tidak masalah, tapi jika kau hamil dan pria itu tidak datang menemui mu di hari itu?"
Tanya Reyhan kembali.
"Aku akan membesarkan bayiku sendiri, tidak masalah untukku, Aku sudah membesarkan Liliana sejak kecil, maka itu tidak akan membuatku kesulitan"
Jawab Amelia dengan yakin.
"Lalu bagaimana dengan bayimu? Kau akan membiarkan dia akan menjadi bahan gunjingan orang lain?"
Amelia terdiam.
"Aku tidak akan membiarkan hal itu Amelia, mungkin ini terkesan egois, Jika suatu saat Noah tidak datang padamu, maka aku akan menikahi mu membuat bayi itu mendapat marga ku, Jika kau keberatan kita bisa bercerai saat bayi itu lahir"
Ucap Reyhan panjang lebar membuat Amelia benar benar kehilangan kata katanya.
Flashback off
"Jangan khawatirkan apapun, semua akan baik baik saja"
Itu adalah suara Reyhan, Dia menatap hangat pada wanita hamil itu
Amelia menganggukkan kepalanya pelan.
Ada kebahagiaan kecil di dalam hatinya, bukankah di antara semua kesedihan yang di milikinya sejak dulu, tuhan memberikannya sebuah hadiah seorang sahabat yang benar benar tidak pernah meninggalkannya dalam keadaan apapun, Reyhan baginya adalah sebuah kado terindah dari tuhan untuknya.
Kegiatan di cafe berlangsung seperti biasanya, namun yang berbeda, kini Amelia berdiri di bagian kasir karna kondisinya yang sedang hamil muda.
Dan tiba kini mereka telah menyelesaikan pekerjaan mereka, Liliana mengayuh sepeda milik kakaknya ke arah kontrakan.
"Maafkan kakak, Li"
Ucap Amelia membuat dahi Liliana berkerut.
"Kenapa kakak meminta maaf?"
Tanya gadis itu dengan heran yang terus mengayuh sepeda tersebut.
"Selama tiga bulan ini kau harus membonceng kakak"
Ucap Amelia yang merasa bersalah pada adiknya.
Liliana yang mendengar itu langsung tertawa.
"Kakak ini ada ada saja, perkara mengayuh sepeda pun kakak harus meminta maaf"
Timpal Liliana yang menggelengkan kepalanya ketika berfikir jika kakaknya itu terlalu baik.
Sesampainya di kontrakan Amelia dan Liliana segera membersihkan diri untuk bersiap tidur.