Mencintai atau dicintai?
Tapi kenyataannya memang tidak seindah dalam khayalan.
Antara mementingkan perasaan atau ego yang didahulukan.
Tapi cinta memang tidak pernah salah. Karena cinta bisa hadir di hati siapapun , kapanpun , dan di manapun.
Entah itu di sengaja atau tidak disengaja , cinta akan bersemi walaupun terpaksa.
Tapi , bagaimana dengan cinta yang terpendam?
Ego yang tinggi itu apakah bisa terhempas oleh kekuatan cinta?
Let's go , follow my story...
Dan kamu akan tau , betapa rumitnya kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErvhySuci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 028 Day 3 - 4
Matahari di sebelah barat tampak memancarkan cahaya silaunya. Lagi-lagi lelaki tampan itu mengajak sang kakak untuk berjalan-jalan menikmati wisata yang tersebar di Yogyakarta ini.
Dan untuk tujuan sore hari ini adalah pergi ke Candi Prambanan.
Aera menikmati suasana candi yang begitu indah. Rumput hijau membentang luas menjadikan latar candi yang sangat menarik.
Tujuan utama Rezza mengajak Aera datang ke candi Prambanan adalah untuk menyaksikan suatu pertunjukan sendratari Ramayana yang sangat terkenal itu.
Pertunjukan digelar di hari Selasa , Kamis dan Sabtu. Kebetulan sekali hari ini adalah hari Kamis.
"Mbak , kita makan dulu yuk. Masih jam tujuh nanti mulainya." ucap Rezza .
"Kita mau makan dimana ?" ucap Aera.
"Di sini ada resto juga kok. Di sebelah sana." ucap Rezza sembari menunjuk arah dimana resto itu terletak.
"Ya udah ayo kita makan dulu , mbak juga udah laper." ucap Aera.
Karena pertunjukan akan di mulai satu jam lagi , Rezza pun mengajak sang kakak untuk makan terlebih dahulu.
Masih di area candi Prambanan , karena di sini juga menyediakan resto untuk dinikmati bersama dengan suasana yang khas.
"Kayaknya bagus banget deh kalau nonton langsung nanti. Soalnya mbak sering lihat potongan-potongan adegan dramanya , kayak estetik banget." ucap Aera yang kini sudah duduk menunggu pesanan makanan datang di sebuah restoran.
"Iya emang bagus banget kok mbak , kisah tentang cinta Rama Shinta dan Rahwana." ucap Rezza .
"Ayah sama ibu sayang banget nggak ikut tadi." ucap Aera.
"Ayah sama ibu udah sering datang kesini mbak. Mbak aja yang nggak pernah main kesini." ucap Rezza .
"Ya namanya juga kerja , kerjanya kan jauh juga. Gimana sih kamu tuh!" ucap Aera dengan heran pada adiknya itu.
"Di sana mbak juga pasti sering jalan-jalan kan?" ucap Rezza dengan tersenyum.
"Ya jalan-jalan lah , emang kenapa ?" ucap Aera.
"Sama pacar mbak kan?" ucap Rezza yang membuat Aera menatapnya.
"Sok tau banget deh!" ucap Aera.
"Permisi mas mbak , makanan sudah datang. Silahkan di nikmati." ucap pelayan wanita itu dengan ramah menyajikan menu makanan yang ia pesan tadi.
"Makasih ya mbak." ucap Aera dengan tersenyum.
Aera dan Rezza menikmati makanan yang sudah di depan mata itu dengan lahap.
Aera benar-benar menikmati keindahan malam ini. Langit tampak cerah dengan beribu bintang yang berkerlap-kerlip indah.
Kali ini ia membayangkan jika alangkah bahagianya jika yang menemaninya malam ini adalah kekasihnya. Akan sangat romantis sekali pastinya.
Aera tersenyum menatap satu bintang yang terlihat tampak lebih besar di banding bintang lainnya. Entahlah , rasanya seperti kembali merindukan seseorang.
"Mbak! Bengong aja!" ucap Rezza sembari menepuk lengan sang kakak dengan pelan namun sukses membuatnya terkejut.
"Apa sih Za! Ngagetin aja deh !" ucap Aera yang kemudian menyedot jus yang dipesan tadi.
"Jangan ngelamun kalau disini!" ucap Rezza dengan santainya.
"Enggak ya , gak ngelamun kok. Lihatin bintang itu loh gede banget." ucap Aera dengan menunjuk bintang di langit.
"Heum ya deh. Bentar lagi mulai deh pentasnya. Kita kesana yuk." ucap Rezza setelah melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul 18.50 wib.
"Ya udah ayo." ucap Aera yang kemudian bersiap.
"Aku aja yang bayar." ucap Rezza yang membuat Aera menatapnya.
"Mbak aja." ucap Aera.
"Nggak ah , aku malu dong nanti di ketawain kasirnya. Masa jalan sama cewek yang bayar makan malah ceweknya." ucap Rezza yang membuat Aera tertawa kecil.
"Eh kamu itu emang punya rasa malu? Dasar cowok jaman sekarang maunya selalu di anggap sok pengertian." ucap Aera dengan sedikit mengejek.
"Sesekali lah mbak aku yang traktir. Mbak nanti duitnya habis loh." ucap Rezza dengan tersenyum.
"Habis ya kerja lagi. Ya udah cepetan bayar sana." ucap Aera yang kemudian lekas berdiri.
Aera menunggu Rezza melakukan pembayaran di kasir. Setelah semua selesai , mereka berdua pun melangkahkan kakinya menuju lokasi dimana sendratari akan di tampilkan.
Sampai di tempat duduk penonton , orang-orang sudah tampak ramai dan mencari tempat duduk yang nyaman.
Aera dan Rezza pun duduk di barisan tengah. Tak lama kemudian , seni drama dan tari itu pun mulai dipentaskan sedemikian rupa.
Para tokoh dalam drama sangat rupawan. Semua kostum yang di kenakan pun juga sangat khas sekali dengan zaman kerajaan pada dahulu kala. Gamelan Jawa serta instrumen yang tampak indah mengiringi setiap gerakan para tokoh.
Larut dalam alur cerita yang di tampilkan , Aera sampai tak menyadari bahwa waktu pertunjukan telah usai. Penonton pun membubarkan diri masing-masing.
Rezza pun mengajak sang kakak untuk pulang. Ia tidak berniat untuk pergi ke tempat lain lagi. Ia tau bahwa kakaknya pasti sudah lelah dan waktu sudah menunjukkan jam untuk beristirahat.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan candi Prambanan yang tampak begitu kokoh berdiri dengan sempurna.
-
-
-
-
Tirai panjang itu terbuka dengan sempurna. Tampak di luar sana sinar matahari mulai muncul.
Aera mengumpulkan rambutnya dan mengikatnya dengan asal. Dengan handuk di pundak , ia pun masuk ke dalam kamar mandi.
Entah mengapa pagi ini rasanya enggan sekali untuk bepergian kemanapun. Usai mandi pagi , Aera pun turun ke bawah.
Di ruang tamu , Aera berpapasan dengan Rezza yang sepertinya akan berangkat kuliah.
"Mbak , aku mau kuliah dulu nih. Mbak nggak ada rencana pergi kan?" ucap Rezza yang membuat Aera menggelengkan kepalanya.
"Nggak ada deh Za , mau di rumah aja. Besok mbak kan udah balik. Jadi hari ini mbak gak mau kemana-mana." ucap Aera dengan tenang.
"Iya deh. Ayah sama ibu nanti mau pergi ke nikahannya teman nya ibu. Kayaknya jam delapan lebih dikit nanti. Ikut aja mbak , gak jauh kok." ucap Rezza yang membuat Aera tampak berfikir.
"Kenapa harus ikut ?" ucap Aera.
"Ya kan dari pada di rumah sendiri nggak ada temennya sih mending ikut aja. Itung-itung mewakili aku." ucap Rezza.
"Ya nanti deh. Udah sarapan kamu?" ucap Aera.
"Udah dong mbak. Aku berangkat dulu ya." ucap Rezza yang kemudian menyalami tangan kakaknya.
"Tumben sopan. Hati-hati di jalan. Belajar yang bener." ucap Aera sembari melepaskan sang adik untuk pergi ke kampusnya.
Aera pun pergi menuju ke ruang makan. Ruang makan yang menjadi satu dengan dapur itu terlihat cukup luas. Disana rupanya sang ibu sedang membersihkan peralatan bekas memasaknya tadi.
"Aera , udah wangi aja nih. Mau kemana nak?" ucap ibu Hanum dengan tersenyum.
"Nggak kemana-mana Bu." ucap Aera dengan memperhatikan apa yang sedang di lakukan oleh ibunya itu.
"Kamu sarapan dulu sayang. Oh iya , karena kamu nggak ada acara pergi, gimana kalau kamu ikut ibu pergi ke kondangan ? Itu loh teman kamu sekolah dulu , si Diana. Nanti acara ijab Kabul nya jam sembilan." ucap ibu Hanum dengan menarik kursi untuk Aera duduk.
"Oh Diana teman aku SMA ya bu? Hampir lupa aku Bu , udah lama banget. Nggak pernah ketemu juga. Nikah sama orang mana bu?" ucap Aera dengan mengingat-ingat.
"Nikah sama rekan kerjanya , kalau nggak salah sih orang Bandung deh. Pokoknya orang Jawa barat sana. Jauh ya." ucap ibu Hanum bercerita sembari mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk putri kesayangannya.
"Ya namanya juga jodoh Bu , kita nggak pernah tau kan asalnya dari mana. Ibu udah sarapan ?" ucap Aera sembari menerima sepiring menu makan untuk sarapannya.
"Ibu udah sarapan tadi bareng Rezza . Sebentar ya ibu mau panggil ayahmu dulu. Tadi di taman siramin bunga. Kamu makan dulu." ucap ibu Hanum yang kemudian keluar dari ruang makan dan mencari suaminya.
"Yah , sarapan dulu. Nanti kita telat loh mau ke kondangan. Aera juga lagi sarapan. Ayo." ucap ibu Hanum saat melihat sang suami tengah berada di taman dengan tangan memegang selang air.
"Iya Bu." ucap sang ayah yang kemudian mematikan keran air.
Di ruang makan , sang ayah pun sarapan pagi bersama putrinya. Ibu Hanum pun tampak begitu bahagia menyaksikan pemandangan yang jarang sekali ia lihat.
Sebuah senyuman pun terukir di bibir sang ibu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Next......