Fiandra tak menyangka jika dirinya akan berjodoh dengan seorang dosen yang selalu memarahinya bernama Ilham. Mereka di paksa menikah dan menjalani pernikahan, meskipun keduanya menolak. Keinginan kedua orang tua Fiandra dan Ilham begitu kuat untuk menikahkan mereka, hingga mereka melakukan satu cara, untuk menjebak keduanya agar bisa menikah... bagaimana kisah mereka? akankah cinta hadir di tengah permusuhan mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Pertama part 2
"Fi! ngapain kamu gak pakai baju? kamu mau menggoda saya, ya?!" tanya Ilham dengan suara tinggi, matanya yang masih tertutup.
"Ih Bapak ke geer-an banget! siapa juga yang mau godain bapak! sekarang bapak tolong ambilin saya baju, Pak!" Titah Fiandra sambil merapikan kain tebal agar bisa menutupi seluruh tubuhnya.
"Enak saja nyuruh-nyuruh, emang kamu siapa?!"
"Ya sudah kalo bapak gak mau! silahkan bapak keluar dari kamar ini!" ucap Fi sambil menunjuk ke jendela yang di tralis.
Mata Ilham terbuka lebar."Loh kok kamu ngusir saya?" tanyanya dengan kesal.
"Hey! tutup lagi matanya, Pak!" sergah Fi tak ingin Ilham memandangi tubuh bagian dadanya yang masih terbuka.
Secara reflek Ilham kembali menutup matanya. Namun hanya beberapa saat, ia kembali membuka matanya tak perduli dengan perintah gadis itu.
"Sudah ah bodoh amat!" Ilham menghampiri tempat tidur lalu menghempaskan tubuhnya di kasur empuk.
Sementara Fi terus mengawasi pria itu sambil memutar tubuhnya agar me jauh dari pria itu sampai menempel di dinding.
Ilham merasa heran melihat Fi yang masih terus menggulung bed cover itu ke tubuhnya. "Kamu ngapain sih? sprei di lilit lilit gitu, mau jadi pisang molen?"
Wajah Fi cemberut seperti ingin menangis. "Saya gak punya baju ganti, Pak! Kebaya saya juga hilang entah kemana, " Ujarnya dengan nada yang putus asa.
Ilham sedikit kaget mendengar pernyataan Fi itu, ia langsung bangkit dari tempat duduknya. "Ish kenapa gak bilang, sih!" dengusnya seraya berdiri menuju lemari.
"Kan saya sudah bilang, tadi Pak. Mau pinjam baju!" sahut Fiandra dengan kesal.
"Ya sudah pakai baju ku saja." Ilham melenggang menuju lemari pakaiannya. ketika membuka pintu matanya terbelalak karena tak ada sehelai pun pakaian di dalam lemari itu.
Dia kembali membuka buka pintu lemari dengan setengah emosi. Dan isi lemarinya kosong, tak ada satupun pakaian ganti.
"Wah benar-benar keterlaluan, Nyak. pinter banget bikin skenario sampai sedetail ini, pasti nyak sengaja memindahkan baju-baju ku." Sambil menggerutu Ilham membuka pintu dan laci-laci di lemarinya. Bahkan pakaian dalam pun tak ada yang tersisa.
"Bagaimana, Pak? ada bajunya? " tanya Fi penuh harap.
"Gak ada!" teriak Ilham setengah emosi.
"Yah,jadi saya harus bagaimana ini, Pak? masak iya saya berdiri semalam pakai selimut ini?" tanya Fiandra dengan suara tercekat hampir menangis.
Ilham yang kebingungan mengedarkan pandangan ke segala arah, mencari sesuatu untuk menyelesaikan masalahnya kemudian terhenti pada kain merah yang tergeletak diatas tempat tidur.
"Nah ini baju siapa?" tanyanya sembari menghampiri kain berwarna merah itu. Dia meraih kain tips itu kemudian menyodorkan ke Fiandra yang menempel di dinding dengan selimut tebal menutupi tubuhnya. "Nih pakai yang ini saja!"
"Ogah! baju nya gak layak gitu kok!"
"Tidak layak bagaimana?" tanya Ilham sembari merentangkan pakaian itu. Tiba-tiba saja jantung berdetak kencang, secara reflek otaknya membayangkan Fiandra memakai baju itu. "Pasti sangat indah," gumamnya karena dia sempat melihat lekuk tubuh Fi yang indah putih dan mulus. Seketika kejantanannya berontak.
"Pak! pak!" panggil Fi! sambil melambaikan tangannya di depan wajah Ilham.
Sontak Ilham tersadar dan menjadi gugup serta salah tingkah ketika Fiandra memicingkan matanya. Seperti ingin mengintimidasi dirinya.
"Bapak mikirin apa?" tanya Fi sambil menyilangkan kedua tangannya di dada kemudian menatap Ilham dengan tatapan curiga.
"Ah gak mikirin apa-apa kok!" Ilham ngelak kemudian menarik tangan Fiandra dan memberikan gaun tidur itu kepada istrinya. "Kamu pakai saja baju yang ada, dari pada gak pakai baju, nanti saya khilaf," ujarnya sambil berbalik arah.
Mau tak mau Fiandra terpaksa harus memakai lingerie itu. "Tutup mata lagi Pak!" titah Fiandra.
Ilham pura-pura menutup matanya, rasa penasaran membuatnya men curi-curi pandangan lewat pantulan cermin di lemarinya.
Dengan cepat Fiandra memakai lingerie sedikit-sedikit dia menurunkan lingerie nya
sambil mengamati Ilham. Fi tak sadar jika ilham mengintipnya.
"Sudah belum F!?" tanya Ilham pura-pura tak tahu.
"Bentar pak, sedikit lagi!" seru Fiandra dengan polosnya. Ketika lingerie itu di tariknya kebawah, tak sengaja kain yang menutupi tubuh Fi melorot. Dengan cepat ia menarik selimut itu lalu menutupi tubuhnya.
Ilham bergeming karena pemandangan tadi hampir membuat jantungnya meledak. lekukan tubuh Fi begitu indah, membuat sesuatu yang di bawah sana berdiri tegak. Membuat naluri lelakinya memberontak.
Setelah selesai Fiandra segera menghampiri tempat tidur lalu berbaring dengan selimut yang menutupi tubuhnya. "Sudah, Pak!" serunya.
Pekikan Fiandra tadi membuat Ilham tersadar dari lamunan indahnya. Kemudian ia berjalan lunglai menuju tempat tidur. Dia merebahkan tubuhnya di tempat tidur sisi kanan, sementara Fi di sisi kirinya.
"Bapak kenapa diam saja?" tanya fi dengan heran.
"Gak apa-apa," Jawab Ilham lirih karena tengah menahan kon*knya.
"Oh ya sudah aku matiin lampu, ya?" tanya Fi.
"Iya!" lirih Ilham dengan suara yang agak berat.
Fiandra yang merasa heran dengan sikap kalem ilham itu pun penasaran, dia bangkit lalu menoleh pria yang sedang memunggunginya. Dilihatnya Ilham tengah memintal tali bantal guling. Karena melihat suaminya itu baik-baik saja dia pun kembali merebahkan tubuhnya.
Fiandra coba memejamkan matanya. Namun tak juga bisa terlelap. Dia coba berbalik arah menghadap Ilham yang masih membelakanginya sambil memejamkan matanya. Namun sulit sekali dia untuk terpejam, padahal biasanya begitu kepala menyentuh bantal, dia langsung tertidur.
Ternyata tak hanya dirinya. Ilham pun terlihat gelisah. Saat fi mengadap kiri, Ilham menghadap ke kanan, tempat tidur itu berguncang guncangan sehingga membuatnya tak bisa terlelap.
Akhirnya Fi membuka obrolan."Bapak kenapa gak tidur?"
"Kamu sendiri kenapa gak tidur?" Ilham balik bertanya.
"Saya takut diapa-apain sama Bapak," Jawab Fi dengan lugas. " Sekarang Bapak jawab pertanyaan saya. Bapak kenapa belum tidur?" tanya Fiandra.
"Karena adik saya belum bisa tidur, Fi" Jawab Ilham lirih dan berat, seperti ada beban berat di pikulnya.
"Hah adik bapak yang mana?" tanya Fi dengan polosnya. "bukannya bapak anak tunggal?"
Ilham menghela nafas panjang."Sudah Fi! kamu mau tidur-tidur saja, kamu gak bakalan ngerti."
"Masalahnya itu, kalau bapak gak tidur, saya juga gak bisa tidur, Pak!"
"Ya sudah kalo begitu biar kita sama-sama gak tidur."
Fiandra menghela napas panjang, kemudian berbaring lagi. Sementara Ilham melirik istrinya sambil menggenggam tangan serta menggigit bibirnya. "Sampai kapan seperti, ini? kalau saja uji nyali sudah pasti angkat tangan ini," Ilham bermonolog.
Bagaimana kelanjutan mereka?
apa kabar dengan duo enyak udah dapat belum berburu para duda 😍 semoga dapat ya nyak 😂😂😂😂