"
Suatu perkawinan pengganti, mengikatnya erat di sisinya.
Dave adalah pria yang membuat semua orang di kota ketakutan, dia kejam dan bengis, terutama membenci wanita.
Nadia adalah wanita kaya yang diintimidasi oleh orang lain, dan dia sama sengsaranya dengan Cinderella di rumah.
Awal berpikir kalau pernikahan ini akan segera berakhir, dan keduanya akan segera bercerai.
Tanpa diduga, setelah menikah, dia sangat memanjakannya!
""Apakah kamu pikir aku tidak akan tahu jika kamu menyembunyikan identitasmu? Gadis cupu.""
Nadia tampak terkejut, ""Bagaimana kamu bisa tahu?!”"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11. JOMKAR.
Tidak berselang kemudian seorang pengendara motor berhenti tepat di depan Nadia berdiri.
"Nona Nadia ya?," tanya seorang perempuan berpakaian cowok.
"Betul, Anda ini siapa?," tanya Nadia balik.
"Saya Wardah anak pak Herman, ojek langganan Anda," balasnya sembari membuka helm.
"Putri pak Herman, terus pak Hermanya dimana, kok kamu yang datang menjemputku, bukanya beliau,"
"Bapak lagi keluar kota, jadi bapak menyuruhku mengantikanya untuk sementara waktu,"
"Oh..seperti itu. Kamu tahu bukan dimana kamu akan mengantarku?,"
"Tahu Nona, Ayah sudah memberi tahuku sebelum beliau ke luar kota. Sekarang Nona pakelah helmnya dan kita berangkat sebelum matahari semakin meninggi," Wardah menyerahkan helm kepada Nadia.
Nadia menyambutnya dengan senang hati. Setelah dirasa cukup keduanya pun pergi meninggalkan tempat itu menuju kearah toko dimana selama ini Nadia dan Rita sahabatnya menghabiskan waktu mereka disana.
Tanpa mereka sadari dua pasang bolah mata memperhatikan mereka dari arah kejauhan.
"Siapa pria itu! sepertinya mereka berdua sangat akrab. Apa mereka berdua sepasang kekasih?," tanya Dave pada sekertaris Ken.
"Saya rasa bukan Tuan!, Menurut informasi yang Saya dengar Nona Nadia belum pernah memiliki seorang pria idaman alias dia jomkar," balas sekertaris Ken sembari menatap Dave dari dalam kaca spion.
"Apa itu jomkar?," tanya Dave mengernyitkan dahinya.
"Jomblo karatan Tuan," balas sekertaris Ken dengan cepat.
"Ken......," Dave dengan sedikit mengereaskan suaranya.
"Maaf Tuan Aku cuman bercanda,"
"Cepat kejar mereka!, Aku ingin melihat siapa pria yang bersamanya itu," perintah Dave pada sekertaris Ken.
"Baik Tuan," sekertaris Ken pun menyalakan mesin mobilnya dan mengikuti kemana Nadia pergi bersama tukan ojeknya.
Ada sekitar lima belas menit Dave dan sekertaris Ken mengikuti Nadia hingga mereka berhenti saat melihat motor yang di tumpangi Nadia berhenti di sebuah toko kecil bertuliskan " TOKO KUE NADIA ".
"Apa ini toko kue miliknya?," tanya Dave sambil terus memperhatikan gerak- gerik Nadia disana.
"Benar Tuan!, Toko itu milik Nona Nadia. Nona Nadia membelinya dua tahun silam dengan menyisihkan uanganya sedikit demi sedikit dari hasil menjual kue dari media online,"
"Maksudmu, Rudy tidak pernah memberinya uang atau membantunya memodali usahanya itu?," kembali untuk kesekian kalinya Dave bertanya.
"Ya seperti itulah yang Saya dengar. Nona Nadia dan Nona Mawar mendapat perlakuaan yang berbeda. Nona Nadia harus mandiri sedangkan Nona Mawar adiknya selalu mendapat dukungan dari Rudy dan Yunita,"
"Benar-benar perempuan yang menarik, Aku semakin penasaran dengan ke pribadianya," Dave tersenyum tipis hingga membuat sekertaris ken lagi yang harus mengernyitkan dahinya.
Tidak lama kemudian tampak Nadia masuk kedalam toko setelah membayar ongkos ojeknya.
Melihat Nadia sudah berada dalam toko tersebut, Dave pun menyuruh sekertaris Ken untuk pergi dari tempat itu.
Nadia terus melangkah masuk kedalam toko hingga menemukan Rita sedang mengemas kue dalam toplex.
"Pesanan dari siapa Rit!, tanya Nadia sambil meletakkan tas kecilnya diatas meja.
"Pesanan dari keluarga. Katanya besok majikanya akan menikah. lumayan loh ada dua puluh lima toplex dan mereka mematok harga tinggi," balas Rita yang masih terus menyusun kue ke dalam toplex.
"Menikah? besok!, astaga," Nadia melotot sembari menutup mulutnya.
"Nona kenapa?," tanya Rita menghentikan aktifitasnya.
"Tidak ada apa-apa cuman kaget saja mendengar jumlah kue yang mereka pesan," balas Nadia sekenanya.
"Oh ..kirain Nona juga sudah ada yang melamar. Jadi Pas mendengar pernikahan Nona langsung shock!," Rita tertawa kecil hingga membuat Nadia mencubit lenganya.
"Kamu ini ada-ada saja. Rit mari Aku bantuin," Nadia mendekat kearah Rita dan meminta sebuat toplex kosong.
Keduanya pun menyusun kue-kue itu kedalam toplex tersebut hingga jumlahnya mencapai dua puluh lima sesuai dengan pesanan.
"Rit, mungkin tiga hari kedapan Aku libur, boleh tidak Aku meminta bantuanmu untuk menjaga toko kita ini selagi Aku tidak ada?," tanya Nadia setelah mereka berdua rehat di sofa yang biasa di gunakan para pengunjung untuk menunngui pesanan kue mereka.
"Tiga hari?, memangnya Nona mau kemana?," tanya balik Rita pada Nadia.
"Aku ada acara keluarga di luar kota. Jadi Ayah dan ibu mengajakku kesana," balas Nadia tapi tidak berani menatap mata Rita.
"Kok tumben mereka mengajak Nona, tidak seperti biasanya!," tanya Rita sedikit heran.
"Soalnya ini acara penting dan semua anggota keluarga harus hadir. Kamu mau bukan menjaga toko kita ini selama Aku tidak ada?," Nadia mengulangi pertanyaanya.
Lama Rita berpikir hingga akhirnya dia mengangguk dan tersenyum.
"Terima kasih banyak Rit. Kamu memang sahabatku yang paling pengertian," Nadia seketika memeluk tubuh Rita.
"Sama-sama Nona. Aku senang kok membantu Nona Nadia selagi Saya bisa soalnya apa yang Saya lakukan ini belum seberapa dengan apa yang Nona Nadia sudah lakukan pada Saya," Rita membalas pelukan Nadia.
"Maafkan Aku Rit, Aku terpaksa berbohong padamu karena Aku tidak mau kamu ikut sedih jika mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padaku," ucap Nadia dalam hati. Hingga tidak terasa butiran-butiran air matanya menetes membasahi pundak Nadia.
"Kenapa Nona mengangis?," tanya Rita mencoba melepaskan pelukanya.
"Ini tangisan bahagia karena TUHAN telah mengirim sahabat terbaik sepertimu untukku,"
"Hii.. Nona ini, sudah-sudah!. Kalau Nona seperti ini Saya juga ikut sedih loh," Rita menghapus air mata yang menetes di pipi Nadia.
Waktu terus bergulir hingga tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul enam belas tiga puluh. Nadia segeras bersiap-siap untuk pulang ke mension sebelum Dave datang.
"Rit, Aku pulang ya," teriak Nadia sembari memakai sepatu catsnya.
"Iya hati-hati, pintunya jangan lupa di tutup," balas Rita dari arah dapur.
Setelah pintu toko tutup, Nadia segera bergegas menuju kearah depan dimana Wardah anak pak Herman langganan ojeknya sudah menungguinya.
"Wardah, Ayo cepat jangan sampai terlambat," Nadia langsung naik keatas motor.
"Iya Nona, tapi pake dulu helmnya, utama keselamatan" Wardah sedikit berbalik kebelakang dan menyerahkan helm ke pada Nadia.
"Iya, sampai lupa," Nadia mengambil helm dari tangan Wardah. Tidak lama kemudian keduanya pun pergi meninggalkan tempat itu menuju kearah mension.
Butuh waktu dua menit mereka menempuh perjalanan hingga akhirnya mereka tiba juga di depan pintu gerbang mension.
Setelah Wardah menghentikan kendaraanya Nadia segera turun dan tak lupa melepaskan helmnya.
"hampir saja telat, akibat kemacetan tadi," Nadia memberikan helm pada Wardah dan melanjutkan melihat jam tanganya.
"Emangnya ada urusan apa si Nona hingga sampai Nona buru-buru seperti ini? " tanya Wardah sedikit heran.
"Ada upacara bendera yang tidak bisa Aku lewatkan. Nich ambillah kembalianya buat kamu saja dan terima kasih," Nadia benyerahkan selembar uang kertas berwarna biru pada Wardah kemudian segera berlari menuju pintu gerbang.
Pintu gerbang segera di buka oleh sang penjaga. Nadia kembali berlari menuju pintu utama.
Tapi alangkah kagetnya Nadia setelah melihat Dave, sekertaris Ken, Anita, Elsa dan beberapa pelayan sudah berdiri di depan pintu utama.
MOHON BANTUANYA UNTUK MENDUKUNG CHANNEL SAYA DI YOUTUBE "PEWARIS TERAKHIR SANG PRESDIR" TERIMA KASIH.