Bagaimana jadinya jika seorang CEO arogan yang paling berpengaruh se-Asia namun keadaan berbalik setelah ia kecelakaan menyebabkan dirinya lumpuh permanen. Keadaan tersebut membuatnya mengurungkan diri di tempat yang begitu jauh dari kota. Dan belum lagi kesendiriannya terusik oleh Bella, kakak iparnya yang menumpang hidup dengannya. Lantas bagaimana cara Bella menaklukkan adik ipar yang dilansir sebagai Tuan Muda arogan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cemaraseribu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dasar tuan muda labil!
Bella, dengan senyum tengilnya yang terpampang di wajahnya, kembali melontarkan kata-kata ke arah Tuan Muda, seorang pengusaha muda yang dikenal dengan kesabaran yang sangat tipis.
"Hmm, gak asik nih, gitu doang marah," ucap Bella, pura-pura memberengut, sambil menatap Tuan Muda yang dingin tak tersentuh itu.
Tuan Muda hanya mendiamkan ulah Bella. Ekspresi wajahnya tetap datar, namun dalam hati, amarahnya perlahan memuncak. Akhirnya, dengan suara yang terkendali namun terasa dingin, dia berkata kepada sopir pribadinya, "Pak, mampir ke Madame Ciara, ya."
"Baik, Tuan Muda," ucap sopir itu, mengalihkan kendaraan menuju tujuan yang ditentukan.
Bella mengerutkan dahinya, rasa penasaran terpancar dari matanya. "Madame Ciara siapa, Tuan Muda?" tanyanya, masih dengan nada menyebalkannya.
Tauke Muda, yang sudah mencapai batas kesabarannya, menoleh dengan tajam ke arah Bella. "Mau saya lakban saja mulut kamu?" sahutnya dengan nada sarkastik, menunjukkan betapa kesalnya dia.
"Ih, galak banget," gumam Bella, pura-pura tersinggung namun sebenarnya dia menikmati reaksi Tuan Muda.
Sesampainya di butik Madame Ciara, yang terkenal dengan kemewahan dan eksklusivitasnya, Bella hanya bisa mengucapkan "Wahh," kagum dengan keindahan dan kemegahan tempat itu, sambil matanya masih sesekali mencuri pandang ke arah Tuan Muda, menantikan reaksi selanjutnya dari lelaki yang berhasil dia goda itu.
"Bantu saya turun," ucap Tuan Muda datar. Sama sekali gak ada intonasi yang bagus untuk meminta tolong.
"Iya bentar." Bella dengan telaten langsung membantu Tuan Muda turun dari mobil ke kursi rodanya. Dengan pelan pelannya ia memposisikan Tuan Muda agar lebih nyaman duduk di kursi roda.
Bella menyesuaikan posisi kursi roda di depan pintu butik mewah itu, membantu Tuan Muda, seorang pemuda berwajah tegas dengan tatapan yang dingin. Setiap staf yang ada di butik langsung menundukkan kepala saat melihat kedatangan Tuan Muda, mengucapkan salam sambil menyembunyikan kegugupan mereka.
"Selamat datang, Tuan Muda," ujar salah satu staf dengan suara yang bergetar, tanda hormat dan takut yang mendalam.
Tiba-tiba, Madame Ciara, pemilik butik dengan aura karismatik, muncul dari balik tirai beludru.
Matanya melebar, terkejut melihat sosok Tuan Muda yang telah lama menghilang dari peredaran kini kembali. "Tuan muda, dalam hormat kami. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan suara yang mencoba terdengar tenang.
Tuan Muda menoleh sejenak kepada Bella, matanya menyiratkan perintah tanpa perlu berkata-kata.
"Carikan baju kerja kantor untuk dia," ucap Tuan Muda dengan nada yang tegas dan pasti. Bella, yang selama ini hanya sebagai pengasuhnya, terkejut mendengar perintah tersebut. Hatinya berdebar, tidak menyangka bahwa hari itu ia akan dipilih untuk mendapatkan penghormatan semacam itu. Bella tidak menyangka karena Tuan Muda akan membelikan dirinya baju.
Madame Ciara segera mengangguk dan memanggil beberapa asisten untuk segera membantu Bella.
"Baik Tuan Muda, akan saya carikan. Mari ikut saya Nona," ucap Madame Ciara pada Bella. Bella menoleh ke arah Tuan Muda seolah meminta izin.
"Ikuti Madame. Saya disini."
Sementara itu, Bella hanya bisa menelan ludah, merasa gugup tapi juga terhormat, menatap Tuan Muda dengan rasa syukur yang mendalam.
"Makasih Tuan Muda," ucap Bella.
********
Setelah membeli baju kantor sejumlah 3 pasang, Tuan Muda dan Bella kembali ke mobil mewah yang terparkir di sudut mal. Mereka berdua memasuki mobil dan siap untuk pulang ke mansion mewah dekat pesisir pantai.
Bella, dengan raut wajah yang berseri-seri, tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Ia melirik ke arah Tuan Muda sambil membentangkan salah satu baju yang baru dibeli.
"Ih, Tuan Muda repot-repot saja, mana mahal semua. Perhatian juga ya ternyata," ucap Bella dengan nada gembira sambil mengecek baju tersebut. Pakaian itu berkualitas tinggi dengan desain yang elegan, mencerminkan selera Tuan Muda yang apik.
Tuan Muda yang biasanya bersikap datar dan jarang menunjukkan ekspresi, kali ini hanya menoleh ke arah Bella.
Saat Bella membentangkan baju itu, secara tak sengaja kainnya sampai menutupi sebagian wajah Tuan Muda, membuatnya tampak seperti menyembunyikan ekspresi di balik kain tersebut.
"Bella perkutut! Astaga!" serunya dalam nada dinginnya. Tauke merasa terganggu dengan Bella yang terlalu ber euforia.
"Ih, kok perkutut sih," sahut Bella dengan nada kesalnya tapi terdengar ada sedikit rasa terhibur di dalam suaranya.
"Diam," ungkap Tuan Muda lagi. Meski jarang tersenyum, ada kilatan humor di mata Tuan Muda yang hanya bisa ditangkap oleh mereka yang mengenalnya dengan baik.
Perjalanan kembali ke mansion pun berlangsung dengan penuh tawa kecil dan percakapan ringan, sebuah momen langka bagi Tuan Muda yang biasanya lebih suka kesendirian. Bella, dengan keceriaannya, perlahan mampu mengikis sedikit demi sedikit tembok dingin yang selama ini mengelilingi hati Tuan Muda.
*********
Sesampainya di mansion, Lauren yang berusia hampir tiga tahun, dengan mata berbinar-binar dan tangan terbentang lebar, berlari menyambut Bella yang baru saja turun dari mobil.
"Ibuuuu!" teriaknya dengan antusias, lalu melompat ke dalam pelukan ibunya.
Bella tersenyum lebar, memeluk putrinya dengan hangat. "Halo sayang! Lama banget ya? Maaf ya, Ibu baru selesai membantu Tuan Muda," ujarnya, merasakan kasih sayang yang meluap dari kecilnya itu.
"Iya, Ibu. Lama cekayi, Lolen udah ocan anget," sahut Lauren dengan polos, menggunakan bahasa anak-anaknya yang menggemaskan.
"Ibu punya kejutan buat kamu, Sayang," kata Bella sambil menunjuk ke arah bagasi mobil.
"Apa, Bu? Apa?!" Lauren bertanya dengan penuh harap, matanya membesar penuh kegirangan.
"Ibu belikan kamu ayam katsu kesukaanmu," jawab Bella, membuat Lauren melonjak kegirangan.
"Aciik! Acih, Ibu!" seru Lauren, hampir terpekik. Dia memeluk Sakiya sekali lagi, kali ini dengan kekuatan penuh cinta dan terima kasih.
Sementara itu, Tuan Muda yang duduk di kursi rodanya, memberi isyarat kepada supir untuk mengambil sesuatu dari bagasi.
"Pak,tolong ambilkan di bagasi mobil," ucap Tuan Muda tiba-tiba
"Baik Tuan Muda." Sakiya bingung, Tuan Muda beli apa. "Beli apa Tuan?" tanya Bella dalam hatinya.
Supir itu kembali dengan sebuah kotak besar berwarna-warni di tangan, yang langsung menarik perhatian Lauren. "Untuk kamu," ucap Tuan Muda datar. Bintang 1 sangat tidak ramah dengan anak kecil. Tuan Muda memberikan kotak itu kepada Lauren.
"Waaaahhhh acih om!"
Lauren membuka kotak dengan cepat dan terkejut melihat mainan baru di dalamnya. Wajahnya berubah menjadi ekspresi takjub dan kegembiraan yang tak terhingga.
"Wow! Mainan bayu! Acih, Om!" Dia lari kecil menghampiri Tuan Muda dan memberikan pelukan kecil sebagai tanda terima kasih.
Karena merasa risih, Tuan Muda melepaskan pelukan Lauren anak kecil itu yang hanya menyalurkan rasa terimakasihnya.
"Lepasin saya."
Lauren terdorong beberapa langkah mundur membuat Bella kaget. "Tuan?" tanyanya lirih sembari memberikan kode jangan kasar dengan anaknya.
"Dasar batu empedu! Kaku banget jadi orang, mending jadi orang orangan sawah sekalian," ungkap Bella dalam hati.