Area dewasa karena ada adegan kekerasan dan dewasa. Harap bijak memilih bacaan sesuai umur.
"Aku akan mengambil semua milikmu hingga kau menangis darah dan bahkan melenyapkanmu dari dunia ini," LARA TAFETTA
Menceritakan tentan gadis bernama Lara yang menjalani hidupnya dengan begitu banyak ujian berat. Mengalami tindakan pembullyan hingga fitnah yang didapatnya dari seseorang yang membencinya hingga membuat Lara kehilangan semua impiannya yang telah dibangunnya selama bertahun-tahun.
Hal itu akhirnya merubah Lara menjadi gadis tanpa empati dan penuh dendam.
Pertemuannya dengan Phoenix Riley Robert, membuat Lara memanfaatkannya untuk membalas dendam pada seseorang yang sangat dibencinya.
NO PERSELINGKUHAN seperti biasanya dan LATAR LUAR NEGERI karena ada beberapa adegan dewasa di dalamnya.
Hanya karya author receh yang tulisan/PUEBI jauh dari sempurna... tapi dijamin alurnya menarik..😁 semoga sukaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#25
"Lara, aku hanya 2 hari di sini. Sudah terlalu lama kau di Eropa. Aku ingin kau menemaniku ke Amerika dan menempatkanmu di perusahaan pusat beberapa bulan saja," ucap Silas di sela makan siangnya.
"Baik, Uncle," jawab Lara datar seperti biasanya.
"Kurangi kegiatan malammu. Jaga kesehatanmu. Bukankah aku sudah membebaskanmu berteman dengan siapapun?" ucap Silas.
"Aku tak membutuhkan siapapun, Uncle," jawab Lara sambil menikmati makan siangnya.
"Kesehatanku sangat baik. Uncle jangan khawatir. Aku baik-baik saja," lanjut Lara.
Silas menganggap Lara seperti putrinya sendiri. Kepribadian Lara yang dingin sebenarnya cukup membuat nyaman Silas karena pada dasarnya Silas tak suka banyak bicara dan disiplin.
Tetapi Silas juga sedikit khawatir tentang kehidupan pribadi Lara yang terkesan angkuh dan tak membutuhkan siapapun.
Meskipun Silas mempunyai beberapa bisnis gelap, tetapi Silas tak ingin Lara menangani hal itu juga. Silas memberikan tanggung jawab pada Lara untuk mengelola audit 10 perusahaan legalnya di Eropa.
Lara adalah akuntan terbaiknya saat ini dan salah satu orang kepercayaan Silas untuk menangani beberapa perusahaan pentingnya.
"Apa yang kau cari dalam hidupmu?" tanya Silas yang sudah menyelesaikan makan siangnya.
"Tidak ada. Hanya hidup nyaman dan kaya, itu sudah cukup bagiku. Aku tak mau menjadi miskin lagi. Hidupku hanya untuk berkerja dan bekerja," jawab Lara sambil menaruh pisau dan garpunya di atas piringnya.
"Kau ingin menjadi sepertiku? Hidup sendirian di usia tua? Percayalah, itu sangat menyedihkan, Lara," ucap Silas.
"Aku lebih suka seperti itu, Uncle. Hidup kaya raya di usia tua dan tak memiliki beban apapun. Uncle bisa pergi kemanapun yang uncle suka. Aku ingin seperti itu," kata Lara.
Silas tertawa menanggapinya.
"Meskipun aku berasal dari dunia hitam yang kelam, tapi aku tak ingin kau menjadi sepertiku, Lara," ujar Silas.
Lara tak menanggapinya dan hanya diam menatap Silas.
"Siapkan semua keperluanmu. Besok lusa kita akan berangkat ke Amerika," kata Silas.
"Ya ... permisi, Uncle," ucap Lara dan beranjak dari tempat duduknya kemudian berjalan menuju kamarnya.
Silas melihat kepergian Lara dan menatap punggungnya. Dulu, Silas tak salah memilih Lara menjadi salah satu tangan kanan terpintarnya.
Lara bahkan sudah cukup mahir dalam strategi dan transaksi bisnis mewakili Silas jika Silas berada di luar negeri.
Silas juga menyediakan bodyguard untuk Lara meskipun Lara sudah cukup mahir bela diri.
Semua orang kepercayaan Silas memang dibekali ilmu beladiri yang mumpuni karena bisnis Silas lumayan bersinggungan dengan banyak mafia. Dan Lara kini sudah terbiasa dengan hal itu.
Lara memasuki kamarnya dan mulai merapikan barang-barangnya yang tak terlalu banyak itu yang kemudian memasukkannya ke dalam koper besar.
Lara tak membawa semua pakaiannya karena dia akan membelinya di Amerika nanti. Tetapi satu hal yang tak pernah ditinggalkan oleh Lara.
Lara selalu membawa dua jaket kesayangannya kemanapun dia pergi sekalipun ke luar negeri untuk urusan bisnis.
Entah mengapa dia merasa nyaman dan tenang jika membawa jaket itu kemanapun. Lara masih sering memakainya dan dia sudah tak bisa mencium wangi parfum dari jaket itu lagi setelah 8 tahun berlalu.
Lara kemudian memakai jaket warna coklat dan pergi ke arah balkon. Dia duduk di kursi sembari melihat pemandangan taman belakang mansion Silas yang sanamgat luas itu.
'Bahagiakah aku? Ya, aku bahagia karena hidupku tak kekurangan lagi dan tak diinjak-injak oleh orang lagi,' batin Lara.
Hanya hal itu yang terpatri kuat di otak Lara. Dia berpikir bahwa hidup yang dipilihnya saat ini adalah benar, karena Lara merasa kehidupannya menjadi baik-baik saja karena hal itu.
Lara akan tetap menjadi orang dengan sedikit empati dan cuek luar biasa. Dia hanya akan membantu orang jika memang itu menyangkut pekerjaannya. Dia takut jika mengubah prinsip hidupnya itu, dia akan menjadi Lara yang lemah dan terinjak-injak lagi.
JANGAN LUPA LIKE KOMEN VOTE FAVORIT DAN HADIAH YAA... ❤❤❤
semoga bapakmu ga kena serangan jantung lagi
hancur kan kesombongan davina, biarkn jatuh miskin jd tau rasanya jd orng miskin.. biar ga songong
sabar Lara,,buat dirimu lulus dgn predikat nilai terbaik. dan lepas dr jerat orng busuk, lalu balas dendam😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈
aku dukung onlen😁😁
susah liat org seneng dan seneng liat org susah 😀😂