Kayvan Hadi Wijaya, pria berusia 24 tahun.
seorang pria tampan berdarah campuran.
ia adalah satu satunya pewaris kerajaan bisnis sang ayah
" WIJAYA GROUP "
Namun percayalah,
menjadi seorang pewaris tak serta merta membuatnya bahagia dan tenang.
segala aturan dan beban tanggung jawab yang di timpakan di pundaknya menjadikan seorang Kayvan Herald Hadi Wijaya menjadi seorang raja jalanan.
ia lebih nyaman berada di jalanan dan melakukan balap liar serta tawuran dan masih banyak hal mengerikan lain yang ia lakukan bersama anak buahnya yang lain, ketimbang duduk manis di atas kursi bundarnya.
namun tiba tiba hidupnya berubah, dunianya seolah teralihkan ketika tanpa sengaja ia bertemu dengan seorang gadis bernama Zalwa Aisyah Mawardi.
gadis cantik berusia 22 tahun,
Zalwa seorang yatim piatu.
sayangnya, Zalwa telah bertunangan.
hasrat Kayvan yang ingin memiliki gadis itu membuatnya gelap mata.
ia tak lagi peduli meski gadis itu tak mencintainya, meski gadis itu telah bertunangan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 28 tak tega
Mata Zalwa menatap ke arah darah yang terus menetes dari lengan pria di hadapannya itu.
" kau terluka ?! " tanya Zalwa pelan.
Kayvan tersenyum miring.
" tidak usah sok perduli " jawab Kayvan ketus.
Zalwa bangkit dari duduknya dan melangkah mendekat kepada Kayvan yang masih duduk di tempatnya semula.
" darahmu terus menetes, lukamu harus di obati " kata Zalwa tanpa menghiraukan jawaban Kayvan yang ketus kepadanya.
" katakan padaku, dimana kotak p3k milikmu " tanya Zalwa.
" cukup...aku tak suka di kasihani,
Meski darahku mungkin nanti habis, tapi aku masih bisa membunuh siapapun...kau dengar !! " Kayvan berteriak keras di hadapan Zalwa.
Zalwa kembali termundur kebelakang.
Wajah gadis itu menatap Kayvan dengan penuh tanda tanya.
Ia hanya ingin membantu, tidak lebih....
Tapi kenapa pria itu begitu marah kepadanya.
Ada apa sebenarnya dengan pria di hadapannya itu.
Kenapa emosi pria itu seakan tak terkontrol.
Kayvan menendang meja di hadapannya, kemudian ia melangkah pergi dan berlalu dari tempat itu.
Meninggalkan Zalwa yang berdiri terpekur di tempatnya.
Setelah Kayvan pergi begitu saja meninggalkannya sendirian di tempat itu.
Mencoba memahami apa yang sebenarnya sudah terjadi
Zalwa duduk termangi di sofa sendirian.
Mencoba memahami apa yang sebenarnya telah terjadi.
kembali mengingat ingat, apa dirinya telah berbuat kesalahan terhadap pria itu ?!
Kenapa pria itu seolah selalu menyimpan amarah kepadanya.
Sementara di ruangan lain,
Kayvan sedang duduk menatap jendela kaca di hadapannya.
Tatapan matanya menatap lurus ke arah pemandangan di luar sana.
Hamparan gedung gedung bertingkat pencakar langit terbentang luas di depannya.
Sedangkan di bawah sana, jalanan panjang beraspal bagai ular yang meliuk liuk.
Cahaya sore matahari yang menempa jalan beraspal menimbulkan kesan mengkilap di sana.
" akh....!! " Kayvan berteriak tertahan.
Tangannya mengepal erat dan rahangnya kembali nampak mengeras.
Hatinya tiba tiba kembali terasa sakit kala ia kembali teringat senyuman indah Zalwa untuk seseorang itu di lobi samping perusahaannya.
Zalwa yang lebih memilih memalingkan wajahnya ketimbang melihat dirinya.
Kembali ia teringat pada wajah bahagia gadis itu di kafe juga pada pria yang sama itu.
" kenapa rasanya begitu sakit sekali mengingat dia memberikan senyumnya kepada orang lain ?!
apa yang sebenarnya yang sudah aku rasakan padanya?! " tanya Kayvan pada dirinya sendiri.
Itulah sebenarnya sumber kemarahan Kayvan pada Zalwa.
Kejadian saat pertama kali mereka bertemu,
Sesuatu yang di sadari oleh Kayvan namun tidak dengan Zalwa.
Gadis itu tak pernah tahu akan adanya seseorang yang diam diam memperhatikannya dan sakit hati melihat senyumnya untuk Zakaria.
"aku tidak perduli, jika aku ingin...maka aku harus mendapatkan " kata Kayvan kemudian dengan wajah menyeringai.
Pria itu kembali menatap ke arah luar jendela sebelum akhirnya ia merasakan sakit dan perih pada kedua lengan tangannya.
Pria itu mengangkat kedua lengannya dan melihat kedua lengan kemejanya mulai memerah terkena noda darah.
Mata pria itu tak berkedip menatap lengan kemejanya yang sudan ternoda oleh darahnya sendiri itu.
Darah yang keluar akibat luka luka karena pecahan kaca meja di kantornya.
Sekilas ia teringat pada pertanyaan Zalwa kepadanya tentang luka itu.
" apa kau benar benar bertanya karena kau khawatir dan peduli padaku....?! " suara tanya Kayvan kepada dirinya terdengar lirih.
Senyum tanpa sadar tersungging di bibir pria tampan berwajah dingin itu.
Kemudian Kayvan terlihat menyingsingkan ke dua lengan bajunya dan mulai mengobati luka lukanya sendiri.
Cukup lama pria itu membersihkan luka lukanya sendiri, sebelum akhirnya ia pun keluar dari ruangan itu.
Kayvan terus melangkah menuju ruangan di mana tadi ia meningglkan Zalwa sendirian.
Langkah pria itu terhenti.
Matanya tak berkedip menatap sesosok tubuh yang duduk di sofa yang ada di ruangan dengan mata tertutup.
Zalwa tertidur sambil duduk di sofa.
Hati Kayvan terasa menghangat melihat gadis itu memejamkan matanya dan terlihat begitu damai.
Kecantikan gadis itu semakin terlihat dengan jelas di matanya.
Perlahan Kayvan melangkah maju, kembali pria itu menatap wajah lembut Zalwa.
" siapa kau sebenarnya....kenapa kau bisa membuatku bahkan seakan tak mengenal diriku sendiri saat bersamamu " kata Kayvan pelan.
Perlahan Kayvan mulai merunduk dan mengulurkan kedua tangannya untuk mengangkat tubuh lunglai Zalwa yang tertidur di sofa.
Kayvan mengangkatnya dan kemudian membawanya menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya.
Sampai di kamar, pria itu meletakkan gadis itu dengan hati hati di atas tempat tidur.
Pria itu kemudian menyelimuti tubuh Zalwa.
Menghidupkan AC dan mematikan lampu kamar.
Sejenak pria itu berdiri di sisi pembaringan dan kembali menatap wajah damai Zalwa yang masih terlelap.
" kenapa rasanya aku begitu damai melihatmu berada di sekitarku ?!
apa aku mencintaimu ?! " tanya Kayvan pada dirinya sendiri.
Kemudian,
Setelah beberapa saat ia menatap wajah Zalwa, pria itu nampak memutar tubuhnya dan melangkah menuju pintu.
Klek....
Kayvan keluar dari kamar itu dan meninggalkan Zalwa yang masih terlelap sendirian di kamar itu.
Matahari hampir saja tenggelam di ufuk barat ketika Zalwa terbangun dari tidurnya.
Matanya mengedar ke seluruh ruangan.
Ia tak melihat siapapun di sana,
Maksudnya adalah pria itu.
Kayvan....
Zalwa menghembuskan nafas lega.
tatapan mata Zalwa berhenti pada jam yang mengantung di dinding kamar itu.
" astaghfirullahaladzim..." pekiknya tertahan,
Gadis itu turun dari tempat tidur dengan gerakan cepat hingga
" aww...." Zalwa meringis menahan sakit ketika kakinya terasa terkilir,
Selain itu tubuhnya yang hampir terjatuh menyentuh lantai karena salah satu kakinya yang tersangkut selimut terasa di tangkap seseorang.
Aroma wangi seseorang yang sudah ia hafal.
" kenapa kau selalu ceroboh ?! " sentak Kayvan yang entah sejak kapan tiba tiba telah berada di sana dan kini sedang menangkap tubuh Zalwa.
Zalwa mendongak,
Rasanya ia tak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini.
Bukannya tadi tidak ada siapapun di kamar ini,
Lalu....
Kenapa ada dia di sini sekarang ?!
Tanya Zalwa bertanya dala hati.
" aku belum shalat.." jawab Zalwa sembari menarik tubuhnya dari pelukan Kayvan.
" ckk...masih setengah lima, kau masih punya banyak waktu " jawab Kayvan sambil menarik kedua lengan Zalwa padanya.
" mau apa kau ?! " tanya Zalwa parno karena Kayvan seolah bersiap hendak menggendongnya.
Dan benar saja,
Pria itu memang mengangkat tubuhnya,
Zalwa kian ketakutan.
" mau apa lagi kau, turunkan aku !! " pekik Zalwa ketakutan.
" ckk...diamlah " jawab kayvan sambil melangkah ke arah sofa dengan Zalwa di gendongannya.
Sampai di sofa pria itu kemudian mendudukkan Zalwa di sana.
Tak lama,
Kayvan berjongkok di hadapan Zalwa,
" mana yang sakit ?! " tanya pria itu kemudian sambil mendongak menatap gadis di hadapannya itu.
Sejenak mata keduanya bertemu,