Dokter Kesayangan CEO Arogan

Mendapati orang tuanya di sebuah ruangan yang tidak terlalu besar, Steven dan Allard langsung masuk ke dalam. Mereka menatap sedih pada ibunya yang terbaring di ranjang kecil.

"Mama!"

Allard bergegas mendekat pada Mega yang tengah memejamkan bola matanya.

Mega langsung membuka matanya ketika mendapati suara yang tidak lagi asing didengarnya.

Allard! Kamu datang nak?"

Mega langsung bangkit sembari menangis.

Allard langsung menghambur memeluk Mamanya.

"Ma! Apa yang sudah terjadi? Kenapa bisa seperti ini?" tanya Allard.

"Ini semua gara-gara anak sialan itu. Dia bener-bener nggak tau diri. Dia sangat jahat, entah apa yang sudah membuatnya seperti itu. Bahkan dia sangat kasar pada kami," pungkas Mega mengadu pada anak sulungnya.

Steven mengangakan mulutnya, ketika Mamanya mengadu pada Allard tentang kejelekannya.

"Ma! Kenapa Mama tega ngomong kayak gini ke aku sih Ma. Emangnya apa yang sudah kulakukan hingga Mama marah banget, sama aku," celetuk Steven.

"Apa kamu nggak kerasa, kamu sudah membuat Mama dan nenek kamu malu di depan keluarga Alexander. Kamu sudah menolak cucunya, kamu sudah menghinanya. Apa kamu pikir ucapanmu itu benar? Kamu itu bener-bener sudah nggak ngotak," cercah Mega.

"Jadi hanya karena hal ini Mama sangat marah padaku. Aku memang tidak mau dijodohkan dengan gadis itu Ma. Dia itu bukan tipeku," jawab Steven.

"Bukan tipemu kau bilang? Terus tipemu yang seperti apa?" tanya Mega.

"Kalau tipeku yang jelas cantik, menarik dan tentunya pinter," jawab Steven.

"Lantas kekurangan Ayuna apa?" tanya Mega beranjak duduk di brankar.

"Pokoknya dia bukan tipeku Ma. Aku nggak suka sama cewek galak dan nggak tau diri itu. Aku sama sekali tidak menyukainya Ma. Aku punya pilihan lain yang akan kunikahi, jadi stop jodohin aku dengan dia."

"Astaghfirullah hal adzim."

Mega dan Allard menggelengkan kepalanya.

"Jadi seperti itu penilaianmu terhadapnya. Ok, Mama tidak akan maksain kehendakmu lagi. Asal kamu ingat saja perkataan Mama ini, 'jangan pernah menyesal.'

Mega tidak pernah menyangka kalau anaknya sesombong itu. Bahkan gadis polos baik-baik dianggap buruk di matanya.

"Mama tegaskan sekali lagi padamu. Semua aset perusahaan, dan aset keluarga masih atas nama kakekmu, Moffat. Tapi kalau kamu sudah tidak menurut lagi apa yang orang tua katakan, berarti kamu juga harus bersiap-siap angkat kaki dari rumah itu."

Mega memberikan ancaman pada Steven.

Steven membelalakkan bola matanya, terkejut dengan ancaman yang diberikan oleh Mamanya.

"Ma! Mama nggak serius kan Ma. Aku ini anakmu Ma. Bagaimana mungkin hanya karena hal sepele seperti itu aku diusir dari rumah. Mama lebih memilih perempuan itu dibandingkan dengan anakmu sendiri. Keterlaluan."

Steven mengumpat kasar dengan berkacak pinggang. Hatinya bener-bener dibuat dongkol oleh perkataan dari Mamanya.

"Stev! Jaga ucapanmu itu. Ingat Stev, di dunia ini kita cuma punya Mama. Kita udah nggak ada Papa lagi. Jangan kamu bikin Mama stres dengan kelakuanmu itu. Apa salahnya jika kamu dijodohkan dengan gadis pilihan nenek, aku rasa mereka nggak akan jodohkan kamu dengan orang yang salah. Apa kamu mau hidup semaunya sendiri, karena memilih orang yang salah dan membuatmu menjadi gelandangan di jalanan. Mau kamu?"

Allard memberikan teguran keras pada adiknya. Steven yang memiliki sifat keras kepala, dan selalu teguh pada pendiriannya, dia tetap saja tidak mau mengalah.

"Pokoknya sekali enggak, ya tetap enggak. Aku tidak akan mau dijodohkan dengan dia, jadi jangan pernah paksa aku. Aku punya pilihan sendiri dan aku pun berhak menentukan nasibku sendiri."

Steven langsung bergegas keluar dari ruang rawat Mega.

Tangis Mega seketika pecah ketika mendapatkan penolakan dari anaknya. Dia sangat dibuat kecewa dengan sikap anaknya yang sangat sulit untuk diatur.

"Dasar anak durhaka kamu! Keterlaluan kamu Stev!"

Mega memekik keras menatap kepergian Steven yang sudah keluar dari dalam pintu.

"Ma! Sudah Ma. Jangan menyumpah serapahi Steven. Biar bagaimanapun juga, Stev itu anaknya Mama. Mama akan menyesal kalau sampai Steven celaka. Biarkan saja dia hidup semaunya sendiri, abaikan saja kata-katanya. Jangan diambil hati ya Ma."

Allard mencoba memberikan ketenangan pada Mamanya yang tengah dirundung nestapa.

"Allard! Mama cuma nggak ingin Steven salah jalan nak. Mama juga ingin mengabulkan permintaan nenek kamu untuk menjodohkan Steven dengan Ayuna. Mama sudah banyak berhutang budi pada gadis itu nak, walaupun dia sudah dimaki-maki oleh adikmu, dia masih menolong nenekmu tanpa memikirkan perasaannya."

Mega kembali menangis, Allard yang tidak tega, diapun langsung mendekat dan memeluk Mamanya.

"Ma! Kalau memang Steven tidak mau dijodohkan dengan Ayuna, bagaimana kalau aku saja yang menjalaninya. Aku ikhlas Ma, kalau hal ini bisa menebus kesalahan Steven pada gadis itu," celetuk Allard.

Mega pun seketika menghentikan tangisnya, diselingi isakan kecil, dia menatap sendu pada putra sulungnya.

"Allard! Benarkah ucapanmu itu. Apa kamu yakin dengan ucapanmu itu. Bukankah kamu sendiri juga sudah punya kekasih, bagaimana dengan kekasihmu, jika kamu memilih untuk Mama jodohkan dengan Ayuna. Mama tidak ingin membebanimu dengan perjodohan ini. Karena Mama sangat yakin, kekasihmu itu gadis baik-baik, tidak seperti kekasih Steven. Mama tahu betul kalau perempuan itu tidak mencintai Steven, Mama rasa dia hanya memanfaatkan Steven, karena Steven memiliki banyak uang."

"Ma, aku nggak papa kalau itu buat Mama bahagia. Aku juga ingin melihat nenek sembuh. Mungkin dengan aku menikahi gadis itu, nenek juga akan segera sembuh," tutur Allard.

"Tapi nak, bagaimana dengan perasaanmu. Kamu sangat mencintai Vina, dan bagaimana dengan perasaan Vina. Kalian akan sama-sama terluka," celetuk Mega.

"Kalau Mama memikirkan tentang kebahagiaan kami, lantas kenapa Mama memaksa Steven. Apa bedanya Ma?" tanya   Allard.

"Ya jelas beda lah Al, karena adikmu berada di tangan yang tidak tepat. Dia seorang model, yang Steven sendiri juga nggak tahu gelagatnya. Kalau Mama sih yakin banget, kalau Steven hanya dimanfaatkan saja sama pacarnya itu," jawab Mega.

Obrolan mereka dibuyarkan dengan kedatangan Ayuna yang membawa makanan dan juga minuman untuk Mega.

"Permisi," ucap Ayuna langsung masuk ke ruang rawat Mega.

"Iya dokter, mari silahkan masuk," jawab Mega.

Ayuna berjalan mendekat pada Mega sembari tersenyum padanya.

"Ibu, ini saya bawakan makanan ya? Sekarang ibu makan dulu," tutur Ayuna.

"Ya ampun dokter, kenapa musti repot-repot," ucap Mega.

"Enggak ibu, kebetulan aku keluar sebentar untuk membelikan minuman Papaku, jadi sekalian beliin ibu," celetuk Ayuna.

"Terimakasih ya dokter," ucap Mega.

"Iya bu," jawab Ayuna.

Allard menatap Ayuna yang tengah memberikan makanan pada Mamanya. Dia tidak tahu siapa sosok gadis yang tengah mengobrol dengannya.

"Oh ya Al, ini Mama mau kenalin kamu, dia ini dokter Ayuna, dokter yang sudah merawat nenek kamu," ucap Mega.

"Oh ya? Hallo dokter. Saya Allard, anaknya Mama Mega," ucap Allard menjabat tangan Ayuna.

"Hallo juga, saya Ayuna," jawab Ayuna membalas jabat tangan Allard.

"Allard! Ini gadis yang dijodohkan sama adik kamu. Dia Ayuna yang akan menjadi menantu Mama, tapi karena adik kamu tidak tahu diri, dia telah membuatnya sakit hati."

'Oh, jadi ini yang namanya Ayuna. cantik juga dia?'