Demi bakti ku kepada Ayah aku bersedia memenuhi keinginannya untuk menikah dengan lelaki pilihan Ayah ia juga alah satu orang kepercayaan Ayah, namun kini ia membawa mawar lain masuk kedalam rumah tangga kami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EVI NOR HASANAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kopi manis rasa cinta
Tok Tok
"mas aku masuk yaa" ucap Ambar sambil memutar gagang pintu.
"masih lama mas?"
"nggak bentar lagi ada apa? Kenapa nggak tidur aja?"
"baru juga jam delapan masa aku di suruh tidur?"
"ini aku bawakan kopi hitam sama cemilan, tadi sempat bikin begitu jadi langsung aku antar ke sini mau nyobain nggak?" ucap Ambar dengan meletakkan nampan berisi kopi dengan asap yang masih mengepul dan brownies buatannya.
Seno merasakan ada hawa dingin yang menyapa kulitnya itu pun langsung menyeruput kopi hitam buatan sang istri, rasanya pas tidak terlalu manis namun tidak terlalu pahit.
Jika di kantor OB dan orang kantin yang tau kopi seleranya seperti apa, namun Ambar adalah perempuan pertama yang tahu kopi kesukaannya tanpa ia yang menjelaskan.
"pahit nggak mas kopinya?" tanya Ambar dengan wajah penasaran.
"nggak kok manis" ucap Seno.
"semanis apa mas?"
"cinta" tanpa sadar Seno menjawab pertanyaan dari Ambar, sedetik kemudian ia tersadar sontak saja ma ta nya membulat lalu ia mengusap tengkuk yang tak gatal, guna menghilangkan rasa gugup karena ia salah bicara.
"m-maaf" ucap Seno dengan wajah bak kepiting rebus.
Merah merona di wajah Seno tertangkap oleh pupil mata Ambar dan sontak saja gadis yang bergelar istrinya itu tertawa terbahak- bahak.
"ha ha ha... Wajah mu mas ha ha ha..."
"heh sudah jangan terlalu banyak tertawa nanti perut mu keram" ucap Seno mengingatkan Ambar.
Namun Ambar tak mengindahkan perkataan Seno ia masih menikmati rona merah di wajah Seno akibat salah ucap.
"aduh perut ku..." ucap Ambar memegangi perutnya sambil membungkukkan badan.
"nah kan ayo ku bantu kamu berdiri rebahkan dulu badan mu di kasur ku" ucap Seno seraya memapah Ambar ke arah ranjang yang terdapat di kamar tamu tersebut.
Setelah Ambar merebahkan tubuh nya Seno membuka tas kecil yang berada di atas meja.
"nih usapkan di perut mu agar mengurangi rasa keram nya" ucap Seno menyerahkan minyak angin dengan botol berwarna hijau.
Ambar segera menerimanya dan ia langsung membuka baju di bagian perutnya dan mengoleskan minyak angin tersebut di area perutnya.
Seno yang melihat pemandangan tersebut nyaris saja khilaf jika ia tidak langsung membalikan badan menghadap tembok.
Ambar yang mengetahui pergerakan Seno ia baru menyadari bahwa perlakuannya tadi sangat lah tidak seno noh.
"ma- maaf mas nggak sengaja, lupa kalau kamu ada di sini" ucap Ambar menggigit bibir bawahnya.
Seno berdehem untuk menetralkan perasaannya jika saja Ambar tahu jantungnya kini berdebar kencang ia akan sangat malu.
"khm... Sudah?"
"iya mas sudah terimakasih" ucap Ambar langsung bangkit dari kasur.
"kamu langsung tidur saja ini sudah malam, jika butuh sesuatu hubungi aku" ucap Seno menyerahkan nomor telepon yang tadi sudah ia tuliskan di kertas.
Ambar hanya mengangguk dan menerima kertas tersebut sambil beranjak keluar dari kamar yang di tempati oleh Seno.
Ambar dan Seno memang serumah namun mereka belum memiliki kontak satu sama lain.
*****
Malam ini hujan turun sangat deras di selingi dengan kilat dan gemuruh, Ambar yang sedari kecil yang takut akan suara gemuruh dan kegelapan pun tidak dapat memejamkan mata.
Klik...
"aaaaaaaa.... Mas Seno tolong...." teriak Ambar spontan karena ia terkejut dengan lampu yang padam.
Didalam selimut tubuhnya meringkuk menggigil ketakutan sambil menyebutkan nama Seno suaminya.
Seno yang masih belum terlelap pun terkejut mendengar suara teriakkan Ambar dari sebelah kamarnya, memang kamar Ambar dan kamar yang di tempati Seno bersebelahan.
Langsung saja Seno berlari keluar kamar untuk melihat keadaan Ambar.
Ternyata di luar sudah ada Bik Inem dan mbak Asih, mereka ingin masuk namun ragu lalu Bik Inem menjelaskan fobia yang di miliki oleh nona nya itu pada Seno.
Menurut Bik Inem sekarang Seno lah yang berhak menemani Ambar karena mereka sudah sah, dulu sewaktu Pak Bambang dinas keluar kota Bik Inem dan mbak Asih lah yang akan bergantian menemani Ambar.
Bik Inem meminta tolong pada Seno untuk menemani nona mereka.
Langsung saja Seno mengetuk pintu kamar milik Ambar namun tak ada jawaban hanya suara lirih seperti berbisik yang di dengar oleh ketiga orang tersebut.
Lalu Seno memutar gagang pintu yang ternyata tidak terkunci, langsung saja Seno masuk kedalam kamar istrinya itu.
Bik Inem dan mbak Asih meninggalkan kamar pasutri tersebut.
Di dalam kamar Seno mendengar suara yang lirih seperti suara orang berbisik, ia mencoba mempertajam pendengarannya dan suaranya berasal dari balik selimut yang di pakai istrinya.
Seno mendekat ke arah di mana istrinya berada, dan ia mendengar suara istrinya yang memanggil namanya ia sempat terharu ternyata namanya lah yang di sebutkan istrinya.
"mas Seno tolong aku takut" ucap Ambar dari balik selimut.
"Ambar ini aku Seno, aku buka selimutnya ya" perlahan Seno membuka selimut yabg di gunakan istrinya.
Ia melihat wajah istrinya tertutupi oleh helaian rambut, ia mencoba menyingkirkan rambut si4l4n yang menutupi kecantikan wajah serta pipi chubby istrinya itu.
Jari telunjuk nya menyentuh bagian dahi Ambar dan di rasa panas, lalu ia memegang dahi istrinya menggunakan punggung tangan untuk memastikan.
Dan benar saja badan Ambar demam Seno bergegas keluar dari kamar ambar menggunakan flash di ponselnya setelah beberapa menit meninggalkan Ambar, ia kembali membawa nampan yang terdapat baskom yang berisi air hangat, handuk kecil untuk mengompres serta air minum dan obat penurun panas.
Ini semua sudah di siapkan Bik Inem karena ia sangat tahu jika nona nya itu merintih akan di pastikan kalau ia demam, dan benar saja dugaan Bik Inem.
Seno segera meletakan nampan di atas meja dan mulai memeras handuk kecil untuk mengompres dahi istrinya.
Ambar yang merasa ada sesuatu yang hangat dan basah mengenai dahi nya langsung membuka mata dan bangkit dari tidurnya, ia yang melihat adanya Seno berada di depannya tanpa ba bi bu langsung memeluk erat Seno dan menangis.
"aku takut mas hu hu hu"
"aku di sini nggak usah takut" ucap Seno sambil menepuk punggung istrinya.
Ada rasa senang karena di peluk oleh istrinya dan ada rasa was- was karena da da bidangnya terganjal gump4l4n d4ging empuk milik istrinya.
"kamu minum obat dulu ya baru tidur lagi" ucap Seno melerai pelukan istrinya dan mengambilkan air minum beserta obat penurun panas.
Ambar hanya menerima dengan membuka mulutnya dengan Seno yang menyuapkan obat dan menyerahkan gelas berisikan air minum, setelah Ambar selesai meminum obatnya Seno langsung merebahkan tubuh istrinya.
"mas jangan tinggalkan aku, aku takut" ucap Ambar dengan ma ta berkaca-kaca.
"nggak aku disini kamu tidur yaa" ucap Seno dengan posisi setengah duduk yang perutnya di peluk oleh lengan Ambar.
Seno yang ikut terlelap pun tak sadar jika badannya melorot dan kepalanya menyamai kepala Ambar dan jadilah seperti mereka berpelukan.
Nggak pa pa lah yaa kan udah halal...
Hujan pun semakin deras di iringi dengan gemuruh sepasang suami istri itu tanpa sadar mempererat pelukan mereka masing- masing seolah mencari kehangatan.
Ambar yang biasa terbangun malam untuk melaksanakan dua rakaat di kejutkan oleh tangan kekar yang memeluk perutnya dari belakang, ia nyaris saja berteriak namun sedetik kemudian ingatannya kembali itu membuat ia tidak jadi berteriak.
Ambar dengan perlahan memindahkan lengan suaminya itu dari perutnya, setelah berhasil ia pun bangkit menuju kamar mandi untuk membersikan diri.