NovelToon NovelToon
Sepucuk Surat

Sepucuk Surat

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Konflik etika / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Keluarga
Popularitas:33.7k
Nilai: 5
Nama Author: rahma qolayuby

"Patah hati yang menyakitkan itu, ketika kita menunggu ketidakpastian."

(Sinta Putri Adam)

---------------------------------------------------------------------------

Tidak ada cinta. Namun, anehnya ku sematkan dia di setiap doa ku.
Lucu bukan? tapi itulah kenyataannya.

Enam tahun, ku jaga hati untuk dia yang dulu datang dengan janji manis. Memberikan sepucuk surat cinta dan cincin sebagai tanda ikatan. Hingga hari, di mana berjalan dengan cepat, kami bertemu. Namun, enam jam aku menunggu seperti orang bodoh, dia tidak datang. Jika sudah begini kemana harapan itu pergi. Aku kecewa, sakit, dan merasa bodoh.

"Aku membenci mu Muhamad Farel Al-hakim."

"Aku membencimu."

Ikutin kisahnya yuk hu...

IG: Rahma Qolayuby

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 Gara-gara telepon

"Cari saya?"

Deg!

Yandi terkejut dengan refleks berbalik. Mata Yandi semakin membulat tatkala melihat siapa yang ada di hadapannya sekarang.

Sinta yang baru keluar ruang operasi langsung menuju ruangannya guna istirahat sejenak. Tapi, siapa sangka Sinta melihat punggung seseorang yang sedang mengetuk pintu ruangannya.

Sinta sedikit terkejut ternyata orang yang mengetuk pintu ruangannya adalah anak pasien yang pernah Sinta rawat.

"Mm, bukankah anda putra dari pasien yang bernama Bu Minah?"

Tanya Sinta memperjelas takut salah. Tapi, ingatan Sinta masih jelas mengenali wajah Yandi.

"I-iya. Apa dokter pemilik ruangan ini?"

"Betul. Kenapa?"

"Tidak. Apa di rumah sakit ini hanya dokter doang yang bernama Sinta ..,"

Putri Adam, lanjut Yandi dalam hati ketika melihat name tag dengan jelas di jas Sinta.

"Betul. Ada yang saya bisa bantu?"

"Tidak. Saya hanya mau mengantarkan makanan ini."

Sinta menautkan kedua alisnya menatap kotak makan yang di angkat Yandi.

"Jadi, dia yang sering mengantar kotak makan dari kak Farel."

Batin Sinta baru tahu dan sedikit terkejut. Karena tak enak mengobrol sambil berdiri Sinta mempersilahkan Yandi masuk ke dalam ruangannya. Karena tamunya laki-laki maka Sinta membiarkan pintunya terbuka.

"Saya baru tahu jika kak Farel ternyata menyuruh anda yang setiap hari mengantar makanan ini."

"Terimakasih banyak, maaf sudah merepotkan."

Sinta merasa tak enak pada Yandi. Walau Sinta sangat bersemangat dan senang akan perhatian yang di berikan Farel. Tapi, Sinta juga tak mau merepotkan orang lain apalagi sudah tahu siapa yang selalu mengantar kotak makan itu.

Yandi hanya diam saja, Yandi masih tak menyangka jika dokter Sinta calon istri Farel adalah dokter yang merawat mamanya. Yandi pikir bukan dokter Sinta yang ini melainkan ada yang lain. Ternyata benar-benar dokter Sinta yang ada di hadapannya.

Sekarang Yandi percaya akan pilihan Farel. Karena sudah tahu siapa calon istri Farel sebenarnya. Yandi bergegas pamit karena tak mau meninggalkan bengkel terlalu lama.

Setelah kepergian Yandi, Sinta bergegas menutup pintu dan menguncinya. Sinta benar-benar mau istirahat terlebih dahulu. Namun, sebelum itu, Sinta menyantap makanan yang di bawa Yandi tadi.

Menu kali ini berbeda, tapi Sinta tetap menyukainya. Sudah makan, Sinta benar-benar istirahat karena tubuhnya cukup lelah. Setelah sholat subuh Sinta harus bergegas ke rumah sakit karena ada operasi mendadak.

Sempat sarapan di jalan dengan selembar roti saja. Sedang tenaga Sinta terkuras beberapa jam.

Bahkan saking lelahnya Sinta lupa jika sejak pagi dia belum menghidupkan ponselnya.

...

Wajah Sinta terlihat kembali berseri keluar dari mushola setelah melaksanakan sholat ashar.

Sinta berjalan pelan menuju ruang kerjanya. Sinta lupa jika dia belum menghidupkan ponselnya. Sinta mempercepat langkahnya guna sampai ke ruang kerja. Sinta menarik laci di mana ponselnya berada.

Ting ... Ting ..

Banyak sekali notifikasi pesan yang masuk. Sinta tak langsung membuka, Sinta menunggu sejenak sampai tak ada suara lagi dari ponselnya.

Huh!

Sinta menghela nafas melihat nomor tak di kenal kemaren masih menggangunya. Namun, ada nomor tak di kenal lain yang mencuri perhatian Sinta. Pasalnya Sinta mengenal nomor itu. Nomor itu bukan nomor Indonesia melainkan nomor luar negri.

Sinta tidak langsung membuka pesan tersebut. Sinta memilih membuka pesan dari Sarah saja. Karena Sarah beberapa kali menelepon. Sinta pikir, takut ada yang penting.

Dahi Sinta mengerut kemudian bola matanya melebar membaca pesan dari Sarah.

"Ya, ampun, Sarah!!"

Geram Sinta kesal karena Sarah memberikan nomornya pada dokter Rafael. Yang membuat Sinta bertambah kesal lagi ternyata semalam dokter Rafael yang menelepon nya.

"Astaghfirullah!!"

Pekik Sinta menutup mulutnya tak percaya membuka pesan dari nomor luar negri. Mata Sinta berkali-kali berkedip memastikan isi pesan tersebut.

"Kak Farel ..,"

Lilih Sinta mengigit bibir bawahnya dengan perasaan cemas. Sinta ingat jika semalam ia mengangkat telepon. Sinta memastikan dengan ragu-ragu nomor mana yang sempat ia angkat.

"Innalillahiwainnailaihirojiunn!!"

Brak!

Saking terkejutnya Sinta sampai menjatuhkan ponselnya sendiri. Mulut Sinta menganga saat tahu jika semalam ia mengangkat nomor Farel.

"Assalamualaikum. Berhenti menggangu saya. Dasar penipu."

Sinta masih ingat jelas jika dia memaki orang yang menganggu tidurnya. Sinta tak menyangka jika Farel lah yang dia maki.

Rasa bersalah dan malu menggerogoti hati Sinta dan juga masih menyimpan rasa kesal pada Sarah.

Buru-buru Sinta mengambil ponselnya kembali dan memastikan sekali lagi.

"Kak Farel."

Lemas Sinta melihat jika Farel hanya satu kali memanggilnya dan itu langsung Sinta angkat dan memakinya. Ternyata yang terus-menerus menelepon nya adalah nomor dokter Rafael dan yang menjadi korban adalah Farel. Sinta benar-benar merutuki kebodohannya. Saking lelahnya dan kesal sampai Sinta tak melihat siapa yang menelepon.

Sinta berjalan mondar-mandir apa yang harus ia katakan pada Farel. Pasti Farel sangat membencinya. Sinta tak sengaja. Perasaan Sinta benar-benar campur aduk sekarang. Antara cemas, kesal, marah dan juga senang jika Farel mengirim kabar padanya.

Dengan cepat Sinta mengetik sesuatu membalas pesan Farel lalu mematikan kembali ponselnya. Sinta tak peduli lagi dengan pesan Sarah ataupun dokter Rafael.

Sinta sengaja mematikan kembali ponselnya karena takut dengan balasan Farel nanti. Sinta sudah sangat malu, entah bagaimana reaksi Farel ketika mendengar makian Sinta. Sinta tak bisa membayangkannya.

"Bodoh-bodoh, Sinta!!"

Sinta terus merutuki kebodohannya. Bagaimana kalau Farel marah dan ilfil padanya.

"Semoga saja, kak Farel gak marah."

"Semua gara-gara dokter Rafael dan Sarah."

Sinta jadi menyalahkan dokter Rafael karena terus menelepon nya semalam. Dan juga Sarah. Jika Sarah tidak memberikan nomor telepon nya pada dokter Rafael. Dokter Rafael tak akan mengganggunya dengan menelepon nomor Sinta terus. Jadinya Sinta meluapkan kekesalannya pada orang yang salah.

Entahlah, Sinta jadi hilang kendali jika sudah tentang Farel. Di luar, terlihat tenang tapi nyatanya Sinta sama dengan kebanyakan perempuan.

Untung saja sekarang sudah jadwal Sinta memeriksa pasien nya. Untuk menghilangkan rasa malu dan juga kesal. Sinta pergi keruang pasien guna menjalankan tugasnya.

"Dokter Sinta, tunggu!"

Seru dokter Rafael berlari kecil menghampiri Sinta. Dokter Rafael sangat senang karena dia bisa ketemu Sinta.

Sinta sendiri tidak langsung berbalik. Sinta menghela nafas sejenak guna menghilangkan kekesalannya. Entah kenapa Sinta tak senang jika dokter Rafael terus mengganggunya. Apalagi gara-gara telepon dari dokter Rafael membuat Sinta harus menahan malu pada Farel.

"Assalamualaikum, dok."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Ada apa, dok?"

Sinta tak mau basa basi. Bukan tak menghormati tapi Sinta memang harus segera pergi ke ruang pasien.

"Mm, itu .. , maaf saya meminta nomor kamu dari Sarah?"

Cicit dokter Rafael jadi kikuk di hadapan Sinta.

"Kenapa gak di bales chat saya? Telepon saya juga gak di angkat semalam?"

"Ah, itu. Maaf dok, saya belum sempat. Sekarang, saya harus segera pergi,"

"Mari dok, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Ucap Sinta cepat tak membiarkan dokter Rafael berkata. Sinta tak mau menunjukan kekesalannya dan juga tak mau membuat alasan berbohong.

Dokter Rafael menatap sendu punggung Sinta. Padahal ada banyak kata yang ingin dokter Rafael katakan. Tapi, seperti nya Sinta memang sedang buru-buru. Dokter Rafael tidak tersinggung sama sekali. Malahan, dokter Rafael sangat suka akan ke profesional nya Sinta terhadap pekerjaan.

Bersambung ....

1
RithaMartinE
luar biasa
RithaMartinE
waah ...selamat ea . akhirnya nikah juga 🤗🤗
Rahma Qolayuby: terimakasih kakak.🥰
total 1 replies
RithaMartinE
mampir kak 😊
Rahma Qolayuby: terimakasih kak, semoga suka sama ceritanya ya🥰
total 1 replies
Yayuk Bunda Idza
nama anak2nya sama dengan nama anak2 q, anak pertama q juga bernama Hanifa dan kedua Habiba
Yayuk Bunda Idza: aamiin ya rabbal aalamiin
Rahma Qolayuby: wah kebetulan sekali bunda🥰🥰 semoga jadi anak Sholehah, yang bikin bunda bangga
total 2 replies
Sumar Sutinah
Luar biasa
Sumar Sutinah
srmangat farel, dn bangkitlah mingkin takdirmu sekarang d pertemukan lg
Rahma Qolayuby: Aamiin 🥰
total 1 replies
Sumar Sutinah
knp keluarga farrl g ada yg datang untuk sekedar minta maaf
Erni Fitriana
mampir
el- nick
ceritanya menarik
Rahma Qolayuby: terimakasih kakak🥰🥰
total 1 replies
Jumi Saddah
bagus👍👍👍👍👍
Rahma Qolayuby
Hahaha ..🤫🤫
Jumi Saddah
setelah ini nda lgi drama2 an ya,,,
Jumi Saddah
baru lihat ne lanjutan anak asuh adam,,,
nis_ma: kak maaf, ini kisahnya sambung-menyambung kah?
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!