🏆Juara 1 You Are A Writer 2024 Genre Pria🏆
Xiao Chen, seorang pendekar muda yang sejak kecil dihina karena lahir dari seorang ibu yang menikah secara tertutup dengan anggota Klan yang berseberangan.
Sebagai seorang anak laki-laki ia diperlakukan seperti anak perempuan di rumah keluarga besarnya di Klan Xiao. Ia mengikuti marga ibunya dan menjadi anak yang menyendiri sejak kecil.
Hingga suatu hari ia mengalami kecelakaan, ruang penyimpanan rahasia keluarga Xiao terbuka saat ia sedang bertugas membersihkannya. Sebuah kekuatan ajaib memasuki tubuhnya, kekuatan gelap yang haus akan darah dan juga pertempuran.
Keadaan ini mengubah kepribadian Xiao Chen, membawanya ke petualangan bertemu dengan ayah kandungnya. Di saat itulah keajaiban lain terjadi, energi hitam di tubuh Xiao Chen menghilang dan menjadikan ia memiliki kesadaran untuk bertanggungjawab atas perbuatan masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Lim's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dianggap Sampah
"Tinju tuan muda sangat kuat! Tuan muda! Tak seorang pun di antara anak-anak Klan Xiao kita yang bisa lebih kuat darimu dan berani melawan mu." ucap Xiao Bau, seseorang yang selama ini menjadi pesuruh Xiao Feng.
Xiao Bau tampaknya sangat puas dengan efek pukulan yang dilakukan oleh tuan mudanya, sebagai kaki tangannya yang paling loyal dia kemudian membalikkan badannya untuk tersenyum dengan puas ke arah Xiao Feng.
Namun di sisi lain, ekspresi Xiao Feng terlihat buruk. Rasa sakit di tangannya menyebabkan sensasi seperti panas terbakar, ia seperti baru saja menghantam pelat baja yang sangat tebal.
"Sepertinya dia memiliki kemampuan dan menyembunyikan sesuatu dengan baik" gumam Xiao Feng dengan senyum dingin.
Orang-orang bertepuk tangan melihat adegan barusan, banyak dari mereka yang mencemooh Xiao Chen. Bisa mengejek dan menghina Xiao Chen sebanyak mungkin dapat memberi mereka sebuah rasa pencapaian untuk menjilat tuan muda Xiao Feng.
Xiao Chen yang terlihat seolah tak berdaya menatap Xiao Feng dengan penuh kemarahan, pemuda yang dipanggil tuan muda oleh orang-orang di Klan Xiao ini sudah ditandai dalam ingatannya.
Seolah tidak mau kehilangan momentumnya, Xiao Feng lalu mengangkat tangan kanannya untuk memberi isyarat pada pelayan agar menyingkirkan tubuh Xiao Chen. Sebagai tuan muda ia pun lalu berkata pada pelayannya tersebut dengan nada memerintah.
"Pelayan, buang sampah itu segera, jangan terlalu lama mengotori pemandangan arena beladiri!"
Pelayan tersebut segera bergerak untuk mengangkat tubuh Xiao Chen yang tergeletak di tanah, ia patuh seperti anjing yang menaati perintah tuannya.
"Tidak usah, aku bisa bangun sendiri" suara Xiao Chen terdengar begitu saja mengagetkan banyak orang.
Mendengar suara Xiao Chen, wajah Xiao Feng terlihat jelek. Ia tidak percaya jika seseorang yang sudah menerima pukulan telaknya masih hidup dan terlihat akan berdiri. Xiao Feng menyipitkan pandangannya ke arah Xiao Chen dan menyadari kalau lawannya itu sedang menatapnya dengan penuh kebencian.
Seolah dia adalah orang yang berbelas kasih, Xiao Feng lalu tersenyum menyeringai sambil berjalan ke arah Xiao Chen dan berkata,
"Chen, aku tidak menyangka jika kamu masih bisa bertahan. Namun karena aku sedang bermurah hati maka anggap saja kali ini kau sedang beruntung."
"Terima kasih karena tuan muda sudah mengasihi saya." jawab Xiao Chen dengan acuh tak acuh.
Setelah mengatakan hal itu Xiao Chen berjalan ke arah dimana ia meletakkan peralatan kerjanya, ia sengaja berjalan seperti orang yang terluka dan beberapa kali terlihat hendak terjatuh.
"Kamu hanyalah seorang sampah di sini! Berterimakasih lah karena tuan muda karena sudah berbaik hati padamu!" teriak seseorang dari mereka dengan nada mengejek ke arah kepergian Xiao Chen.
Melihat Xiao Chen pergi, beberapa pemuda dari Klan Xiao lalu meneriakinya, seolah-olah dia telah melakukan suatu kesalahan yang tidak termaafkan pada mereka. Tidak ada yang bersimpati kepada Xiao Chen, lalu sekelompok pemuda kembali menghampiri Xiao Feng untuk menyanjungnya setinggi langit. Mereka berlaku seperti anjing kecil yang patuh, mengatur napasnya dengan hati-hati. Pada saat ini, hanya Xiao Feng yang tahu siapa Xiao Chen sebenarnya.
Xiao Chen meninggalkan lapangan beladiri dengan perasaan acuh tak acuh. Saat dia menjadi kuat maka ia akan membungkam semua kesombongan orang-orang yang selalu menghinanya, semua orang-orang yang berada di Klan Xiao berperilaku tidak manusiawi seperti sekawanan serigala yang mengelilingi domba.
Sebenarnya Xiao Chen cukup kewalahan menerima pukulan dari Xiao Feng tadi, jika ia menggunakan tenaga dalamnya maka ia yakin jika Xiao Feng bukanlah lawan sepadan baginya.
"Apanya yang hebat? Apanya yang kuat dari Tuan muda Xiao?" sambil tersenyum ringan, Xiao Chen kini dapat mengukur kekuatannya sendiri.
Xiao Chen tidak mempedulikan ucapan orang-orang kepadanya, ia juga tidak tertarik dengan pertandingan yang digelar untuk para pemuda Klan Xiao. Kali ini ia bergerak menuju perpustakaan, bangunan tua yang masih terlihat kokoh di Klan Xiao.
Melihat kedatangan Xiao Chen, seorang penjaga yang bertugas di perpustakaan tersebut hanya mendengus, lalu berkata
"Kenapa kamu terlambat? Tidakkah kamu tahu jika aku ingin menghadiri pertandingan uji bakat di arena beladiri?"
"Maafkan saya tuan, saya baru saja selesai dari membersihkan lapangan beladiri dan di sana terlalu ramai" jawab Xiao Chen.
"Sudahlah, segera kamu bersihkan lantai dua! Para pemenang uji bakat akan mendapatkan kesempatan mengunjungi lantai dua untuk mendapatkan pinjaman beberapa kitab berharga" ucap penjaga perpustakaan itu dengan nada memerintah.
Diantara seluruh orang hanya Xiao Chen yang dikenal bodoh dan tidak mengerti baca tulis, sehingga penjaga itu tidak khawatir dengan Xiao Chen. Bahkan selama beberapa tahun tidak ada buku yang hilang atau hal yang mencurigakan dilakukan oleh Xiao Chen, jadi ia percaya sepenuhnya kepada pemuda yang dia anggap bodoh tersebut. Ia beranggapan jika Xiao Chen hanyalah keledai yang membawa tumpukan kitab, sebagus apapun kitab tersebut tetap akan menjadi barang yang tidak berguna di hadapan Xiao Chen.
Setelah mendengar perkataan dari tuan penjaga tersebut, Xiao Chen bergegas ke lantai dua. Ruangan yang berukuran seratus meter persegi tersebut merupakan harta karun Klan Xiao yang diwariskan secara turun-temurun, tetapi Xiao Chen hampir tiap hari keluar masuk. Tanpa orang lain sadari adalah jika sebenarnya Xiao Chen telah hampir menghafal intisari dari kitab-kitab tersebut.
Langkah Xiao Chen sangat cerdik, mula-mula ia mempelajari tata letak serta jenis teknik beladiri yang terdapat di dalamnya. Setelah menghapal letaknya dengan baik, ia menghubungkan antar satu kitab dengan kitab lainnya. Ia membuat korelasi, lalu menarik garis merah tempat dimana ia akan memulai untuk mempelajarinya dengan cara menghafal isi kitab, lalu mempelajarinya saat malam tiba di dalam kamarnya atau bahkan di sela-sela waktu ia sedang beristirahat.
Bahkan penjaga perpustakaan juga tidak menyadari dengan tindakan yang dilakukan oleh Xiao Chen tersebut, ia hanya beranggapan jika selain bodoh tidak mungkin Xiao Chen mengambil manfaat dari tempat dimana kitab-kitab berharga berada. Sedangkan kitab-kitab dasar berada di lantai pertama, bukan Xiao Chen yang membersihkan lantai pertama. Jadi secara teori, mustahil seseorang bisa menguasai tahap lanjutan tanpa mengetahui langkah-langkah dasar yang merupakan pondasi.
Saat ini di lapangan beladiri sudah mulai menunjukkan aksi pertandingan, di putaran pertama Xiao Feng langsung maju ke dalam lapangan beladiri untuk melakukan tantangan. Namun semua pemuda yang mengikuti pertandingan tidak ada yang berani maju menantang tuan muda mereka, para peserta tahu jika Xiao Feng baru saja berada di tahap Pendekar Emas. Mustahil bagi mereka yang berada di Tingkat Perak dapat mengalahkannya, sehingga Xiao Feng melangkah mulus tanpa halangan sedikit pun.
semoga sampai TAMAT....
tap....tappppl