NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Cinta Nadia

Reinkarnasi Cinta Nadia

Status: tamat
Genre:Tamat / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Si Mujur / Rebirth For Love
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Nadia Pramesti, seorang arsitek muda berbakat, mendapatkan kesempatan kedua dalam hidup setelah sebuah kecelakaan tragis membawanya kembali ke masa lalu, tepat sebelum hidupnya hancur karena kepercayaan yang salah dan pengkhianatan —akibat kelicikan dan manipulasi Dinda Arumi, sahabat masa kecil yang berubah menjadi musuh terbesarnya, dan Aldo, mantan kekasih yang mengkhianati kepercayaannya.

Di kehidupannya yang baru, Nadia bertekad untuk memperbaiki kesalahan masa lalu dan menghindari perangkap yang sebelumnya menghancurkannya. Namun, Dinda, yang selalu merasa tersaingi oleh Nadia, kembali hadir dengan intrik-intrik yang lebih kejam, berusaha tidak hanya menghancurkan karier Nadia tetapi juga merenggut satu-satunya pria yang pernah benar-benar dicintainya, Raka Wijaya.

Nadia tidak hanya berhadapan dengan musuh eksternal, tetapi juga harus melawan rasa tidak percaya diri, trauma masa lalu, dan tantangan yang terus meningkat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencari Jalan Keluar

Bab17

Nadia dan Raka yang terjebak dalam situasi berbahaya, berusaha mencari cara untuk melarikan diri dari jebakan Lina. Ketegangan meningkat, dan mereka tahu bahwa setiap langkah harus diambil dengan hati-hati untuk menghindari bahaya yang semakin dekat.

Nadia dan Raka saling bertatapan dalam kegelapan yang mencekam, merasakan detak jantung mereka yang semakin cepat. Mereka tahu bahwa mereka harus bertindak cepat jika ingin keluar dari jebakan ini dengan selamat.

“Raka, kita harus tetap tenang,” bisik Nadia, mencoba menenangkan dirinya sendiri lebih dari siapa pun.

Raka mengangguk meski sadar Nadia mungkin tak bisa melihatnya. “Kita perlu cari jalan keluar dari sini. Mungkin ada celah atau pintu lain yang bisa kita gunakan.”

Mereka mulai bergerak perlahan, meraba-raba dinding di sekitar mereka. Tangan Raka menyentuh sesuatu yang dingin dan keras—sebuah palang besi. Mungkin itu adalah tuas atau pegangan pintu, pikirnya. Tapi saat dia mencoba menariknya, tak ada yang terjadi. Pintu itu tetap terkunci rapat.

“Kita harus mencari cara lain,” kata Raka, suaranya terdengar putus asa. Namun Nadia tetap berusaha untuk tidak panik. Dia mengingat semua pelatihan yang pernah dia ikuti sebagai arsitek dalam menghadapi situasi darurat, dan mencoba mengaplikasikannya sekarang.

“Aku punya ide,” kata Nadia tiba-tiba. “Gudang tua ini mungkin masih punya ventilasi atau lubang pembuangan yang bisa kita manfaatkan. Kita cari di sekitar lantai atau di bagian atas ruangan.”

Mereka berdua segera bergerak mencari ventilasi atau celah apa pun yang mungkin ada di dalam ruangan tersebut. Ketegangan terus meningkat seiring waktu yang berlalu, membuat mereka semakin sadar akan bahaya yang mengintai.

Tiba-tiba, Nadia melihat sesuatu yang mencurigakan di dinding sebelah kanan. Sebuah kisi-kisi logam tampak samar di balik bayangan. “Raka, coba lihat di sini!” serunya sambil menunjuk ke arah itu.

Raka mendekat dan memeriksa kisi-kisi tersebut. “Ini mungkin ventilasi atau saluran udara. Jika kita bisa membuka ini, kita mungkin bisa keluar.”

Dengan tenaga dan ketekunan, Raka mencoba membuka kisi-kisi tersebut menggunakan obeng kecil yang dia bawa di saku jaketnya. Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, akhirnya kisi-kisi itu terbuka.

Mereka melihat sebuah lorong sempit di baliknya, cukup besar untuk mereka lalui satu per satu. Tanpa berpikir panjang, mereka segera merangkak masuk ke dalam lorong tersebut, berharap itu adalah jalan keluar yang aman.

Namun, ketika mereka mulai merangkak di lorong yang gelap dan pengap itu, Nadia mendengar suara langkah kaki di belakang mereka. Suara itu semakin mendekat, membuatnya merasa seakan jantungnya akan meledak. “Cepat, Raka! Kita harus keluar dari sini secepatnya!” desak Nadia.

Raka merespons dengan bergerak lebih cepat, berharap bisa mencapai ujung lorong sebelum siapa pun yang mengejar mereka berhasil menangkap mereka. Keringat mulai bercucuran di wajah mereka, mencampur dengan debu dan kotoran yang ada di dalam lorong tersebut.

Akhirnya, setelah merangkak dalam kegelapan yang tampaknya tak berujung, mereka melihat secercah cahaya di depan mereka. Itu adalah pintu keluar! Dengan sekuat tenaga, mereka mempercepat gerakan mereka menuju cahaya tersebut.

Begitu mereka keluar dari lorong, mereka menemukan diri mereka di luar gudang, di balik bangunan tersebut. Mereka langsung berdiri dan mencoba menenangkan napas yang terengah-engah.

“Kita berhasil keluar,” kata Raka sambil memandang sekitar untuk memastikan mereka benar-benar aman. “Tapi kita harus segera pergi dari sini sebelum mereka menemukan kita lagi.”

Nadia mengangguk setuju. Mereka segera berlari menjauh dari gudang tersebut, menuju jalan utama yang lebih aman. Mereka tahu bahwa ini belum berakhir—Lina masih di luar sana, dan mereka masih berada dalam bahaya besar.

Namun, meski situasi semakin sulit, mereka bertekad untuk tidak menyerah. Mereka harus menemukan cara untuk menghentikan Lina dan Kumpulan Bayangan sebelum mereka berhasil menyelesaikan rencana jahat mereka.

Nadia dan Raka yang melarikan diri, sementara bayangan ancaman masih terus menghantui mereka. Keduanya tahu bahwa langkah mereka selanjutnya akan menjadi sangat penting untuk keselamatan mereka dan pengungkapan kebenaran di balik semua misteri ini.

Setelah berhasil melarikan diri dari gudang, Nadia dan Raka berusaha menenangkan diri mereka di sebuah kafe kecil yang jauh dari keramaian kota. Di sana, mereka mencoba mengurai kembali informasi yang mereka miliki dan menyusun strategi untuk langkah selanjutnya.

Raka menyesap kopinya, mencoba mengusir rasa lelah yang menggantung di pikirannya. “Kita perlu lebih banyak informasi tentang Lina dan Kumpulan Bayangan. Apa yang kita tahu sejauh ini masih terlalu sedikit untuk mengambil langkah lebih jauh.”

Nadia mengangguk setuju. “Kita juga harus lebih berhati-hati. Setelah kejadian tadi malam, jelas bahwa mereka tahu kita semakin dekat dengan kebenaran.”

Saat mereka sedang berdiskusi, telepon Nadia berdering. Nama Bayu muncul di layar. Dengan cepat, dia mengangkat panggilan tersebut.

“Ada perkembangan penting,” kata Bayu tanpa basa-basi. “Aku menemukan seseorang yang bisa memberi kita informasi lebih lanjut. Namanya Tyo, mantan anggota Kumpulan Bayangan. Dia bersedia bertemu, tapi tempatnya harus sangat aman. Ini bisa jadi kesempatan terakhir kita untuk mengetahui rahasia di balik semua ini.”

Nadia dan Raka saling bertukar pandang. Mereka tahu bahwa ini adalah peluang besar, tapi juga berisiko tinggi. “Di mana kita bisa bertemu dengannya?” tanya Nadia.

“Aku akan mengirimkan lokasinya melalui pesan terenkripsi. Pastikan kalian tidak diikuti. Kita tidak bisa mengambil risiko kali ini,” ujar Bayu sebelum menutup telepon.

Tidak lama kemudian, pesan dari Bayu masuk. Lokasi yang disebutkan adalah sebuah rumah tua di pinggiran kota, tersembunyi di antara pepohonan lebat. Nadia dan Raka bersiap, memastikan mereka tidak meninggalkan jejak yang bisa diikuti oleh siapa pun.

Malam itu, mereka berangkat menuju lokasi pertemuan. Jalan menuju rumah tua tersebut cukup sulit dilalui, dan semakin mereka mendekat, suasana semakin sunyi dan mencekam. Akhirnya, mereka tiba di depan rumah tersebut—sebuah bangunan tua yang tampak usang dan terbengkalai, tetapi masih berdiri kokoh.

Di dalam, mereka disambut oleh Tyo, seorang pria paruh baya dengan wajah yang terlihat lelah namun penuh dengan kewaspadaan. “Terima kasih sudah datang,” katanya dengan suara serak. “Aku tidak punya banyak waktu, jadi kita harus langsung ke intinya.”

Nadia dan Raka duduk di hadapannya, menunggu penjelasan.

“Tyo, kami butuh tahu segalanya tentang Lina dan Kumpulan Bayangan,” kata Raka dengan nada tegas.

Tyo mengangguk perlahan. “Lina adalah salah satu agen terbaik yang pernah dimiliki Kumpulan Bayangan. Tapi yang kalian perlu tahu, dia tidak hanya bekerja untuk uang atau kekuasaan. Ada sesuatu yang jauh lebih personal yang memotivasi dia.”

Nadia menyela, “Kami sudah mendengar tentang hubungannya dengan keluarga kami. Apa sebenarnya yang terjadi?”

Bersambung....

1
Murni Dewita
👣
Sodikin Jin
Raka....mengapa saya sebal jika mendengar nama itu, .../Facepalm/
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: Kenapa? Punya kenangan buruk dengan Raka?
total 1 replies
Sodikin Jin
hmmmm.... menarik. lanjutkan penyelidikannya...😎
XeeLien: Mu baca novel kultivasi, yuk mampir di novelku.
Sodikin Jin: ooooo....mengejutkan. ok kak, lanjutkan.
total 3 replies
Sodikin Jin
haish....perlu usaha yang sangat keras untuk mengungkap semua. dan jangan lupa, mencari dukungan untuk mengupas semua itu.
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: Terima kasih selalu mampir
total 1 replies
Sodikin Jin
keren....
Anugrah Annas
Apakah sudah bisa membuat audio novel lagi seperti dulu
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: Maaf, Audio novel ditentukan pihak Mangatoon. Saya hanya mengisi suara saja.

Jika kamu ingin audio novel lanjut, beri saran saja pada Mangatoon, di media sosial atau email.
total 1 replies
Anugrah Annas
Apakah udah bisa membuat audio lagi kak
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: Tanyakan ke pihak Mangatoon.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!