Bangkitnya Pria Hina (Detektif Al)

"Apa kita harus melakukan malam pertama sekarang?" Joana bertanya kepada Alvaro dengan senyumannya yang menggoda, bahkan gadis itu sengaja berpakaian seksi, dia hanya ingin tahu bagaimana reaksi Alvaro ketika melihat penampilannya, dan apakah Alvaro akan menolak bercinta dengan Joana, walaupun sebenarnya Joana tidak siap, dia hanya ingin menguji pria itu.

Alvaro nampak gelagapan ketika Joana bertanya seperti itu, sangat tidak terduga, Joana berani sekali menawarkan diri padanya untuk menjamah tubuhnya, bahkan dia tersenyum menggoda.

Alvaro sudah berkomitmen untuk tidak akan pernah menyentuh Joana, karena tujuan dia menikahi Joana adalah demi misi memancing Dion dan misi balas dendam terhadap Bianca dan Dimas. Karena itu dia tidak akan mungkin menyentuh tubuh Joana, walaupun sebenarnya dia tak paham, mengapa dia bisa merasakan tubuhnya panas, hanya melihat Joana yang memakai piyama seksi.

Alvaro merasa ada yang aneh pada dirinya, mengapa tubuhnya bereaksi ketika melihat penampilan Joana, padahal selama ini sudah banyak wanita yang berpakaian lebih seksi dari Joana.

Hidung Alvaro kembang kempis, wajahnya nampak memerah, dadanya naik turun, dia mencoba untuk bersikap rileks di depan Joana.

Pria itu pura-pura menguap, "Huaaam... aku sangat ngantuk, lebih baik kita cepat tidur." ucap Alvaro sembari menutup mulutnya, seakan pria itu benar-benar ngantuk.

Alvaro segera merebahkan dirinya diatas kasur, kemudian dia memiringkan tubuhnya ke kanan, membelakangi Joana.

Joana melongo melihat reaksi Alvaro seperti itu, membuat dia semakin yakin bahwa Alvaro adalah pria ho-mo. Pria itu tidak normal.

'Aku sama sekali tidak menyangka ternyata aku telah menikah dengan pria ho-mo. Ternyata si pria cabul itu ho-mo.' kata hati Joana. Rasanya dia tak percaya dengan semua itu, jika melihat bagaimana gagahnya tubuh Alvaro.

Sangat disayangkan mengapa pria segagah itu harus ho-mo? Padahal banyak sekali wanita cantik di dunia ini, tapi mengapa harus tertarik pada yang sama-sama memiliki batang?

Kemudian Joana tersenyum licik, dia berkata lagi di dalam hatinya. 'Baguslah, itu artinya aku akan aman selama tidur bersamanya, sambil aku akan mencari banyak bukti bahwa si pria cabul ini benar-benar tidak normal, sehingga aku memiliki alasan yang kuat untuk berpisah dengannya.'

Tapi sebelum itu Joana akan puas-puasin mengerjai Alvaro, salahnya sendiri telah menjebaknya ke dalam pernikahan yang konyol ini. Dan mulai sekarang rasakan permainan yang akan Joana lakukan untuk mengerjainya.

"Kamu yakin nih gak mau sekarang melakukan malam pertamanya?" tanya Joana dengan suara menggoda, dia mencolek-colek punggung Alvaro.

Alvaro pura-pura terlihat tenang, dia tetap memilih membelakangi Joana. "A-aku... aku ngantuk, Jo. Lain kali aja." maksud dari lain kali buat Alvaro adalah tidak akan melakukannya sama sekali.

Colekan jari Joana pada punggung Alvaro membuat Alvaro nampak gelisah, rasa geli mengelayar pada tubuhnya, dia semakin menjauhkan jaraknya dari Joana.

"Aku tidur duluan ya, mataku sudah gak bisa diajak kompromi." setelah berkata seperti itu, Alvaro pura-pura tidur, dia memejamkan matanya.

Tapi ternyata Joana telah membuat Alvaro tak bisa tidur, gadis itu pura-pura tidur, memeluk tubuh kekarnya Alvaro, membuat Alvaro terlihat sangat tegang, karena Joana memeluk tubuhnya begitu erat, sehingga dia bisa mencium aroma wangi tubuhnya Joana sangat menggairahkan.

Tubuh Joana sungguh wangi, membuat gairahnya terpancing, tapi dia harus kuat, dia harus bisa menahan gairahnya. Dia yakin dia pasti bisa.

Alvaro mencoba melepaskan Joana yang sedang memeluknya, tapi tangan gadis itu malah turun menyentuh paha Alvaro, membuat Alvaro tercekat, karena takut Joana menyentuh sang joni yang terasa sesak di dalam sana, seakan meronta ingin keluar dari kandangnya. Sepertinya sang joni ingin berbuka puasa.

'Aku bisa gila jika terus begini.' gerutu hati Alvaro.

Alvaro bergegas melepaskan pelukan Joana, dia segera bangkit dari tempat tidur, memilih tidur di kursi sofa yang ada di kamar tersebut, untuk menghindari Joana.

Joana membuka matanya sedikit, dia tersenyum penuh kemenangan, ternyata seru juga mengerjai suaminya yang dia kira ho-mo itu.

'Ternyata benar, dia sama sekali tidak nafsu padaku. Kalau begitu mulai besok aku akan mengerjainya lebih dari ini.' kata hati Joana, dia tertawa di dalam hati, lalu dia rebahan sambil merentangkan tangannya, membuka kakinya lebar-lebar, ini yang dia harapkan, bisa tidur sendirian seperti ini.

'Ah akhirnya aku bebas!' seru hati Joana.

Tak lama kemudian Joana tertidur pulas, mungkin karena dia sedang bahagia bisa mengerjai suaminya itu, membuatnya tidur dengan nyenyak malam ini, sehingga dia bisa bermimpi dengan indah.

Gadis itu sama sekali tidak menyadari bahwa tingkahnya itu telah membuat Alvaro tak bjda tidur.

Walaupun Alvaro sudah pindah ke kursi sofa pun, tak membuat Alvaro bisa tidur, dia nampak gelisah, gadis itu telah berhasil memancing gairahnya, padahal Alvaro tidak ingin menyentuh Joana demi kebaikan gadis itu juga, karena dia tidak memiliki komitmen dalam pernikahan ini.

Karena dia tahu Joana pasti masih gadis, dan Alvaro tak ingin meninggalkan bekas untuk Joana. Ibaratnya kalau mereka bercerai nanti, Joana akan menjadi janda rasa gadis, tidak akan membuat Joana rugi.

'Sabar jhon, kamu pasti bisa menahannya.' Alvaro menyemangati sang joni, agar kuat tidak tergoda oleh Joana. Dia yakin sang joni pasti bisa tahan, selama lima tahun ini dia tahan dari godaan para wanita, masa dia tidak tahan dalam satu malam bersama Joana, walaupun sebenarnya akan ada malam-malam yang lainnya diantara mereka.

Alvaro memeriksa ponselnya yang tergeletak di atas meja sedari tadi, dia baru menyadari kalau ternyata ada pesan masuk yang telah terkirim padanya, satu jam yang lalu.

"Pesan dari siapa?" gumam Alvaro dengan pelan.

Alvaro segera membaca pesan tersebut.

[Al, aku ingin bertemu denganmu. Jangan bersikap berpura-pura tak mengenali aku lagi. Aku tahu kamu menikahi Joana bukan karena mencintainya, tapi ingin bertemu denganku kan? Kamu pasti merindukan aku kan?]

Ekspresi wajah Alvaro kini menjadi dingin ketika membaca pesan tersebut, tanpa menyebutkan nama pun, Alvaro sudah tahu siapa yang mengirim pesan kepadanya, siapa lagi kalau bukan sang mantan istri, alias Bianca.

Untuk apa Bianca ingin bertemu dengannya? Haruskah dia datang menemui Bianca?