Walaupun identitasnya adalah seorang Tuan Muda dari keluarga Dong yang terkenal di dunia kultivator, tapi Fangxuan menjalani kehidupan yang begitu sulit karena tidak memiliki jiwa martial seperti murid sekte yang lainnya.
Hidupnya terlunta-lunta seperti pengemis jalanan. Fangxuan juga sering dihina, diremehkan, bahkan dianggap sampah oleh keluarganya sendiri.
Mereka malu memiliki penerus yang tidak mempunyai bakat apapun. Padahal, keluarganya adalah keluarga terhebat nomor satu di kota Donghae.
Karena malu terhadap gunjingan orang, tetua sekte Tombak Api mengutus seorang guru untuk melenyapkan nyawa Fangxuan dengan cara membuangnya ke lembah Kematian Jianmeng.
Namun, nasib baik masih berpihak padanya. Fangxuan diselamatkan oleh seorang Petapa tua. Bukan hanya itu, Petapa tua tersebut juga mengangkatnya sebagai murid satu-satunya dan mewariskan seluruh ilmu kanuragan yang dimilikinya.
"Aku akan membalas mereka semua yang selama ini menindas ku. Tunggulah ajal kalian!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lienmachan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14
Bab 14~Memasuki rintangan ke dua
Melihat kedua temannya masih tertinggal, wajah Chan Ling berubah panik. Gadis itu terus berteriak agar kedua pemuda yang bersamanya mempercepat langkah sebelum gerbang tertutup rapat.
"Fangxuan, Lee, cepat! serunya sembari terus melambaikan tangan. Chan Ling khawatir jika teman dan kakak kembarnya tidak bisa keluar dari tempat tersebut. "Sial, waktunya habis." desisnya seraya menatap jam pasir di genggaman tangannya."Cepat!" teriaknya lagi tak sabar.
Namun, perlahan cahaya dari portal tersebut memudar dan semakin mengecil. Itu tandanya gerbang mulai tertutup lagi. Tapi Fangxuan, Chan Lee dan beberapa orang lainnya masih berada di dalam hutan ilusi.
Mereka berusaha melesat secepat kilat, namun portal gerbang ilusi hampir tertutup sempurna.
Satu ... dua ... tiga
Swoooosssshhhh
"Tidaaaaaaakkk!" Chan Ling berteriak dengan tangan terulur. Gadis itu yakin jika Fangxuan dan kembarannya terperangkap di hutan ilusi untuk selamanya.
Angin berhembus kencang seiring tertutupnya gerbang hutan penyerap jiwa. Cahaya putih perlahan membentuk seperti kabut tebal yang menutupi hutan tersebut dan menghalangi pandangan mereka.
"Fangxuan, Lee!" teriaknya tak berdaya. Gadis itu bahkan terduduk dengan bertumpu pada lututnya, menyesal tak bisa membawa Fangxuan dan Lee keluar dari hutan itu.
Beberapa orang lainnya juga menunduk meratapi nasib temannya yang tertinggal. Kepalanya menggeleng sambil tertunduk ketika melihat pasir yang ada di jam sudah habis tak tersisa. "Sial!" gumam mereka lirih.
Namun, sedetik kemudian suara hentakan kaki mendarat keras tepat di hadapan semua peserta yang tersisa sehingga semua orang mendongakkan kepala.
Bruk
Dua pasang kaki mendarat sempurna setelah terayun ke atas. Itu adalah sepasang kaki Fangxuan dan Chan Lee yang mendarat di tanah setelah keduanya berhasil keluar dari hutan penyerap jiwa melewati hutan ilusi.
Chan Ling mendongak menatap tak percaya. Selanjutnya, gadis itu melompat ke arah dua pemuda tersebut dengan mata berkaca. "Kalian selamat, syukurlah!" ucapnya lega.
Fangxuan dan Chan Lee membalas rangkulan Chan Ling sambil tertawa kecil. "Iya. Kami beruntung bisa keluar tepat waktu." desis keduanya.
Tapi, di sela kebahagiaan mereka, ada orang-orang yang terjebak karena tak sempat melarikan diri seperti Fangxuan dan Chan Lee. Alhasil, mereka menjadi patung tanpa bisa bergerak untuk keluar dari hutan terkutuk itu.
"Bagaimana kalian bisa selamat? Sedangkan adik seperguruan ku tidak bisa keluar?!" Seorang pemuda bertanya dengan tatapan sengit.
Ia merasa jika tingkatan kultivasi dan kekuatan tubuh Fangxuan juga Chan Lee jauh di bawah adik seperguruannya. Huang Ji tidak percaya jika kedua pemuda tersebut malah selamat di detik terakhir.
"Itu__"
"Anggap saja kami beruntung," Fangxuan menyela ucapan Chan Lee. Ia merasa tidak harus menjawab pertanyaan Huang Ji.
Tangan Huang Ji mengepal sempurna. Pemuda itu kesal setengah mati karena Fangxuan tidak memberitahukan apa penyebab keberuntungan mereka tersebut.
Setelah kabut tebal menutup gerbang hutan penyerap jiwa sepenuhnya, terdengar suara para tetua menginstruksi.
"Selamat kepada para peserta yang telah lolos di tahap pertama. Selanjutnya, kalian langsung bisa masuk ke tahap kedua. Jika ada yang ingin menyerah di tahap ini, maka segera balik jam pasir yang ada di tangan kalian agar kalian otomatis kembali ke dunia nyata. Namun jika kalian merasa yakin untuk melanjutkannya, maka berjalanlah ke arah barat untuk menghadapi rintangan tahap kedua!"
Semua peserta terdiam sejenak sembari saling pandang dengan rekan masing-masing. Entah apa yang ada di pikiran mereka saat ini, karena terlihat dari ekspresi wajahnya bahwa mereka kebingungan.
Di satu sisi, menjadi prajurit khusus adalah impian semua kesatria, di tambah hadiah yang cukup banyak benar-benar membuatnya tertarik. Tapi, di sisi lain keselamatan nyawanya sedang dipertaruhkan di sini. Tidak menutup kemungkinan mereka akan mati di tempat mengerikan seperti peserta yang lain. Jika beruntung, mereka akan selamat dan keluar melewati setiap rintangan.
Pilihan yang sangat sulit untuk diambil. Tapi, dengan tekad yang penuh keyakinan, apapun pilihan yang diambil tidak boleh disesali.
Setelah lama berpikir, akhirnya mereka pun menentukan pilihan. "Aku pilih mundur." cetus salah satu sambil membalikkan jam pasir yang ada ditangannya.
Seketika, orang itu lenyap dari tempat tersebut dan kembali ke dunia asal, tepat di alun-alun Kota Zhengwu.
"Aku juga," timpal yang lain mengikuti.
Mereka yang memilih mundur dan tak melanjutkan ke tahap selanjutnya berarti sudah berpikir matang dan menyerah menjadi prajurit khusus. Padahal, ini baru tahap pertama dan mereka sudah menyerah. Tapi, itu wajar. Karena bagaimana pun, keselamatan nyawa lebih penting dari segalanya.
Namun, peserta yang melanjutkan pun tak sedikit. Dengan memantapkan hati, mereka melangkah menuju ke arah barat sesuai instruksi para tetua di luar ruang dimensi.
•
•
Setelah para peserta berjalan sedikit jauh ke arah barat, kini mereka tengah berdiri di depan sebuah terowongan dibawah gunung Lun. Terowongannya cukup besar, mungkin bisa dilewati kereta api jika di masa sekarang.
Namun, di terowongan itu tak ada setitik cahaya yang terlihat. Hanya kegelapan abadi yang akan menemani sepanjang perjalanan mereka. Walaupun seperti itu, yang terpenting saat ini ialah melewati rintangan tanpa terluka sedikitpun.
"Terowongan yang sangat gelap." desis para peserta sembari saling memandang satu sama lain. Mereka jadi ragu untuk masuk kedalam terowongan tersebut.
"Apa kalian takut? Pengecut!" Hui An berkata dengan nada mengejek sembari melangkah lebih dulu memasuki terowongan tersebut.
Tak lupa, ia membawa obor yang telah disiapkan di luar gerbang terowongan oleh pihak panitia kompetisi.
Hua An melangkah dengan keyakinan tinggi. Dia bahkan sempat tersenyum miring ke arah Fangxuan dan kawan-kawan penuh arti. Mungkin dia ingin mengatakan jika Fangxuan adalah seorang pecundang lewat tatapan mengejeknya tadi.
Fangxuan hanya mengepalkan tangan dengan gigi yang menggertak. Pemuda itu kesal melihat tingkah congkak Gua An tadi. "Kau pikir aku takut!" batinnya mengeram kesal.
Tapi, dia tak mau membuat keributan dengan bertengkar bersama Hua An. Melewati rintangan saja sudah cukup melelahkan, ditambah harus bertengkar bersama Hua An, sungguh merepotkan.
"Tidak usah dihiraukan, Fangxuan, Lee. Kita masuk saja!" bisik Chan Ling.
Kedua pemuda tersebut mengangguk lalu berjalan masuk ke dalam terowongan bersama peserta lain dengan membawa obor di tangan, seperti yang Hua An lakukan.
Belum jauh mereka melangkah, terdengar suara keras dari dalam sana seperti gempa bumi hingga tanah pun bergetar karenanya.
GRADAK ... BUUUUMMMM
Semua peserta saling menatap satu sama lain karena terkejut dengan kejadian tersebut. Namun, mereka lebih terkejut lagi sesaat kemudian.
Setelah suara keras tadi menghilang, disusul auman binatang buas yang memekakkan telinga. Sepertinya binatang buas tersebut berada di dalam terowongan dan sangat dekat dengan posisi mereka.
GROOOOOAAAAARRRRR
"Aaaarrggghhh, apa itu?!"
...Bersambung .......
Lanjutkan 👍👍👍