Sepucuk Surat

Sepucuk Surat

Bab 1 Enam tahun lalu ....,

Waktu itu ....

Kedatangan Malik dan Aurel di sambut hangat oleh anak-anak.

Seperti biasa di hari weekend, Anak-anak akan berkumpul sekedar belajar, olah raga, ada juga yang bermalas-malasan.

Kakak Aish sangat senang sekali di kelilingi banyak orang.

Bermain bersama anak-anak Adam hawa. Sedang Malik, Aurel, Raja dan Sinta berada di ruang khusus.

Sinta merasa ada sesuatu yang terjadi. Apalagi suasana terasa menegangkan. Sinta tak tahu, ia berpikir, kesalahan apa yang ia buat sampai di sidang begini.

Sinta merasa ia tak pernah melakukan kesalahan apapun.

Karena tak biasanya mereka bicara di ruang khusus.

Aurel memegang tangan Malik, mencoba memberikan semangat. Aurel percaya, Malik mampu memutuskan yang terbaik.

"Sinta, ada yang mau kakak bicarakan?"

"Jangan buat Sinta takut, kak. Jujur Sinta sangat takut?"

Aurel berpindah duduk di samping Sinta. Menggenggam tangan Sinta yang terasa dingin dan gemetar.

"Rileks, sayang."

"Ada yang ingin melamar, Sinta. Bagaimana pendapat Sinta?"

Awwss!

Aurel meringis tatkala Sinta meremas tangannya. Sontak saja Sinta melepaskan tangannya, merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan.

"Astaghfirullah! Maaf, maaf kak. Sinta gak sengaja?"

"Tidak apa, kakak mengerti."

Buru-buru Aurel menenangkan Sinta. Sinta pasti terkejut sampai meremas lengan Aurel. Mata Sinta terus berputar bingung mencari sebuah jawaban. Apa yang harus ia jawab.

Belum juga rasa sakit akibat kejadian tempo hari. Ketika Bunda Zahra be celetuk tanpa sengaja menginginkan ia jadi menantunya. Kini Sinta harus di hadapkan lagi dengan perkara yang ingin Sinta hindari.

Padahal, Sinta sudah berdoa pada Allah semoga Raja segera mendapatkan jodoh.

Ragu-ragu Sinta menatap Raja dengan keringat dingin mulai membasahi pelipisnya.

"Bu-bukankah, kak Raja menolak lamaran itu?"

"Hah!"

Raja terperangah menatap tajam Malik. Raja kesal karena Sinta salah paham. Kenapa Sinta bisa berpikir jika yang melamarnya Raja.

Bagaimana Sinta tidak salah paham, jika Malik tidak menjelaskannya lebih awal. Jadi salah paham begini.

"Begini, dek. Bukan kak Raja yang ingin melamar Sinta. Tapi, Farel. Adik sepupu kak Malik. Bagaimana menurut adek. Kami tidak memaksa, hanya ingin tahu pendapat adek?"

"Ja-jadi bukan kak Raja?"

"Bukan kakak, Sinta. Kamu sudah seperti adik buat kakak."

Tegas Raja membuat Sinta menunduk. Sinta tak tahu harus menjawab apa. Pikirannya bleng.

Sinta tak tahu siapa Farel, bagaimana sikapnya. Walau Sinta selentingan suka mendengar tentang Farel dari teman-teman kampusnya yang banyak mengidolakan Farel.

"Kakak hanya ingin tahu saja pendapat Sinta. Bagaimana?"

Sinta menatap Aurel seolah meminta bantuan. Namun, Aurel hanya diam saja membiarkan Sinta menjawab dengan pendirian Sinta sendiri.

"Kalau Sinta menolak?"

"Apa alasan tepat, akan jawaban itu?"

"Sinta hanya ingin fokus pada kuliah Sinta dulu dan adik-adik. Apalagi Sinta juga harus mengurus perusahaan Rumah Adam Hawa. Sinta hanya ingin kak Malik dan kak Raja bangga sama Sinta. Sinta takut, tidak bisa membagi waktu jika sudah menikah. Apalagi Sinta tak mau jauh dari adik-adik."

Kini, Malik mengerti. Ia sudah mendapatkan solusi jalan mana yang harus ia ambil. Jawaban Sinta adalah jalan solusi itu sendiri.

"Baik. Sinta jangan terlalu di pikirkan masalah lamaran ini. Sisanya biar kakak yang akan urus."

"Terimakasih banyak, kak dan maaf."

"Tidak apa. Kita tidak tahu jalan takdir Allah yang mana yang terbaik. Kamu jalani aktivitas kamu. Maaf, kakak menyita waktu kamu."

"Tidak apa, kalau begitu Sinta permisi. Assalamualaikum."

Malik menghela nafas panjang, begitupun dengan Raja. Raja menatap Malik, intens. Raja tidak tahu jalan mana yang akan Malik lakukan. Sudah tahu jawaban Sinta, maka Malik hanya perlu menyampaikan apa yang di rasakan Sinta.

"Sayang, bisa tinggal di sini lebih lama?"

"Bisa, bi. Pergilah, selesai kan semuanya."

"Terimakasih, sayang."

"Ja, ayo!"

Malik dan Raja berniat langsung pergi ke kediaman om Zaenal dan Tante Maryam. Malik tak ingin membuat mereka menunggu lama jawaban.

Jika Sinta sudah menjawab, maka Malik tinggal menyampaikan.

Setibanya di kediaman om Zaenal. Seorang penjaga yang memang mengenal Malik dan Raja langsung mempersilahkan mereka masuk.

Om Zaenal cukup terkejut akan kedatangan keponakannya. Namum, melihat Malik datang dengan Raja seperti nya ada kabar yang akan mereka dengar.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, om."

Malik mencium punggung tangan om Zaenal karena kebetulan di ruang keluarga cuma ada om Zaenal.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, Ibra. Silahkan duduk, nak."

Malik dan Raja duduk, sedang om Zaenal pergi ke dapur guna memberitahukan istrinya jika ada tamu.

Om Zaenal kembali berserta Tante Maryam dengan nampan di tangannya.

"Jujur, om cukup terkejut akan kedatangan kalian. Namun, om berharap ada kabar baik yang om dapatkan."

Raja tersenyum Begitupun dengan Malik. Hal wajar bagi seseorang bicara begitu.

"Begini om, Tante. Kedatangan Ibra dan Raja ke sini. Kami hanya ingin menyampaikan sebagai atas jawaban Sinta sendiri."

"Katakan, nak. Tante berharap, hal baik yang Tante dengar."

"Sinta menolak akan lamaran itu."

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Apa benar kak. Sinta Menolak nya?"

Deg!

Semuanya cukup terkejut akan kedatangan Farel tiba-tiba. Farel langsung duduk di samping kedua orang tuanya. Farel menatap Malik serius. Ia ingin memperjelas semuanya.

"Katakan kak. Apa benar Sinta menolak lamaran Farel?"

"Nak, dengar dulu penjelasan kak Ibra. Kamu tenang ya?"

Tegur Maryam pada putranya.

"Maaf ummi."

Farel menunduk, meremas jari-jari nya. Rasanya Farel masih tak percaya jika lamarannya di tolak Sinta.

"Sinta memang menolak nya. Namun, dia punya alasan kuat untuk itu."

"Kalau boleh om tahu. Apa alasan Sinta, nak?"

"Sebelumnya. Om, Tante dan Farel harus tahu. Ada tanggung jawab besar di pundak Sinta saat ini. Sinta sedang mengelola perusahaan rumah Adam Hawa. Sendari kecil Sinta tinggal di sana. Sinta juga anak pertama yang tinggal di sana. Sinta merasa ia terlalu kecil untuk menjalani pernikahan. Sinta ingin fokus terlebih dahulu pada kuliah ya, perusahaan terutama pada adik-adik. Seperti yang kalian tahu. Anak-anak sangat dekat dengan Sinta. Itulah yang menjadi alasan Sinta menolak nya."

"Dan Sinta pernah berkata " Sinta ingin tetap tinggal di rumah Adam Hawa setelah menikah. Bagi Sinta, rumah Adam Hawa adalah jiwanya". Semoga om dan Tante begitupun Farel, kalian mengerti."

Tambah Raja menatap Farel yang sejak tadi menunggu.

"Om semakin menyukainya."

Celetuk om Zaenal membuat istrinya menatap tajam.

"Ummi, Abi. Sinta menolak Farel."

"Kau memang bukan putraku."

"Abi!!"

Gemas ummi Maryam pada suaminya. Sudah tahu anak nya sedang patah hati malah bercanda.

"Apa kau belum mengerti juga. Sinta bukan menolak. Tapi, kau harus menunggu!"

"Maksudnya?"

Farel mengangkat kepalanya tak mengerti. Begitupun dengan Raja dan Malik, tak tahu maksud dari ucapan om Zaenal.

"Farel- Farel, kau ini. Apa kau tidak mencerna setiap ucapan yang kakak mu tadi bilang. Pertama, Sinta punya tanggung jawab di perusahaan. Ke dua, Sinta masih kuliah. Ke tiga, Sinta sayang anak-anak, dia tak mau meninggalkan rumah Adam Hawa. Yang artinya, Semua bukan tentang perusahaan ataupun kuliah. Tapi, tentang anak-anak dan rumah. Artinya, kau jika ingin menjadikan Sinta Istri. Kau harus bersedia tinggal di sana dan menunggu sampai anak-anak masuk universitas."

"Maksud nya? Farel gak ngerti Abi?"

"Kau ini. Sinta itu punya adik 14 orang. Satu masih SD. Enam masih SMP dan 7 masih SMA. Yang artinya, Sinta ingin ketika dia menikah ketujuh adiknya yang sudah SMA bisa membantu dia di perusahaan. Jadi beban Sinta sedikit berkurang dan dia bisa fokus pada suaminya jika menikah nanti. Sudah mengerti!"

Farel terdiam mencerna setiap kata yang abi nya jelaskan. Masuk akal! Bahkan Malik dan Raja pun tidak bisa menebak ke arah saja.

Bersambung ...

Jangan lupa Like Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...

Terpopuler

Comments

RithaMartinE

RithaMartinE

mampir kak 😊

2024-09-16

0

Erni Fitriana

Erni Fitriana

mampir

2024-08-09

1

Jumi Saddah

Jumi Saddah

baru lihat ne lanjutan anak asuh adam,,,

2024-07-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Enam tahun lalu ....,
2 Bab 2 Cantik!
3 Bab 3. Dua hari lagi?
4 Bab 4 Jalan-jalan
5 Bab 5 Menjemput kebahagiaan
6 Bab 6 Awal mula kebencian itu muncul
7 Bab 7 Masih sakit
8 Bab 8 Pindah tugas
9 Bab 9 Hari pertama pindah kerja
10 Bab 10 Saya bingung!
11 Bab 11 Maafkan saya.
12 Bab 12 Saya malu ..,
13 Bab 13 Pawang
14 Bab 14 Melihat hantu
15 Bab 15 Lima detik
16 Bab 16 Menggemaskan
17 Bab 17 Berujung petaka
18 Bab 18 Dasar ceroboh
19 Bab 19 Pergi!
20 Bab 20 Manja
21 Bab 21 Posesif
22 Bab 22 Pengakuan
23 Bab 23 Babak baru
24 Bab 24 Dokter Sinta!
25 Bab 25 Apa kamu, colon istri cucu saya?
26 Bab 26 Cucu anda memaksa, saya.
27 Bab 27 Kecewa
28 Bab 28 Gara-gara telepon
29 Bab 29 Kamu mendua?
30 Bab 39 Belum terbiasa
31 Bab 30 Kita bertemu lagi ...
32 Bab 31 Pecel ayam
33 Bab 32 Terimakasih calon istri.
34 Bab 33 Bulsit
35 Bab 34 Aku tahu.
36 Bab 35 Calon mantu
37 Bab 36 Ya
38 Bab 37 Sudah halal
39 Bab 38 Akhh!!!
40 Bab 40 Gaun pengantin.
41 Bab 41 Resepsi pernikahan
42 Bab 42 Jepang
43 Bab 43 Saling menjaga perasaan
44 Bab 44 Ayo lakukan, ...
45 Bab 45 Bu dokter paling tahu.
46 Bab 46 Mertua baik
47 Bab 47 Malam panjang
48 Bab 48 Kamu bukan obat
49 Bab 49 Gaya baru, sayang
50 Bab 50 Sleep call
51 Bab 51 Persiapkan Mental
52 Bab 52 Berdamai
53 Bab 53 Luapan Rindu
54 Bab 54 Sejenak mengenang masa lalu
55 Bab 55 Itu privasi
56 Bab 56 Meleleh hati adek
57 Bab 57 Muhamad Farel
58 Bab 58 Makanan gak di masak tapi bukan cemilan
59 Bab 59 Nakal
60 Bab 60 Ngidam
61 Bab 61 Cerita orang hamil
62 Bab 62 Gara-gara rujak
63 Bab 63 Kakak jahat
64 Bab 64 Makin jatuh cinta
65 Bab 65 Kesalahpahaman.
66 Bab 66 Mau jadi mantu saya?
67 Bab 67 Kita ke hotel
68 Bab 68 Menghabiskan waktu berdua
69 Bab 69 Melahirkan
70 Bab 70 Adiba Hanifa Khanza
71 Bab 71 Dia!
72 Bab 72 Salah paham
73 Bab 73 Gemasnya, ..
74 Bab 74 Permintaan Aurora
75 Bab 75 Gak mau berbagi
76 Bab 76 Nasihat Farel
77 Bab 77 Kehangatan keluarga
78 Bab 78 Akting sempurna
79 Bab 79 Deal!
80 Bab 80 Sepucuk surat
81 Bab 81 Extra prat
82 Bab 82 Abi sudah ada calon
83 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1 Enam tahun lalu ....,
2
Bab 2 Cantik!
3
Bab 3. Dua hari lagi?
4
Bab 4 Jalan-jalan
5
Bab 5 Menjemput kebahagiaan
6
Bab 6 Awal mula kebencian itu muncul
7
Bab 7 Masih sakit
8
Bab 8 Pindah tugas
9
Bab 9 Hari pertama pindah kerja
10
Bab 10 Saya bingung!
11
Bab 11 Maafkan saya.
12
Bab 12 Saya malu ..,
13
Bab 13 Pawang
14
Bab 14 Melihat hantu
15
Bab 15 Lima detik
16
Bab 16 Menggemaskan
17
Bab 17 Berujung petaka
18
Bab 18 Dasar ceroboh
19
Bab 19 Pergi!
20
Bab 20 Manja
21
Bab 21 Posesif
22
Bab 22 Pengakuan
23
Bab 23 Babak baru
24
Bab 24 Dokter Sinta!
25
Bab 25 Apa kamu, colon istri cucu saya?
26
Bab 26 Cucu anda memaksa, saya.
27
Bab 27 Kecewa
28
Bab 28 Gara-gara telepon
29
Bab 29 Kamu mendua?
30
Bab 39 Belum terbiasa
31
Bab 30 Kita bertemu lagi ...
32
Bab 31 Pecel ayam
33
Bab 32 Terimakasih calon istri.
34
Bab 33 Bulsit
35
Bab 34 Aku tahu.
36
Bab 35 Calon mantu
37
Bab 36 Ya
38
Bab 37 Sudah halal
39
Bab 38 Akhh!!!
40
Bab 40 Gaun pengantin.
41
Bab 41 Resepsi pernikahan
42
Bab 42 Jepang
43
Bab 43 Saling menjaga perasaan
44
Bab 44 Ayo lakukan, ...
45
Bab 45 Bu dokter paling tahu.
46
Bab 46 Mertua baik
47
Bab 47 Malam panjang
48
Bab 48 Kamu bukan obat
49
Bab 49 Gaya baru, sayang
50
Bab 50 Sleep call
51
Bab 51 Persiapkan Mental
52
Bab 52 Berdamai
53
Bab 53 Luapan Rindu
54
Bab 54 Sejenak mengenang masa lalu
55
Bab 55 Itu privasi
56
Bab 56 Meleleh hati adek
57
Bab 57 Muhamad Farel
58
Bab 58 Makanan gak di masak tapi bukan cemilan
59
Bab 59 Nakal
60
Bab 60 Ngidam
61
Bab 61 Cerita orang hamil
62
Bab 62 Gara-gara rujak
63
Bab 63 Kakak jahat
64
Bab 64 Makin jatuh cinta
65
Bab 65 Kesalahpahaman.
66
Bab 66 Mau jadi mantu saya?
67
Bab 67 Kita ke hotel
68
Bab 68 Menghabiskan waktu berdua
69
Bab 69 Melahirkan
70
Bab 70 Adiba Hanifa Khanza
71
Bab 71 Dia!
72
Bab 72 Salah paham
73
Bab 73 Gemasnya, ..
74
Bab 74 Permintaan Aurora
75
Bab 75 Gak mau berbagi
76
Bab 76 Nasihat Farel
77
Bab 77 Kehangatan keluarga
78
Bab 78 Akting sempurna
79
Bab 79 Deal!
80
Bab 80 Sepucuk surat
81
Bab 81 Extra prat
82
Bab 82 Abi sudah ada calon
83
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!