Naya seorang wanita yang ceria seketika berubah hidupnya setelah mengalami kecelakaan kerja. Tak hanya mengalami kelumpuhan, satu persatu nasib malang mulai hadir di hidup Naya. Meskipun atasan tempat Naya bekerja bertangung jawab atas Nanya namun itu tidak mampu membuat hidup Naya lebih baik.
Lalu bagai manakah Naya menjalani hidup dengan nasibnya yang malang itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Lumpuh
Pak Budiman dan Candra saling pandang. Sebelumnya mereka sepakat akan mengatakan jika keadaan Naya sudah lebih tenang. Tapi sekarang sepertinya mereka sama-sama tidak tahu bagai mana untuk mengatakan kepada Naya.
Belum sempat Pak Budiman menjelaskan kepada Naya, beberapa teman kantor Naya datang untuk menjenguknya. Seketika Naya lupa dengan pertanyaannya tadi.
Ketika jam besuk selesai pukul sembilan malam semua teman-teman Naya pulang menyisakan Pak Budiman dan Candra yang ada di kamar rawat Naya.
"Mas, sebaiknya mas pulang saja. Besok kan mau kerja." pinta Naya yang merasa kasihan kepada Candra karena belum bisa beristirahat.
Pulang dari kantor tadi sore Candra langsung ke rumah sakit kemudian menjelang malam pria itu hanya pulang sebentar untuk mandi dan berganti pakaian sebelum datang ke rumah sakit lagi.
"Tapi, aku mengkhawatirkan mu. Tidak apa-apa, aku bisa minta cuti satu hari besok." tolak Candra yang tetap ingin menemani Naya di rumah sakit.
Sungguh pasangan yang sangat manis. Mereka saling mengkhawatirkan satu sama lain. Pasti rumah tangga yang bakal mereka jalani kelak akan sangat bahagia.
"Tidak perlu sampai libur, mas. Besok kan hari Sabtu pukul dua belas sudah pulang. Mas di sini besok malam saja ya. Malam Minggu, gantian sama ayah." pujuk Naya dengan lembut yang selalu berhasil membuat Candra luluh.
"Hem, baiklah kalau mau mu begitu. Aku akan pulang. Terima kasih sudah mengkhawatirkan ku." ucap Candra mengalah.
"Aku yang harusnya terima kasih karena mas sudah mau menjaga ku." balas Naya.
"Aku pulang dulu. Jika ada apa-apa segera hubungi aku." Candra mengelus rambut Naya dengan sayang.
Kemudian pria itu berpamitan kepada Pak Budiman sebelum keluar dari ruang rawat Naya.
*
Keesokan harinya, ketika Pak Budiman selesai menyuapkan Naya sarapan, putrinya itu kembali bertanya.
"Ayah mengapa aku tidak bisa merasakan kaki ku ? apa efek obat biusnya belum hilang ?" tanya Naya sambil menduga-duga.
Naya bukanlah wanita yang bodoh, tidak mungkin kan efek obat bius hampir satu hari belum hilang.
Pak Budiman kembali terdiam mendengar pertanyaan Naya. Bingung mau menjawab apa. Ingin menjelaskan yang sebenarnya juga rasanya sungguh tidak tega. Ia tahu di sebalik sifat ceria yang selalu Naya tunjukkan, sebenarnya putrinya itu merupakan seorang yang rapuh dan cengeng.
Di tengah kesibukan Pak Budiman memikirkan kalimat yang pas untuk mengatakan kepada Naya, tiba-tiba dokter dan dua orang perawat datang untuk melakukan pemeriksaan.
Naya pun langsung menanyakan tentang keadaan kakinya. Dokter itu langsung melihat ke arah Pak Budiman yang tampak sendu. Pria tua itu pasti belum mengatakan apa pun kepada Naya. Ayah mana yang tega melihat putrinya bersedih.
Meskipun berat, namun sebagai seorang dokter wajib untuk memberitahukan keadaan pasiennya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Sekalipun itu akan sangat menyakitkan.
"TIDAK !"
Naya langsung menjerit histeris setelah mengetahui jika kedua kakinya sekarang lumpuh. Pak Budiman langsung mendekap untuk menenangkan putrinya.
"Ayah mengapa nasib ku jadi begini, hiks hiks hiks." Naya meratapi dirinya dalam pelukan sang ayah.
"Aku lumpuh ayah. Aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Lebih baik aku mati saja, ayah. hiks hiks hiks." tangis lirih Naya membuat hati sang ayah merasa bagai di sayat sayat.
"Tenanglah nak. Jangan bicara seperti itu. Tuhan mungkin punya rencana lain untuk mu. Tetaplah hidup dengan baik dan menerima semua takdir dariNya." kata pak Budiman yang juga ikut menangis merasakan kesedihan sang putri tercinta.
Lama kedua ayah dan anak itu saling memeluk sampai akhirnya Naya jadi lebih tenang. Namun ia masih terisak dan mencoba belajar ikhlas menerima takdirnya.
"Naya, ayo makan dulu." pujuk Pak Budiman untuk kesekian kalinya.
Makanan yang di antarkan oleh perawat setengah jam yang lalu kini berangsur dingin. Naya hanya menggelengkan kepalanya menanggapi ucapan sang ayah. Sungguh ia merasa tidak berselera untuk makan. Bahkan untuk hidup sekali pun.
Sejak tadi Naya hanya diam. Sesekali ia mengusap air matanya yang terus mengalir tanpa bisa di cegah.
Pak Budiman menghela napas lemah dan kembali menyimpan makanan ke tempat semula karena Naya masih tidak mau makan. Dalam hati pak Budiman berdoa meminta Candra segera datang agar bisa memberikan semangat kepada Naya.
Pak Budiman langsung menoleh ketika pintu kamar rawat Naya di buka dari luar. Namun bukan Candra seperti yang ia harapkan tapi malah ayah dan ibu Candra yang datang.
"Bu Indah, Pak Sadri" sapa Pak Budiman kepada kedua calon besannya dengan tersenyum.
kadang aku jg merasa aneh aja klo baca nkvel yg katanya gak cinta tp bisa mengauli dan lbh parahnya lagi yg katanya hanya pernikahan kontrak kenapa kq nympk bisa hamil jg, kadang aku heranya jg, apa mugkin yg bikin cerita emang bermasalah, banyak tu novel" yg begitu. aneh kan 🤭😅