Apa jadinya bila seorang gadis yang baru lulus SMA harus menjadi seorang ibu pada anak kembar 7 yang tidak sengaja ia temukan. mampukah gadis itu merawat anak kembar 7 itu sendirian? Atau malah di titipkan kepanti asuhan? temukan jawaban nya di novel ini. kalau penasaran baca yuk.
Cerita ini hanya lah fiktif semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bahagia ternyata sederhana.
.
.
.
Setelah selesai makan mereka pun pulang, mereka pergi meninggalkan restoran setelah membayar makanan tersebut. Sampai di parkiran ada ada saja orang yang mau mengganggu mereka. Sepuluh orang preman menghadang mereka saat mereka hendak masuk kedalam mobil.
"Serahkan uang dan mobil kalian." perintah preman itu.
"Huuh..ada ada saja pengganggu!" gumam Ray, yang merasa tidak senang apabila diganggu.
"Kalau mau uang kerja Paman." Roy.
"Banyak bacot kau bocah." bentak preman itu.
Darmendra menghampiri mereka, tanpa bicara langsung memberikan bogem mentah pada ketua preman itu. ketua preman itu pun tersungkur ke aspal. Lalu ia mengusap bibirnya yang berdarah.
"Kita lawan secara jantan, Paman." Ram.
"Berani juga nih bocah," pikir preman itu.
"Sini maju kalian." Ray, para preman saling pandang.
"Cih, cuma bocah sok berani." ejek preman itu.
Si kembar mengambil posisi untuk melawan para preman itu, tidak lupa Diva juga ambil bagian. sedangkan Darmendra sudah menghajar ketua preman tersebut hingga babak belur. Ram menyerang lebih dulu, bersalto langsung menendang preman itu tepat mengenai dadanya. preman itu terlempar beberapa meter, preman yang lain melongo melihat seorang anak kecil mampu mengalahkan temannya.
"Baru satu orang, bagaimana kalau nanti kami semua yang menyerang. kalian pasti tidak bisa pulang, apalagi kalau Mommy yang bertindak pasti kalian dibikin sate oleh Mommy." Ram.
"Kalian mau melawan atau pergi dari sini?" Diva.
"Ba..baik kami akan pergi," ucap preman itu gugup.
"Tapi sayangnya kalian tidak kami izinkan pergi sebelum kalian kami hajar." Roy.
Sekarang mereka tersisa delapan orang, si kembar maju melawan preman itu satu lawan satu.
Buugh... buugh... buugh. si kembar menendang mereka satu persatu. Diva tidak jadi turun tangan dan hanya menjadi penonton saja. Diva tau kehebatan anak anaknya sebab itulah ia tidak perlu khawatir dengan mereka. satu persatu preman itu mencium aspal. Akhirnya semua preman itu kalah dan pingsan ditempat.
"Si kembar pun kembali masuk kedalam mobil diikuti oleh Diva dan Darmendra, lalu meninggal tempat itu.
Pukul 7 malam mereka pun tiba dirumah. tidak lupa mereka mengabari Oma dan Opa nya bahwa mereka malam ini akan menginap dirumah mereka. Si kembar langsung masuk kekamar mereka masing-masing, sedangkan Darmendra kekamar tamu. Beruntung rumah ini banyak kamar jadi tidak terlalu kesulitan.
"Bagaimana dengan pakaian bekasnya bik?" tanya Diva.
"Sudah selesai nyonya, semua ada dua kardus." jawab bik Iis.
Darmendra keluar dari kamar keruang tamu, dan duduk disana sambil menyalakan televisi. tidak berapa lama si kembar juga menghampiri Daddy mereka saling berebut hendak duduk dipangkuan sang Daddy. tidak ada yang mau mengalah mereka saling tarik-menarik dan tertawa riang.
"Ternyata bahagia itu sederhana." batin Darmendra yang senang melihat kelakuan si kembar. Aksi mereka menjadi bahan tertawaan Diva dan juga pelayan dirumah ini.
"Anak anak, sudah jangan begitu kasihan Daddy kalian." Diva.
"Dad, besok kan hari Minggu. Daddy janji akan melihat rumah itu." Ram.
"Baiklah, Daddy telpon Om Robert dulu ya." Darmendra. Darmendra pun menelpon Robert untuk meminta alamat rumah tersebut. Tidak berapa lama notifikasi pesan masuk kedalam handphone Darmendra yang berisikan alamat rumah tersebut. ternyata rumah itu tidak begitu jauh dari tempat tinggal mereka, hanya sekitar satu jam perjalanan. Dan Robert juga bilang kalau rumah itu dekat dengan sekolah dasar.
"Kalau begitu secara kebetulan biar nanti anak anak jalanan itu bisa disekolahkan disana," batin Darmendra.
Robert sudah menyuruh orang membersihkan rumah itu, dan menyediakan pembantu untuk mengurus anak anak itu nantinya. agar mereka tidak lagi menjadi anak jalanan, dan ada tempat tinggal yang layak.
"Anak anak sekarang tidur ya, sudah jam 9 malam." perintah Diva, si kembar pun masuk kedalam kamar mereka masing masing.
"Mas mau minum kopi?" tanya Diva.
Mendengar panggilan Diva berubah pada dirinya, membuat Darmendra merasa begitu bahagia.
"Apakah ini tandanya Diva akan menerimaku? tidak, tidak aku tidak akan berharap lebih, biarkan saja waktu yang menentukan." batin Darmendra.
"Mas kok diam saja?"
"Ah iya boleh deh, kopi kurang manis."
Diva pun berjalan menuju dapur menyiapkan kopi untuk Darmendra. Hanya beberapa menit Diva sudah kembali dengan secangkir kopi juga cemilan untuk teman kopi.
"Silahkan mas, gak tau nih pas atau tidak di lidahnya mas."
"Terimakasih, jadi merepotkan."
"Tidak juga." ucap Diva tanpa menoleh ke Darmendra.
"Besok kita akan menjemput anak anak jalanan membawa mereka pindah ke rumah baru." Darmendra.
"Ajak Robert juga mas, suruh bawa mobil yang agak besar supaya muat untuk anak anak." Diva.
"Itu pasti, Robert bilang rumah itu dekat dengan sekolah dasar, aku juga berencana untuk menyekolahkan mereka." Darmendra.
"Siapa yang akan mengurus mereka nanti?" Diva.
"Ada pembantu, Robert sudah mencarinya dan sekarang sudah mulai bekerja di rumah itu." Darmendra.
"Syukurlah kalau begitu," Diva.
Si kembar sudah terbangun dari jam 5 pagi tadi. mereka sangat bersemangat untuk melihat rumah baru itu. si kembar keluar dari kamarnya langsung mencari Daddy mereka.
Mereka masuk kedalam kamar Daddy nya, kebetulan Daddy mereka sedang mandi. si kembar menunggu Daddy nya hingga selesai mandi. Darmendra keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk. ia sedikit terkejut melihat si kembar sudah ada didalam kamarnya.
"Kalian sudah siap? sepertinya kalian bersemangat sekali?" tanya Darmendra.
"Kami sudah tidak sabar melihat rumah itu." Ram, dan yang lain pun mengangguk.
"Baiklah, tunggu Daddy dimeja makan ya, Daddy mau berpakaian dulu." Darmendra.
Si kembar pun keluar dari kamar Daddy nya. dan langsung menuju meja makan. Disana sudah ada Diva yang sedang menyiapkan sarapan pagi, dibantu bik Iis sedangkan dua pelayan lainnya mengerjakan pekerjaan mereka masing masing. Si kembar menghampiri Mommy nya.
"Mana Daddy kalian?" Diva.
"Daddy lagi berpakaian." Rakha.
"Ya sudah, duduk dulu kita tunggu Daddy sebentar." Diva.
Tidak berapa lama Darmendra sudah berpakaian lengkap berjalan menuju meja makan, hanya berpakaian santai saja, karena hari ini tidak kekantor. Diva mengambilkan nasi dan lauk untuk si kembar, setelah itu baru untuk Darmendra. mereka sarapan dengan hikmat, dan terlihat begitu bahagia.
Setelah selesai sarapan, mereka pun berangkat kebetulan Robert juga sudah ada, mereka akan menjemput anak anak jalanan dulu, baru setelah itu mereka akan kerumah baru itu. Si kembar menjadi penunjuk jalan, mobil Robert mengikuti dari arah belakang.
"Apakah ini tempatnya?" tanya Darmendra saat mereka sampai di tempat itu. mobil mereka tidak bisa masuk karena lorongnya terlalu kecil, mobil hanya bisa terparkir dipinggir jalan. si kembar berjalan terlebih dahulu, dan diikuti oleh yang lain.
"Ini tempatnya Daddy," ucap Raffa.
Lalu mereka mendekat kearah gubuk yang hanya berdinding kardus. melihat ada yang datang, anak anak jalanan pun keluar dari gubuk kardus tersebut.
"Kalian siapa?" tanya anak itu.
.
.
.
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil bersama, Dari sisi kemanusiaan toleransi terhadap sesama dan dari sisi ke Genius si Penulis Cerita aku suka banget,Tank you Author 👍👍👍💪💪💪🥇🥇🥇