Dimanfatkan oleh sepasang suami istri, Aira tidak bisa menolak. Ia terdesak oleh keadaan, menukar masa depannya. Apakah pilihan Aira sudah tepat? Atau justru ia akan terjebak dalam sebuah hubungan rumit dengan pria yang sudah beristri?
Selamat datang di karya author Sept ke 23
Yuk, follow IG author biar tahu novel terbaru dan info menarik lainnya.
IG : Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suka Marah-marah
Wanita Pengganti Bagian 13
Oleh Sept
Rasa jengkel Farel terhadap wanita miskin di depannya itu semakin membuncah. Ia tambah jijik, ketika mengingat pernah menyentuh wanita itu. Kalau saja bukan karena obat, dia enggan menyentuh meski sehelai rambut.
Dengan gusar, Farel menarik handuk untuk ia pakai. Pria yang rambutnya basah semuanya itu, melilitkan handuk pada pinggangnya. Kemudian meninggalkan Aira yang terdiam karena heran, mengapa dia dituduh mengintip? Bagi Aira, selain suka marah-marah, baginya Farel itu pria aneh. Ia tidak bisa menebak isi kepala pria kaya tersebut.
***
Malam harinya, seperti biasa, Nita pasti pulang telat. Kali ini katanya ada b'day party di agency. Gak enak kalau gak datang.
"Nit."
"Ya," Nita menoleh. Model top itu sedang menghapus riasan di depan kaca.
"Apa?" tanya Nita yang tidak mendengar suaminya bicara lagi.
"Aku tidak suka wanita udik itu tinggal di sini!" jawab Farel kemudian.
"Udik? Siapa yang Mas maksud udik?"
Bola mata Nita memutar, otaknya juga mulai berpikir. Kemudian meletakkan kapas sisa pembersih wajahnya.
"Astaga ... si Aira? Ada-ada kamu Mas. Kenapa? Bajunya jelek-jelek? Nanti deh, aku sortir baju bekas punya aku. Biar dipakai sama dia. Si udik? Hahah!"
Nita tertawa, membuat Farel langsung masam.
"Percuma kamu pakaikan dia baju mahal! Gak ada bedanya!" cetus Farel kesal.
"Aku lelah banget, Mas. Ngapain bahas Aira. Mending kita tunggu, kalau bulan depan dia hamil, aku pindahin dia ke apartment," ucap Nita enteng tanpa beban.
Hal itu membuat Farel curiga, Nita ini cinta tidak dengannya? Hanya karena obsesinya pada karir, dia korbankan suaminya sendiri?
"Bagaimana kalau aku cuma mau punya anak sama kamu?"
Tap tap tap
Farel turun ranjang, ia mendekati Nita. Memeluk wanita tersebut dari belakang. Mendekapnya, menengelamkan wajahnya di antara tengkuk dan leher jenjang Nita.
"Mas! Stop. Bukan hari ini ... aku lagi dapet!" tolak Nita.
Seketika mood Farel ambyar. Sedang ingin melakukan hubungan, eh malah ditolak. Pria itu langsung masam.
***
Beberapa hari kemudian.
Nita pagi tadi berangkat ke Bandung. Ada festival di sana. Katanya bakal menginap dua malam. Terpaksa Farel tidur sendirian lagi. Sudah seminggu belum dapat jatah, eh ditinggal ke Bandung. Alhasil, kalau ingin Farel cuma bisa arisan di kamar mandi.
Pukul 8 malam, Farel baru pulang. Dia habis dari rumah sakit. Menjenguk sekretarisnya yang operasi usus buntu. Pulang ke rumah, pakai acara macet di jalan. Jadilah Farel pulang dengan muka kusut.
"Biiik!"
Tap tap tap
Dipanggil bibi, yang datang gadis udik.
"Saya tidak panggil kamu!" sindir Farel.
"I-itu ... bibi tadi siang kepleset di kamar mandi. Jadi sekarang rebahan di kamar. Baru saja saya pijit, Tuan. Kalau ada yang bisa dibantu, biar saya saja."
"Siapakan makan!" titah Farel dingin, kemudian masuk ke dalam kamar.
"Baik, Tuan," ucap Aira pada angin, karena tuan mudanya itu sudah berlalu.
Beberapa saat kemudian.
Tok tok tok
"Tuan, makan malam sudah siap!"
Tidak ada sahutan, Aira kembali mengetuk pintu.
"Tuan," ucapnya sambil tangannya tetap mengetuk.
Tap tap tap
Terdengar langkah kaki, Aira pun mundur. Dan pintu pun terbuka. Sosok pria tampan muncul dengan baju santainya.
"Makanan sudah siap, Tuan."
"Hemm."
Aira pun meninggalkan Farel. Sedangkan Farel, ia menutup pintu dulu sebelum pergi.
Di atas meja makan, banyak menu makanan yang sedap. Seperti enak, pikir Farel kemudian makan. Ia makan sendiri, hanya ditemani lilin kecil yang menyala.
Beberapa saat kemudian, sudah kenyang, Farel pun langsung naik ke lantai atas. Ia pergi ke kamar kamarnya. Bukan untuk tidur, tapi menikmati udara malam yang gelap di balkon kamarnya. Cukup lama ia termenung, ia merasa sudah gila karena menurut pada kemauan Nita.
Pagi hari, Dering ponsel tidak membuat Farel bangun. Semalam dia di luar cukup lama kena angin malam. Membuat tubuhnya sekarang meriang.
Hingga pukul 9 pagi, pintu kamar masih tertutup. Aira pun mengadu pada bibi, kalau tuan mudanya itu kok belum keluar kamar.
"Biarkan saja, mungkin capek. Mau istirahat. Jangan diganggu. Tahu sendiri kan, tuan kalau marah sudah mirip macan!" ucap bibi.
Aira langsung tersenyum, betul juga apa kata bibi tersebut.
Menjelang malam. Aira sudah ketar-ketir.
"Bik, kok tidur lama sekali?"
"Iya juga. Coba suruh si Udin, tukang kebun bawa tangga. Intip ke balkon. Bibi gak punya kunci cadangan. Cuma non Nita sama tuan."
"Iya, Bik."
Aira keluar, mencari Udin. Tukang kebun yang biasanya membersihkan kebun di rumah tersebut.
***
Tangga sudah terpasang, tinggal si Udin naik. Sementara itu, di bawah sudah ada Aira dan bibi.
"Aku pegangi, mang Udin," kata Aira.
"Cepet, Din. Intip lewat kaca!" titah bibi tidak sabar.
"Ish ... sabar atuh, Bik. Nanti Udin jatuh!" protes Udin.
Tidak menunggu lama, Udin berhasil memanjat balkon kamar Farel. Dia kemudian mengintip. Namun sayang malah bersambung.
karepmu jane piye reeell jalok d santet opo piyee.....😡😡😡😡😡😡😡
waktu penyiksaanmu teko fareelll....gawe trsiksa dsek iku farel thoorr.....ben uring uringan mergo nahan rindu tpi airane moh ktmu gtuu 😀😀😀😀😀