NovelToon NovelToon
Belenggu Cinta Suami Posesif

Belenggu Cinta Suami Posesif

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Erma Sulistia Ningsih Damopolii

Menjadi aktris baru, nyatanya membuat kehidupan Launa Elliza Arkana jungkir balik. Menjadi pemeran utama dalam project series kesukaannya, ternyata membuat Launa justru bertemu pria gila yang hendak melec*hkannya.

Untung saja Launa diselamatkan oleh Barra Malik Utama, sutradara yang merupakan pria yang diam-diam terobsesi padanya, karena dirinya mirip mantan pacar sang sutradara.

Alih-alih diselamatkan dan aman seutuhnya, Launa justru berakhir jatuh di atas ranjang bersama Barra, hingga ia terperosok ke dalam jurang penyesalan.

Bukan karena Barra menyebalkan, tapi karena ia masih terikat cinta dengan sahabat lamanya yaitu Danu.

“Lebih baik kau lupakan kejadian semalam, anggap tidak pernah terjadi dan berhenti mengejarku, karena aku bukan dia!” ~Launa Elliza

“Jangan coba-coba lari dariku jika ingin hidupmu baik-baik saja.” ~ Barra Malik Utama

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erma Sulistia Ningsih Damopolii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 21 Dalam Bahaya

“Kalau begitu aku pulang duluan ya Dan, terimakasih karena sudah mau mengerti.” Ucap Launa seraya meraih tas dari brand ternama itu dari atas meja lalu hendak berdiri namun Danu segera menahan kepergiannya.

“Biar aku antar.”

“Nggak usah Dan, aku masih mau mampir ke suatu tempat. Ada keperluan.” Tolak Launa secara halus padahal sebenarnya dia senggang malam ini, namun ia ingin menghindari Danu dan terbiasa hidup tanpanya.

“Tapi Na_”

“Sudah lah Dan.” Ucap Launa lalu kemudian pergi dari tempat itu tanpa peduli panggilan Danu.

Launa terus melajukan mobilnya tanpa berani menatap Danu lewat spion mobil. Bukan karena Launa ingin bersama Bara sehingga meninggalkan Danu dengan tega, akan tetapi Launa hanya tidak ingin egois dan menjadi pemeran utama dalam kisah Danu yang harusnya bisa mendapatkan wanita yang lebih baik darinya.

Dalam diam Launa terus memikirkan Danu yang ia harapkan akan mendapatkan wanita yang terbaik. Apalagi kalau sampai ia hamil, Launa akan merasa semakin kecil di hadapan Danu, pria yang sangat ia cintai.

Mengingat soal kehamilan, sungguh Launa tidak ingin akan hadirnya setitik nyawa milik Bara dalam rahimnya. Karena panik dengan pikiran sendiri, sontak wanita itu menggeleng-gelengkan kepala dan memukul perutnya secara kasar dengan harapan tidak akan terjadi apapun di sana.

“Ya Tuhan, jangan sampai hamil, apa kata bunda dan ayah nanti? Aku takut, aku tidak mau, aku tidak mau…. huaaahhhh.” Launa memekik sendirian di dalam mobil hingga hampir kehilangan konsentrasi dan menerobos lampu merah. Alhasil, karena kecerobohannya Launa hampir bertabrakkan dengan beberapa mobil yang hendak berjalan usai mendapatkan lampu hijau dan berakhir umpatan dari beberapa pengendara.

Tanpa menurunkan kaca mobilnya, Launa kembali melanjutkan perjalanan karena kegalauan hati yang ia rasakan.

Dari kejadian itu, Launa memilih menepi di depan taman demi keamanan dirinya dalam berkendara. Alhasil, ia turun dari mobil dan berjalan menuju taman sepi yang memungkinkan dia bisa menjadi korban atas kekerasan lain lagi.

Sudah tentu dia sudah minta izin ayahnya yang setiap waktu selalu mengkhawatirkan dirinya. Bahkan ia juga mengirim live location untuk meyakinkan sang ayah bahwa dia baik-baik saja.

Launa berharap dengan cara menyendiri di sana, ia akan melupakan sejenak rasa kecewa yang ia rasakan. Bisa dibilang, meratapi hari perpisahannya bersama Danu, lebih tepatnya berakhir sebelum memulai.

“Hah! Pokoknya, no cinta-cintaan, fokus di karir, siapa tau bisa go internasional.” Launa bermonolog demi meyakinkan diri sendiri.

Hari ini, detik ini, Launa bertekad akan menjadi Launa yang baru. Bukan Launa yang sial, yang kerap di maki sutradara, yang kerap lupa dialog dan pastinya tidak akan terjerumus lagi ke lembah nista yang serupa.

Kehilangan keperawa*an bukan akhir dari segalanya. Selagi dia tidak hamil, maka semua akan baik-baik saja.

“Pokoknya, harus bangkit lagi! Walaupun sudah tidak peraw*n tapi… ya Tuhan, kenapa seberat ini? Sakit Tuhan, sakit sekali.” Kelu Launa meratapi kesedihannya pada dua hal yaitu, kehilangan kesucian bersamaan dengan kehilangan orang yang ia cintai.

Pria itu adalah tipe idealnya, ketampanan dan sikapnya nyaris sempurna. Jika saja penyebabnya bukan karena kehancuran ini, mungkin Launa akan memilih setuju dengan perjodohan itu dan mempertahankan Danu agar ia tidak pergi.

Lagi dan lagi Launa hilang kendali, ia berteriak sekencang-kencangnya dan menangis sejadi-jadinya, hingga mengagetkan pria gelandangan yang tidur di belakang kursinya lalu tanpa perasaan menghardik Launa hingga wanita itu terkesiap.

“Heh! Ngapain teriak-teriak di sini? Dasar gila!” Bentak pria tersebut sembari menghantam kursi yang Launa duduki menggunakan kayu yang ia pegang.

Bukan main kagetnya Launa, jika dilihat-lihat, agaknya pria ini sedikit tidak waras.

“Maaf pak, mana saya tahu bapak tidur di situ.” Jelas Launa mana mungkin mau kalah.

Namun begitu pria itu menyadari siapa wanita di depannya ini, ia pun kembali mengancam.

“Oh jadi kamu Launa Elizza? Artis yang tengah naik daun itu?” Tanya pria yang berpenampilan kumal itu.

“Iya.” Jawab Launa singkat dan pria itu langsung mencacinya dengan memanfaatkan status Launa untuk ia peras.

“Maaf pak, ya elaa, sudah saya bilang nggak sengaja juga!” Ketus Launa ikutan nyolot hingga pria itu tersulut emosi.

“Dasar artis sialan! Berani kamu menjawab saya!” Hardiknya lagi hingga Launa mengerjap pelan.

“Kamu pikir semua akan selesai dengan maaf hah?”

“Lalu dengan apa?”

“Dengan uang! Ganti rugi!”

“Apa yang harus diganti rugi? Tidak ada yang kurang tu dari badan bapak. Memangnya pas bapak kaget tadi jantung bapak jatuh ke perut gitu?” Balas Launa tak mau kalah hingga membuat pria tersebut mengeluarkan pisau lipat dari sakunya.

Melihat itu, mata Launa membulat. Sebelum terlambat, Launa beranjak lalu berlari sekencang-kencangnya menghindari pria paruh baya berwajah sangar itu yang ikut berlari di belakangnya.

Launa yang terlampau realistis, tentunya tak ingin asal memberikan uang pada pria yang memalaknya malam ini. Ya, bagi Launa tindakan pria tadi adalah termasuk memalak. Padahal mereka tidak sedang bertabrakkan kendaraan sehingga ada yang lecet atau sejenisnya. Hanya perkara kaget saja Launa berakhir dipalak di tengah taman.

Dengan wajah pucatnya Launa terus melarikan diri dari kejaran pria menakutkan itu. Kian lama kejaran pria itu kian dekat, sungguh Launa tidak bercita-cita mati konyol malam ini. Dengan semangat 45, Launa menghindari kejaran pria itu, hingga tanpa sadar ia membentur dada bidang seorang pria yang saat ini tengah berdiri di pinggir taman.

“Mampus aku, kenapa harus dia sih!” Gerutu Launa begitu kepalanya mendongak menatap sosok pria tinggi yang ia tabrak itu.

****

“Bun, Launa di mana ya? Kok belum pulang juga.” Tanya Kevin yang sejak tadi mondar mandir persis setrikaan itu. Pasalnya, putrinya sudah tidak ada di taman itu lagi pasca Kevin meminta Geona memeriksanya di sana mengingat rumah sakit tempat Geona bertugas berada tak jauh dari lokasi tersebut.

“Paling juga mampir di rumah Iva, biasa, kalau senggang begini kan dia suka nginap di sana.” Jawab Salsa yang justru lebih tenang dari suaminya. Jika untuk orang tua lain yang cemas adalah dari pihak ibu, untuk mereka justru berbeda, ayah Kevin lah yang paling khawatir di sini.

“Nggak nggak.. ayah rasa ada yang tidak beres. Tidak biasanya Launa begini, dan sekarang? Apaan coba…” gerutu Kevin sembari melirik ponselnya dengan dahi mengkerut.

“Nomornya malah nggak aktif.”

“Coba ayah telepon Iva deh.”

“Iya juga ya.” Jawab Kevin membenarkan ide istrinya.

Mengikuti saran sang istri, pria itu langsung menghubungi ponakan satu-satunya itu.

“Halo Iva, apa Launa ada di rumahmu?” Tanya Kevin begitu wanita itu menjawab teleponnya.

“Tidak tau yah, tadi katanya mau ke rumahku sedangkan aku masih lembur sekarang. Biasanya juga dia sudah di rumah yah kalau habis janjian begini.” Jawab Iva hingga membuat Kevin sedikit tenang dan berharap Launa memang sudah di rumah Iva.

“Begitu ya.”

“Iya. Atau nanti saya hubungi bibi di rumah.”

“Oh iya Va, jangan lupa kabari ayah ya.”

“Okay yah.” Jawab Iva lalu kemudian mematikan ponselnya sembari menggeleng-gelengkan kepala.

“Kemana sih anak itu?”

“Aku coba hubungi bibi dulu kali ya.” Ia pun bermonolog lalu segera menekan nomor rumahnya untuk menanyakan Launa.

1
Melia Gusnetty
judul sm jln cerita nya gk sesui..jd malas baca nya..
sorry tak skip..
Melia Gusnetty
aahh..jd greget..tokoh utama nya begok bin tolol...lemah lg...gk sreek jd nya...😏😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!