NovelToon NovelToon
TABUR PASIR

TABUR PASIR

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Iblis / Keluarga / Kutukan / Hantu / Tumbal
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Siswondo07

[TAMAT] Tiba-tiba 7 orang dari keluarga Handoko meninggal dunia selang dua hari sekali. Ketuju itu semua laki-laki dan dimakamkan berjejer dimakam keluarga.

Dewi salah satu anak perempuan dikeluarga Handoko, sangat teramat penasaran dengan kejadian ini. Semua keluarganya diam seribu bahasa, seolah-olah semua ini takdir Tuhan. Disitulah awal Dewi akan mencari tahu masalah demi masalah dikeluarga ini.

Ikuti terus kisahnya di Noveltoon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siswondo07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kampung Sugatra

Sudah hampir lima jam perjalanan ke arah kampung Sugatra membuat Dewi merasa lelah dan gantian dengan Jaya sebagai Sopir. Sudah melewati panjangnya jalan tol, melewati jalanan terjal, melewati jalanan hutan yang panjang. Sampai pada akhirnya melewati sebuah tugu selamat datang dikampung Sugatra, memasuki area perkampungan yang perubahannya tidak begitu signifikan.

Jaya dan Rohman melihat kampung halamannya itu tidak jauh beda dengan yang dulu. Masih ingat digardu tempat Rohman sering main gaple bersama teman-temannya, melihat sawah dimana Jaya suka ngebolang dengan kelompok temannya.

Begitu banyak kenangan indah dikampung ini. Hingga pada akhirnya mobil yang ditumpangi sudah sampai didepan rumah Jaya.

Jaya, Rohman dan Dewi keluar dari mobil, lalu Jaya mengetuk pintu beberapa kali dan memanggil Ibunya.

"Buk, Ibuk, Jaya Pulang Buk." Ucap Jaya agak keras.

Lalu Ibu membuka pintu dan kaget melihat Jaya.

"Jaya. Akhirnya kamu pulang Nak." Ungkap Ibu, lalu memeluk Jaya.

"Buk, Jaya membawa pulang Rohman. Lihatlah dia Buk." Ungkap Jaya didekat kuping Ibunya.

Ibu lekas melihat ke arah dekat Mobil dimana Rohman dan Dewi berdiri. Mata Ibu lalu berkaca-kaca dan segera melepas pelukan Jaya, Ibu berlari kecil dan memeluk Rohman dengan eratnya.

"Ibu rindu kamu Nak. Kamu sehat, akhirnya kamu pulang." Ungkap Ibu terharu dan bahagia.

"Rohman juga rindu Ibu." Jawab Rohman dalam pelukan Ibu.

"Ini siapa?" Tanya Ibu saat melepas pelukan Rohman dan matanya melihat ke arah Dewi.

"Ini Dewi teman Saya dan Jaya Buk." Jawab Rohman.

"Cantiknya." Ungkap Ibu tersenyum manis pada Dewi.

"Nama Saya Dewi Buk." Dewi lalu mengulurkan tangan kanannya untuk berjabat tangan.

Ibu lalu menerima jabatan tangan Dewi.

"Kalian pasti lelah sekali. Ayok masuk Ibu buatkan makanan dan minuman." Ucap Ibu.

Ibu lalu menyuruh anaknya dan Dewi masuk kerumah.

Jaya, Rohman dan Dewi duduk diruang tamu. Ibu menuju ke dapur untuk membuatkan teh hangat.

Sejak itu Jaya penasaran dimana Ayah sekarang. Jaya lalu pergi menuju ke dapur untuk bertanya pada Ibunya. Setelah didapur Jaya melihat Ibu sedang menyiapkan gelas untuk diisi racikan teh. Jaya berdiri disamping Ibunya dan bertanya?

"Buk, Bapak dimana? Keadaannya sehat?" Ucap Jaya.

"Bapak sakit-sakitan, dia ada dikamarnya. Coba kalian tengok Bapak sebentar." Jawab Ibu disela kesibukannya membuat teh hangat.

"Baik Buk." Jawab Jaya. Lalu Jaya melangkah pergi ke arah ruang tamu untuk meminta Rohman ikut dengannya.

Sementara itu Dewi sendirian diruang tamu dan melihat beberapa foto keluarga didinding rumah Jaya.

Kini Jaya dan Rohman melangkah berjalan bersama menuju ke kamar Ayah. Jaya membuka pintu kamar, lalu melihat Bapak berbaring lemah tak berdaya, namun masih bisa berbicara dengan jelas.

"Siapa itu?" Tanya Bapak.

"Ini Jaya dan Rohman Pak." Jawab Jaya.

"Sini Nak." Ungkap Bapak menyuruh kedua anaknya mendekat ke arah Bapak.

Jaya dan Rohman berjalan mendekat ke Bapaknya.

"Bapak minta maaf kalo banyak salah ya. Bapak galak agar kalian menjadi laki-laki yang kuat, karena hidup ini kejam Nak. Bapak sudah sakit-sakitan dan mungkin sebentar lagi akan pergi untuk selamanya. Kalian harus jaga Ibu dan jaga satu sama lain." Celoteh aneh Bapak yang membuat hati anaknya miris.

"Sudah kami berdua maafkan segala kesalahan Bapak. Jaya dan Rohman juga minta maaf kalo semasa dengan Bapak suka melawan." Ucap Jaya.

Lalu Rohman memeluk Bapak dan meminta maaf juga karena pergi begitu saja dari rumah ini.

"Rohman, kau kembali rumah ini dan Bapak bisa melihatmu kembali sudah bahagia." Ucap Bapaknya memeluk erat balik Putra pertamanya.

Saat itulah haru biru berlalu, Bapak dan anak sudah saling memaafkan satu sama lain.

-

Sementara Ibu mengantarkan teh hangat ke ruang tamu. Ibu melihat Dewi menatap foto-foto didinding rumah lalu berkata setelah selesai menaruh gelas teh dimeja.

"Itulah foto kenangan masa dulu keluarga kami Nak. Bapak Jaya dan Rohman adalah pengusaha karet dikampung ini, sampai sekarang masih berjalan." Ucap Ibu.

Dewi hanya menganggukkan kepalanya.

"Diminum Nak." Suruh Ibu pada Dewi untuk minum air hangat.

"Terima kasih Buk." Dewi lalu kembali duduk dikursi dan menyeruput teh hangat buatan Ibu Jaya.

"Ibu tinggal dulu didapur ya, Ibu mau masak soto buat kalian makan." Ucap pamit Ibu pada Dewi.

"Silakan Buk." Jawab Dewi

Lalu Ibu kembali ke dapur.

Sementara Jaya dan Rohman kini kembali ke ruang tamu dan duduk dikursi masing-masing sambil menikmati secangkir teh hangat. Saat sudah berkumpul, Jaya mulai membuka percakapan.

"Sesuai informasi Pak Giono mengenai Dukun itu, dukun paling terkenal dikampung ini alamatnya saya tahu. Untuk sekarang kita istirahat lebih dulu untuk mendapatkan energi yang banyak agar kuat imun kita. Dewi kau bisa tidur dikamarku, aku tidur dikamar bang Rohman." Ucap Jaya.

Ketika percakapan panjang lebar sudah berlalu, Ibu memanggil untuk makan soto bersama dimeja makan. Disitulah makan bersama dimulai tanpa ada obrolan yang penting. Setelah makan bersama selesai, Ibu membereskan meja dan dapur.

Sementara Rohman kekamarnya, Jaya mengantar Dewi kekamarnya.

Setelah Jaya mengantar Dewi, ia masuk kedalam kamar Rohman. Hari itu adalah hari istirahat bagi semuanya.

-

Kampung yang dulunya ramai oleh para anak bujang yang kumpul digardu sambil gitaran, menyanyi riang sampai tengah malam. Kini menjadi sepi sunyi karena ditinggal merantau kekota, ada yang sudah menikah. Malam kini menjadi hening, yang ada hanya terdengar suara jangkrik, suara angin mengkyangkan pepohonan rindang.

Kini Jaya dan Rohman tidur sampingan seperti waktu dulu saat ketakutan karena hujan lebat dan petir saling menyambar. Jaya tidur terlentang, matanya belum bisa tidur, ia melihat ke atap kamar, menginggat bagaimana dulu sangat ramai desanya. Kini terasa sepi sunyi.

Akhirnya Jaya memutuskan untuk keluar rumah sejenak untuk melihat area kampung, namun tak terlihat warga satupun, lalu melangkah ke pinggir jalan tak satupun motor lewat. Tak sengaja mata melihat ke arah gardu yang terang dan ada beberapa orang duduk berjaga malam. Jaya menghampiri Bapak-bapak disana.

Sesampainya digardu, ia menyapa dengan ramah dan mengucapakan salam.

"Nyuwon Sewu Pak (permisi Pak). Saya Jaya anak Pak Walit baru balik dari kota." Ucap Jaya pada warga tersebut

"Kon anak ke loro Pak Walit (Kamu anak kedua Pak Walit)." Jawab Salah satu warga.

"Injeh Pak (ia Pak)." Jawab Jaya dengan senyum ramah tamah.

"Sini duduk Nak, ngobrol-ngobrol kita." ucap Pak Sono.

Lalu Jaya dan Para Bapak-bapak duduk bersama.

"Semenjak kejadian Kakakmu entah pergi kemana? Terus kamu ninggalin kampung ini juga. Bapakmu sakit-sakitan. Sekarang kabarnya tanah Karet Bapakmu semua dijual, tinggal rumah itu satu-satunya yang dimiliki.

Entah kenapa harta sebanyak itu bisa habis begitu saja." Ucap Pak Sono pada Jaya.

"Bapak atau Ibu saya belum cerita hal itu sama saya Pak." Jawab Jaya penuh keheranan.

"Jangan berprasangka buruk. Orang tuamu mungkin belum siap ngasih tahu hal itu." Jawab Pak Sono. Lalu menyeruput kopinya yang sudah tinggal setengah.

Jaya lalu menanyakan sesuatu hal mengenai anak muda dikampung ini. "Pak, saya mau tanya, dimana anak-anak muda disini, tidak kelihatan satupun."

"Anak muda disini rata-rata yang sudah lulus SMA dan nggak kuat kuliah, pada ikut Pak Joyo ke kota buat jadi kuli bangunan, tapi udah satu tahun lebih nggak ada kabar, ada satu atau dua anak yang ngasih kabar dan memutuskan pulang ke kampung." Jawab Pak Sono panjang lebar.

"Kalo boleh tahu kuli bangunan apa Pak?" Tanya kembali Jaya pada Pak Sono.

"Kalo denger-denger Kuli Proyek. Kalo mau tahu lebih jelasnya bisa kerumah Pak Joyo, tapi orangnya sudah meninggal udah dari bulan lalu." Ungkap Pak Sono.

Jaya kaget mendengar jawaban itu. "Terima kasih informasinya Pak."

"Sama-sama." Jawab Pak Sono

"Mau dibuatin kopi Ndak Mas." Tanya Bapak lainnya.

"Boleh Pak." Jawab Jaya.

Lalu percakapan pun berlanjut tapi bukan mengenai hal-hal yang berat, melainkan candaan dan pengalaman hidup dikota besar.

Setelah hampir tengah malam berlalu, sudah lewat pukul duabelas malam. Jaya memutuska untuk pulang kerumah buat kembali istirahat tidur.

*

1
Ree Prasetya
yuhhhuu mantep
..
Ree Prasetya
bagus novelnya

..
Yowilly: terima kasih kak
total 1 replies
Ree Prasetya
lanjut...
Ree Prasetya
cakep
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!