[Complete] Diantara dua desa, ada sebuah hutan yang berada ditengah kedua desa tersebut, konon jika mendengar suara gamelan maka dialam gaib lain sedang ada pesta hajat.
Suaranya begitu membuat merinding sampai membuat tidur kadang terbangun karena bercampur dengan suara lolongan anjing hutan.
Menurut warga desa sekitar saat ditanya mengenai suara gamelan tengah malam, dikira dari desa sebelah, desa sebelah mengira sebaliknya.
Sebenarnya apa yang terjadi?
Ikuti kisahnya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siswondo07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanda-tanda
Sumatera 2005_
Kisah ini tidak terjadi di pulau Jawa, kisah ini terjadi di Sumatera, Provinsi L, Desa I. Kejadian ini kisah nyata yang pernah dialami oleh Arhan (nama samaran).
Karena rata-rata provinsi ini dihuni 60 persen oleh orang Jawa. Makanya mengenai hal-hal dan budaya masih melekat dengan orang Jawa.
Dimulai dari sebuah keluarga, orang tua yang masih lengkap, ada anak empat bersaudara, Arhan Anak nomor dua. Ini hari Minggu semua waktunya berkumpul, namun saat para Ibu-ibu berkumpul duduk di bawah pohon mangga, Arhan berada disamping Ibunya. Salah satu tetangga ada yang mulai bergosip mengenai kejadian tiga hari yang lalu.
"Mbak, denger nggak tiga hari yang lalu dusun sebelah ada kejadian anaknya kena tulah karena kencing sembarang ditengah hutan sana, pulang-pulang ketempelan." Suaranya begitu menyakinkan Ibu-ibu lainnya.
"Oh ia Mbak saya juga dengar kemarin. Kasian tau Mbak kayak orang Ling lung."
Sahut Ibu Arhan "Sudah, kita doakan semoga cepet lekas sembuh."
Namun di timpal sama Ibu Giono. "Tapi Mbak, dulu pernah kejadian di kampung emak saya, orangnya jadi gila seumur hidup. Kesana kesini berobat ke orang pintar, Pak Ustad belum juga sembuh. Sekarang sudah meninggal." Celoteh Ibu-Ibu tukang Nyinyir.
"Ia Buk, ngeri juga ya. Semoga anak-anak kita aman dan terhindar dari hal-hal seperti itu." Ungkap Ibu Arhan.
Ibu Arhan dan Ibu Lainnya sedang asyik mengobrol. Arhan mulai bosan, ia menuju ke arah Kakak pertama namanya Hasan yang bersiap menuju ke Sawah.
"Bang Ikut." Ucap Arhan, seperti Biasa memegang erat sepeda Kakaknya. Mukanya memelas.
"Nggak usah ikut, Abang cuma sebentar cari rumput disawah. Dirumah aja." Larang Hasan, karena tempat cari rumputnya lumayan jauh.
"Ikut pokoknya." Saut dengan nada meninggi, menahan tanggis. Memang cenggeng dan maksa
"Ya sudah. Naik dibelakang." Mau tidak mau Hasan membawa Bocah ini.
"Buk, Arhan ikut Hasan cari rumput." Izin Hasan pada Ibunya.
"Io Le, hati-hati." Jawab Ibunya.
-
Ditengah perjalanan, Hasan mengontel sepeda dengan cepatnya, melewati jalanan sejuk bawah pohon, melewati jembatan sungai yang pendek, sudah mulai dekat dengan sawah milik penduduk desa setempat.
Sawah itu dekat sampingan dengan kuburan desa, sudah terbiasa mencari rumput ditempat ini karena rumputnya hijau dan segar.
Dibawah terik matahari, Hasan menyuruh Arhan untuk duduk dibawah pohon kelapa untuk berteduh. Arhan duduk menunggu kakaknya yang mulai menjauhinya.
Arhan merasa semua biasa saja, namun ada sesuatu yang bergerak disamping rumput yang didudukinya. Penasaran biasanya yang gerak-gerak ini kodok Bagong. Arhan penasaran, di bukannya rumput rindang itu, sontak kaget ada ular belang hitam sedang melingkar, seketika Arhan ketakutan dan berlari menuju ke arah Kakaknya, kakinya pontang-panting melewati jalanan sawah yang sempit, teriak memanggil-manggil Hasan.
Saat Arhan sudah didekat Hasan. "Kenapa kayak orang kesetanan." Tanya Hasan yang juga kaget.
"Itu ada ular, aku jijik bang." Ucap sambil terengah-engah nafasnya.
"Cuma ular saja takut. Warnanya apa ularnya." Tanya Hasan.
"Hitam Bang." Jawab Arhan.
Seketika Hasan berubah wajah. Seperti berusaha memikirkan sesuatu arti ular hitam.
"Bunuh saja ular itu Bang." Arhan memberi saran.
"Jangan. Ditempat seperti ini nggak boleh bunuh hewan sembarangan. Pamali. Udah kamu disini saja, tunggu Abang sampe selesai Menuhin karung sama rumput." Hasan kembali sibuk mencari rumput untuk pakan ternak.
Sementara Arhan masih bag Dig dug. Masih ketakutan dan melihat disekitar area sawah dan samping kuburan. Matanya masih nakal melihat sana sini dan sugesti pikirannya mengarah ke hal-hal yang seharusnya tidak perlu dipikirkan.
Arhan menatap ke arah sawah lainnya yang sedang digarap tetangganya. Dikuburan ada juru kunci Mbak Siman sedang sibuk bersih-bersih kuburan. Diujung jalan ada gerombolan anjing hutan yang katanya ganas dan suka ngejar-ngejar pemotor yang lewat.
Jalur itu terlihat lalu lalang Pagi menjelang siang ini. Itu jalan arah ke dua desa yaitu desa Barat dan Desa Timur. Arhan berada didesa timur.
Beberapa jam berlalu, akhirnya Hasan selesai memenuhi karung berisi rumput segar. Di tepi sawah dibawah pohon singkong yang rindang, Hasan dan Arhan duduk sambil menikmati sebotol minuman air putih. Disela itu, Hasan mulai memberi wejangan pada Arhan.
"Han, kau jangan main-main kesana!" Hasan menatap ke arah hutan samping pemakaman yang mengarah ke jalan desa Barat.
"Memangnya kenapa Bang, anak-anak suka ngebolang kesana. Aku dan lainnya juga sering ke danau buatan itu." Arhan mulai ngeyel
"Kau jangan ngeyel kalo dikasih tau yang sudah berpengalaman ini.
Sini_
Disana banyak yang nggak baik, kalo kencing sembarangan, berucap yang nggak baik, penghuni disana marah, bisa saja kamu nggak bisa pulang. Makanya sekarang harus hati-hati." Hasan mencoba memberikan penjelasan yang mudah dimengerti.
"Maksudnya Setan, Bang." Jawab Arhan yang mulai paham.
"Nah itu ngerti. Intinya kalo mau main kemanapun permisi dulu, doa dulu biar dijaga sama yang maha kuasa.
Ya udah yok balik." Setelah Hasan selesai kasih wejangan.
Arhan dan Hasan berjalan menuju ke arah sepeda yang diletakkan.
Hasan membawa karung berisi rumput dipundaknya. Sementara Arhan membawa alat potong rumput.
Arhan tiba-tiba terhenti dari langkahnya. "Bang, aku takut sama ular itu."
"Udah jangan takut, sampe sana aku yang usir ularnya." Hasan tetap berjalan.
Arhan mengikutinya dari belakang.
Sesampainya didekat sepeda, dari jarak lima langkah Arhan berdiri menunggu kakaknya mengusir ular hitam itu.
Namun saat Hasan mengecek sekitar area yang dimaksudkan Arhan tidak ada ular.
"Sudah aku cek, tidak ada ular. Buruan sini pegangin sepeda, mau narok karung rumputnya." Ucap Hasan.
Arhan berjalan mendekati Hasan, memegang sepeda. Ketika sudah naik rumputnya. Hasan duduk untuk siap melaju sepedanya, sementara Hasan duduk depan. Mereka melaju pulang menuju ke rumah.
-
Semilir angin dihari cerah ini membuat kedua Kakak beradik itu menikmati sejuknya perjalanan. Disela perjalanan melewati pohon bambu, tak sengaja mata Arhan melihat dipinggir jalan ada ular hitam melingkar itu lagi.
"Bang, aku barusan lihat ular hitam melingkar itu lagi." Ucap Arhan yang mulai ketakutan.
"Aku nggak lihat. Udah baca doa aja sekarang biar nggak aneh-aneh." Ungkap Hasan yang merasa tidak ada apa-apa.
Arhan hanya diam dan membaca doa sebisanya.
Sampailah dirumah, terlihat dibawah pohon mangga para Ibu-ibu sudah bubar karena waktu menjelang Duhur. Hasan menuju ke belakang rumah menuju kandang sapinya, sementara Arhan masuk kerumah.
Didapur Ibu sedang sibuk masak goreng telor, melihat Arhan yang baru dari sawah lekas menyuruh untuk mandi bersih-bersih diri.
"Buk Laper." Ungkap Arhan yang kelaparan.
"Mandi dulu baru makan ya." Ibu kembali sibuk dengan masakannya.
Arhan dan Hasan mandi bersama.
-
..."Mimpi melihat ular hitam"...
..."Bisa menandakan adanya musibah atau bahaya yang mengancam hidup, seperti kesedihan, stres, atau depresi. Mimpi ini bisa menjadi pengingat untuk lebih waspada."...